Peran Sektor Minyak dan Gas dalam Pertumbuhan Ekonomi Timor-Leste
Oleh: Jacinto Afonso Almeida Sousa
Republik Demokratik Timor-Leste mengalami perjalanan ekonomi yang unik sejak memperoleh kemerdekaan penuh pada 20 Mei 2002. Sebagai negara kepulauan yang baru lahir di Asia Tenggara, Timor-Leste dihadapkan pada tantangan membangun struktur ekonomi yang solid dari kondisi infrastruktur yang rusak akibat konflik berkepanjangan. Dalam konteks inilah, penemuan dan eksploitasi cadangan minyak dan gas bumi di perairan Laut Timor menjadi berkah sekaligus tantangan besar bagi pembangunan ekonomi nasional.
Transformasi ekonomi Timor-Leste sejak awal kemerdekaan tidak dapat dipisahkan dari boom sektor hidrokarbon yang telah mengangkat negara ini dari salah satu yang termiskin di dunia menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah. Ladang Bayu-Undan yang mulai berproduksi pada tahun 2004, disusul Greater Sunrise dan beberapa blok eksplorasi lainnya, telah memberikan suntikan pendapatan yang sangat signifikan bagi kas negara yang baru terbentuk
Profil Singkat: Sektor Minyak dan Gas Timor-Leste
Sejak Timor-Leste memperoleh kemerdekaannya pada tahun 2002, sektor minyak dan gas bumi telah menjadi bagian penting dari ekonomi negara.
. Cadangan hidrokarbon yang berlokasi di Laut Timor, khususnya di ladang Bayu-Undan dan Greater Sunrise, telah mentransformasi negara yang devastasi akibat konflik menjadi salah satu negara dengan dana kekayaan negara terbesar per kapita di dunia. Setelah didirikan pada tahun 2005, Dana Petroleum saat ini bernilai sekitar $18 miliar, hampir sepuluh kali lipat PDB nasional. Ekonomi Timor-Leste sangat bergantung pada sektor minyak dan gas, yang menyumbang lebih dari 90% dari nilai ekspor negara dan 70% dari PDB. Sektor ini menghasilkan sekitar 88% anggaran pemerintah, yang memungkinkan pembangunan infrastruktur dasar seperti bandara, jalan, dan pelabuhan, serta akses gratis ke pendidikan dan layanan kesehatan. Karena penemuan minyak dan gas, Timor-Leste telah berkembang dari negara berpendapatan rendah menjadi negara berpendapatan menengah ke bawah. Tetapi terlalu bergantung pada sektor ini menyebabkan masalah struktural yang serius. Output pertanian produktif mulai menurun, dan stok diperkirakan hanya akan bertahan hingga awal tahun 2030.
Â
Sumber Pendapatan Sektor Minyak dan Gas Timor-Leste
Sektor minyak dan gas menjadi tulang punggung ekonomi Timor-Leste sejak kemerdekaan 2002, menyumbang sekitar 70% dari PDB nasional dan lebih dari 90% nilai ekspor negara. Ladang Bayu-Undan yang berlokasi 250 kilometer tenggara Dili menjadi sumber utama dengan kontribusi 93% dari total pendapatan petroleum, dioperasikan Santos Australia dengan sistem bagi hasil 90% untuk Timor-Leste dan 10% untuk Australia berdasarkan perjanjian JPDA 2002. Produksi mencapai 114.000 barel setara minyak per hari pada 2019, namun cadangan telah terdeplesi 70% hingga 2023 dengan berakhirnya fase produksi aktif. Seluruh pendapatan petroleum mengalir ke Petroleum Fund yang bernilai $18,25 miliar per Maret 2025, sedikit menurun dari $18,27 miliar pada akhir 2024. Komposisi pendapatan fund kini didominasi return investasi portofolio keuangan internasional seiring menipisnya aliran petroleum baru. Sistem penarikan diatur melalui Estimated Sustainable Income (ESI) sebesar 3% dari total kekayaan petroleum, namun realisasinya mencapai rata-rata 5% per tahun yang membiayai lebih dari 80% anggaran negara. Prospek masa depan bergantung pada pengembangan Greater Sunrise dengan cadangan 5,1 triliun kaki kubik gas dan 225,9 juta barel kondensat, dikuasai mayoritas Timor GAP (56,56%), Woodside Energy (33,44%), dan Osaka Gas (10%). Fund diinvestasikan dalam portofolio 40% ekuitas dan 60% obligasi dengan perubahan regulasi 2021 memungkinkan alokasi ekuitas hingga 50% untuk meningkatkan return jangka panjang.
