Tiga bulan berlalu sudah. Adira sedang menstarter motornya di halaman. Ibu menghampirinya,
"Kapan kamu tes SKD?" tanya ibu.
Adira terhenyak. Hampir lupa dua minggu lagi jadwal tes SKD, alur tes CPNS yang harus ia ikuti.
"Masih dua minggu lagi kok bu," kata Adira.
"Tapi kamu harus belajar. Tes ini penting untuk mengubah hidupmu."
"Dira masih ada jadwal pendampingan pasien, bu," ujarnya. Ibu mendelik. "Mana yang lebih penting, pasien TBC atau masa depan kamu?"
Adira terdiam. Terbayang pak Dirman yang sudah tiga bulan rajin minum obat, namun masih ngambek bila Adira tak sempat menjenguk ke rumahnya. Walaupun hanya mengantar obat dan pot dahak.
Tapi Adira memahami ibu. Perempuan yang membesarkannya sendirian sejak ia masih SD. Laki-laki, yang dulu ia panggil ayah, tega meninggalkan mereka demi perempuan teman sekantornya. Hari demi hari ia menyaksikan ibu berjuang, menyekolahkannya dari hasil menjahit baju. Hingga akhirnya lima bulan lalu ia lulus sebagai Sarjana Kesehatan Masyarakat.
"Kemarin Lisa ke rumah. Dia ikut Bimbel CPNS untuk persiapan SKD. Kamu ikut juga ya," kata ibu. Ia mengulurkan amplop putih berisi uang.
Adira menolak halus. "Tidak usah bu. Aku masih ada honor dari RSUD."
Ibu terlihat gusar. Â "Honor kamu cuma cukup untuk beli bensin dan makan bakso. Kamu kan tau biaya Bimbel CPNS tidak murah. Ambil ini!"