Mengenakan pakaian lama yang masih layak pakai dan memberikan sentuhan baru melalui mix and match.
Lebaran selalu identik dengan baju baru. Bagi banyak orang, mengenakan pakaian baru saat Idulfitri menjadi simbol perayaan, kebersihan, dan kesegaran jiwa setelah sebulan berpuasa.Â
Namun, di balik kemeriahan membeli baju baru, ada dampak lingkungan yang sering terlupakan.Â
Industri fashion, terutama fast fashion, merupakan salah satu penyumbang limbah terbesar di dunia.Â
Setiap tahunnya, jutaan ton pakaian bekas berakhir di tempat pembuangan sampah, sementara produksi pakaian baru terus meningkatkan emisi karbon dan eksploitasi sumber daya alam.
Kini, tren sustainable fashion mulai berkembang sebagai solusi terhadap permasalahan ini.Â
Banyak orang mulai mempertimbangkan alternatif yang lebih ramah lingkungan, seperti mengenakan pakaian bekas atau preloved saat Lebaran.Â
Namun, apakah konsep ini bisa diterima di tengah tradisi membeli baju baru untuk Idulfitri?
Dampak Industri Fashion terhadap Lingkungan
Industri fashion adalah salah satu penyumbang terbesar pencemaran lingkungan.Â
Menurut laporan United Nations Environment Programme (UNEP), industri ini bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global dan menyumbang sekitar 20% dari limbah air dunia.Â