Â
Tantangan Sektor Minyak dan Gas dalam Pertumbuhan Ekonomi Timor-Leste
Sektor minyak dan gas Timor-Leste menghadapi masalah besar yang disebut "tebing fiskal" karena cadangan minyak semakin habis dan pemerintah terus mengambil uang dari Petroleum Fund lebih banyak dari yang seharusnya. Ekonomi negara sangat bergantung pada penarikan dana yang tidak berkelanjutan dari Petroleum Fund yang menuju habis, dengan penyelamatan ekonomi tergantung pada pengembangan ladang gas Greater Sunrise yang masih mandek sepanjang 2024 karena sengketa tempat pemrosesan. Kementerian Keuangan mulai memperingatkan akan terjadi "tebing fiskal" pada 2022 yang akan memaksa pemotongan belanja negara hingga 85% pada 2035, dengan beberapa pihak khawatir bahaya ini bisa datang lebih cepat Ketergantungan berlebihan pada minyak menciptakan penyakit yang disebut Dutch Disease dimana sektor ekonomi lain jadi tidak kompetitif, sementara tantangan utama meliputi ketergantungan impor, pengangguran, kurangnya diversifikasi ekonomi, kemiskinan, ketimpangan, layanan publik yang tidak memadai
Solusi untuk Mengatasi Tantangan Sektor Minyak dan Gas dalam Pertumbuhan Ekonomi Timor-Leste
Ketergantungan berlebihan pada sektor minyak dan gas di Timor-Leste membutuhkan solusi menyeluruh melalui diversifikasi ekonomi yang terstruktur. Langkah pertama adalah mengembangkan sektor pertanian yang saat ini melibatkan 60% rumah tangga dengan memodernisasi sistem produksi tradisional menjadi komersial. Pemerintah perlu memberikan pelatihan kepada petani tentang metode budidaya modern, menyediakan bibit unggul kopi dan kemiri sebagai komoditas ekspor, serta membangun infrastruktur irigasi yang memadai. Sektor pariwisata harus dikembangkan dengan memanfaatkan keindahan alam seperti garis pantai yang masih alami, terumbu karang, hutan hujan, dan warisan budaya yang kaya untuk eco-tourism dan marine tourism. Infrastruktur pendukung seperti jalan, bandara, hotel, dan sistem telekomunikasi perlu diperbaiki untuk menarik wisatawan mancanegara. Pengembangan manufaktur ringan dan perikanan komersial juga penting dengan memberikan akses permodalan melalui kredit mikro dan bantuan teknis kepada UKM. Pemerintah harus memodernisasi kerangka hukum sistem keuangan, mengembangkan registrasi tanah yang fungsional, dan meningkatkan laporan keuangan perusahaan untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Pengelolaan Petroleum Fund perlu lebih bijaksana dengan mengurangi penarikan dari 5% menjadi 3% sesuai aturan ESI dan mendiversifikasi portofolio investasi hingga 50% ekuitas untuk meningkatkan return jangka panjang. Kemitraan dengan negara tetangga ASEAN dapat dimanfaatkan untuk transfer teknologi dan akses pasar yang lebih luas. Pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan vokasi dan pelatihan keterampilan teknis sangat krusial untuk mendukung transformasi ekonomi. Jika semua strategi ini dilaksanakan secara konsisten dengan kerjasama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, Timor-Leste dapat berhasil mentransformasi ekonominya dari ketergantungan minyak menuju ekonomi yang diversifikasi dan berkelanjutan sebelum Petroleum Fund habis pada 2030-an.
Kesimpulan
Sektor minyak dan gas telah memainkan peran yang sangat vital dalam membangun fondasi ekonomi Timor-Leste sejak kemerdekaan pada tahun 2002. Kontribusi sektor ini mencapai 70% dari PDB nasional dan membiayai lebih dari 80% anggaran negara melalui Petroleum Fund yang kini bernilai $18,25 miliar. Ladang Bayu-Undan sebagai sumber utama telah menghasilkan 93% dari total pendapatan petroleum dan memungkinkan pemerintah membangun infrastruktur dasar, menyediakan layanan publik gratis, serta mengangkat status negara dari kategori berpendapatan rendah menjadi menengah ke bawah. Namun, kesuksesan ini juga menciptakan ketergantungan struktural yang berbahaya dengan deplesi cadangan petroleum dan ancaman "tebing fiskal" pada dekade 2030-an.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI