Â
Tantangan Sektor Minyak dan Gas dalam Pertumbuhan Ekonomi Timor-Leste
Sektor minyak dan gas Timor-Leste menghadapi masalah besar yang disebut "tebing fiskal" karena cadangan minyak semakin habis dan pemerintah terus mengambil uang dari Petroleum Fund lebih banyak dari yang seharusnya. Ekonomi negara sangat bergantung pada penarikan dana yang tidak berkelanjutan dari Petroleum Fund yang menuju habis, dengan penyelamatan ekonomi tergantung pada pengembangan ladang gas Greater Sunrise yang masih mandek sepanjang 2024 karena sengketa tempat pemrosesan. Kementerian Keuangan mulai memperingatkan akan terjadi "tebing fiskal" pada 2022 yang akan memaksa pemotongan belanja negara hingga 85% pada 2035, dengan beberapa pihak khawatir bahaya ini bisa datang lebih cepat Ketergantungan berlebihan pada minyak menciptakan penyakit yang disebut Dutch Disease dimana sektor ekonomi lain jadi tidak kompetitif, sementara tantangan utama meliputi ketergantungan impor, pengangguran, kurangnya diversifikasi ekonomi, kemiskinan, ketimpangan, layanan publik yang tidak memadai
Solusi untuk Mengatasi Tantangan Sektor Minyak dan Gas dalam Pertumbuhan Ekonomi Timor-Leste
Ketergantungan berlebihan pada sektor minyak dan gas di Timor-Leste membutuhkan solusi menyeluruh melalui diversifikasi ekonomi yang terstruktur. Langkah pertama adalah mengembangkan sektor pertanian yang saat ini melibatkan 60% rumah tangga dengan memodernisasi sistem produksi tradisional menjadi komersial. Pemerintah perlu memberikan pelatihan kepada petani tentang metode budidaya modern, menyediakan bibit unggul kopi dan kemiri sebagai komoditas ekspor, serta membangun infrastruktur irigasi yang memadai. Sektor pariwisata harus dikembangkan dengan memanfaatkan keindahan alam seperti garis pantai yang masih alami, terumbu karang, hutan hujan, dan warisan budaya yang kaya untuk eco-tourism dan marine tourism. Infrastruktur pendukung seperti jalan, bandara, hotel, dan sistem telekomunikasi perlu diperbaiki untuk menarik wisatawan mancanegara. Pengembangan manufaktur ringan dan perikanan komersial juga penting dengan memberikan akses permodalan melalui kredit mikro dan bantuan teknis kepada UKM. Pemerintah harus memodernisasi kerangka hukum sistem keuangan, mengembangkan registrasi tanah yang fungsional, dan meningkatkan laporan keuangan perusahaan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Pengelolaan Petroleum Fund perlu lebih bijaksana dengan mengurangi penarikan dari 5% menjadi 3% sesuai aturan ESI dan mendiversifikasi portofolio investasi hingga 50% ekuitas untuk meningkatkan return jangka panjang. Kemitraan dengan negara tetangga ASEAN dapat dimanfaatkan untuk transfer teknologi dan akses pasar yang lebih luas. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan teknis sangat krusial untuk mendukung transformasi ekonomi. Jika semua strategi ini dilaksanakan secara konsisten dengan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Timor-Leste dapat berhasil mentransformasi ekonominya dari ketergantungan minyak menuju ekonomi yang diversifikasi dan berkelanjutan sebelum Petroleum Fund habis pada 2030-an.
Kesimpulan
Sektor minyak dan gas telah memainkan peran yang sangat vital dalam membangun fondasi ekonomi Timor-Leste sejak kemerdekaan pada tahun 2002. Kontribusi sektor ini mencapai 70% dari PDB nasional dan membiayai lebih dari 80% anggaran negara melalui Petroleum Fund yang kini bernilai $18,25 miliar. Ladang Bayu-Undan sebagai sumber utama telah menghasilkan 93% dari total pendapatan petroleum dan memungkinkan pemerintah membangun infrastruktur dasar, menyediakan layanan publik gratis, serta mengangkat status negara dari kategori berpendapatan rendah menjadi menengah ke bawah. Namun, kesuksesan ini juga menciptakan ketergantungan struktural yang berbahaya dengan deplesi cadangan petroleum dan ancaman "tebing fiskal" pada dekade 2030-an.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI