Mohon tunggu...
Izza Syahri Muharram
Izza Syahri Muharram Mohon Tunggu... Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Teknik Informatika

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Machine Learning di Bank: Solusi Canggih atau Bom Waktu?

15 Maret 2025   13:49 Diperbarui: 15 Maret 2025   13:49 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

Apakah Machine Learning dalam Perbankan adalah Solusi atau Ilusi?

Perbankan modern telah memasuki era teknologi yang penuh dengan jargon canggih seperti machine learning, big data, dan artificial intelligence. Bank tidak lagi hanya menjadi institusi keuangan tradisional, tetapi juga pusat data yang didukung oleh algoritma kompleks. Artikel berjudul "Machine Learning in Banking Risk Management: Mapping a Decade of Evolution" oleh Valentin Lennart He dan Bruno Damsio, mencoba menggambarkan bagaimana machine learning (ML) telah menjadi alat utama dalam mengelola risiko perbankan selama satu dekade terakhir. Namun, pertanyaannya adalah: Apakah ini benar-benar langkah maju atau hanya ilusi keandalan yang dibungkus dalam kemasan teknologi canggih?

Mitos Keajaiban Machine Learning dalam Manajemen Risiko

Para pengusung revolusi digital di sektor perbankan sering kali menjual mimpi bahwa ML mampu mengidentifikasi, memprediksi, dan mencegah risiko dengan lebih baik dibandingkan metode konvensional. Dalam teori, ML bisa menganalisis pola keuangan, mendeteksi transaksi mencurigakan, dan memberikan prediksi akurat terhadap fluktuasi pasar. Sayangnya, realitas di lapangan tidak seindah teori.

Salah satu poin utama yang diangkat dalam artikel ini adalah penggunaan ML untuk menangani risiko pasar, operasional, dan likuiditas. Namun, artikel ini sendiri mengakui adanya kesenjangan penelitian yang cukup besar dalam aspek risiko likuiditas dan bisnis. Bagaimana mungkin kita percaya bahwa ML adalah solusi unggul jika masih ada banyak area risiko yang belum diteliti secara menyeluruh? Jika sistem ini benar-benar efektif, mengapa bank masih mengalami kebangkrutan dan krisis finansial?

Ilusi Akurasi: Data Berkualitas atau Bias yang Terselubung?

Dalam dunia machine learning, kualitas data adalah segalanya. ML hanya sebaik data yang digunakannya. Namun, pertanyaan mendasar adalah: Dari mana bank mendapatkan data mereka? Apakah data yang dikumpulkan benar-benar mencerminkan risiko yang ada, atau justru memperkuat bias historis?

Banyak model ML didasarkan pada data historis yang sudah tercemar oleh kesalahan manusia, bias keputusan masa lalu, dan kebijakan regulasi yang berubah-ubah. Dengan kata lain, algoritma ML berpotensi mengabadikan kesalahan yang sama berulang kali. Contoh nyata adalah sistem skor kredit berbasis ML yang sering kali mendiskriminasi kelompok tertentu karena data historis yang digunakan sudah sarat dengan bias. Jika ini terjadi dalam sistem yang seharusnya "cerdas", maka sejauh mana kita bisa mempercayai teknologi ini dalam menangani risiko keuangan global?

Keamanan Siber: Solusi atau Ancaman Baru?

Salah satu aspek yang sering dielu-elukan dari penerapan ML dalam perbankan adalah peningkatan keamanan siber. Artikel ini membahas bagaimana ML dapat digunakan untuk mendeteksi ancaman siber lebih awal dan mencegah serangan sebelum terjadi. Kedengarannya seperti langkah maju yang luar biasa, tetapi siapa yang menjaga sang penjaga?

ML sendiri bukanlah sistem yang kebal terhadap serangan. Justru, dengan meningkatnya penggunaan ML dalam perbankan, muncul ancaman baru berupa adversarial attacks yang dapat mengecoh model ML untuk mengambil keputusan yang salah. Serangan ini bisa menyebabkan sistem salah mengidentifikasi transaksi sah sebagai penipuan atau, sebaliknya, membiarkan transaksi berbahaya lolos tanpa peringatan. Ini membuka peluang baru bagi kejahatan siber yang jauh lebih canggih dibandingkan sebelumnya.

Ketergantungan Berlebihan pada "Kotak Hitam"

Penerapan ML dalam manajemen risiko juga membawa permasalahan besar lainnya: kurangnya transparansi. Model ML yang kompleks sering kali disebut sebagai "black box", di mana keputusan diambil berdasarkan pola yang tidak sepenuhnya dapat dijelaskan oleh manusia. Hal ini menimbulkan dilema etika dan regulasi.

Bagaimana kita bisa mempercayai sistem yang tidak bisa dijelaskan secara rinci? Jika sebuah keputusan perbankan merugikan pelanggan atau menyebabkan instabilitas finansial, siapa yang bertanggung jawab? Apakah kita akan menyalahkan mesin atau tetap mencari sosok manusia untuk dimintai pertanggungjawaban? Di tengah ketidakpastian ini, penerapan ML dalam manajemen risiko bisa berubah dari solusi menjadi jebakan yang lebih berbahaya daripada risiko itu sendiri.

Konklusi: Apakah ML adalah Masa Depan atau Sekadar Hype?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun