Setiap Ramadan, banyak rumah tangga dan restoran yang membuang makanan dalam jumlah besar. Padahal, dalam Islam, mubazir adalah tindakan yang tidak dianjurkan.Â
Data dari FAO menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara dengan jumlah limbah makanan terbesar di dunia.
Ramadan Hijau dapat menjadi solusi dengan mengedukasi masyarakat tentang pentingnya mengelola makanan dengan lebih bijak.
2. Penggunaan Plastik Sekali Pakai
Pasar takjil yang menjamur selama Ramadan menyebabkan peningkatan penggunaan plastik sekali pakai, baik untuk kemasan makanan maupun minuman.Â
Banyak sampah plastik ini akhirnya mencemari lingkungan dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai.
3. Konsumsi Energi yang Berlebihan
Penggunaan listrik cenderung meningkat saat Ramadan, terutama untuk penerangan malam hari, pendingin ruangan, dan memasak. Ini berkontribusi pada peningkatan emisi karbon.
4. Peningkatan Polusi Udara
Tradisi ngabuburit dengan kendaraan bermotor sering kali menyebabkan kemacetan dan peningkatan emisi gas buang. Selain itu, penggunaan petasan dan kembang api juga memperburuk kualitas udara.
Bagaimana Ramadan Hijau Bisa Diterapkan di Indonesia?
Untuk menjadikan Ramadan Hijau sebagai tren, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan: