Lidah mertua dikenal dengan bentuk daunnya yang panjang, kaku, dan menyerupai pedang dengan corak hijau kekuningan.Â
Tanaman ini bukan hanya pemanis ruangan semata, melainkan juga pahlawan tanpa tanda jasa dalam menjaga kualitas udara.
Menurut studi yang dilakukan oleh NASA dalam "Clean Air Study", lidah mertua termasuk dalam jajaran tanaman terbaik dalam menyerap racun-racun berbahaya di udara seperti formaldehida, xylene, toluena, dan nitrogen oksida.Â
Tanaman ini juga tergolong unik karena berbeda dengan kebanyakan tanaman yang hanya berfotosintesis di siang hari, lidah mertua tetap memproduksi oksigen di malam hari melalui proses Crassulacean Acid Metabolism (CAM).Â
Artinya, tanaman ini sangat cocok ditempatkan di kamar tidur, ruang kerja, atau ruangan ber-AC yang minim ventilasi.
Tidak hanya itu, lidah mertua juga sangat adaptif terhadap lingkungan. Ia mampu bertahan dalam kondisi cahaya rendah, tidak memerlukan penyiraman rutin, dan tahan terhadap serangan hama.Â
Dengan kata lain, tanaman ini sangat bersahabat bagi mereka yang sibuk namun ingin menghadirkan sentuhan hijau di dalam rumah atau kantor.
Menjawab Tantangan Urban dengan Solusi Alam
Di tengah meningkatnya urbanisasi dan padatnya pembangunan gedung bertingkat, keberadaan ruang hijau kian terbatas.Â
Keseimbangan ekosistem mikro dalam ruangan pun terganggu. Di sinilah tanaman indoor seperti lidah mertua memainkan peran vital.Â
Tidak hanya berfungsi sebagai filter udara alami, kehadirannya juga menambah nilai estetika dan membawa ketenangan psikologis bagi penghuninya.
Beberapa penelitian psikologi lingkungan bahkan menyebutkan bahwa keberadaan tanaman dalam ruangan dapat menurunkan tingkat stres, meningkatkan konsentrasi, dan memperbaiki suasana hati.Â