Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenyataan Itu Tidak Penting

20 Agustus 2020   12:21 Diperbarui: 20 Agustus 2020   12:11 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Labuan Bajo. Destinasi eksklusif di Kabupaten Manggarai Barat. NTT (Dok. pribadi)


Jam lima sore itu, saya duduk di Stasiun Manggarai, berdua dengan seorang sahabat. Kami tidak perlu tergesa-gesa meninggalkan  stasiun. Alamat tujuan yang ingin kami tuju sudah dekat. Jalan Sahardjo. Jam yang disepakati jam 8 malam. Jadi, tak ada alasan untuk buru-buru.

Di ujung kursi tunggu, pada sisi yang berhadapan dengan tempat kami duduk. Duduk wanita muda dengan pandangan mata gelisah.  Sebentar-sebentar melihat ke arah pintu masuk. Seakan sedang menunggu seseorang.

Teman duduk saya mulai membuat analisa. Bahwa, sang wanita muda, agaknya sedang menunggu pacarnya. Mereka janjian untuk ketemu di Stasiun Manggarai. Begitu analisa sang teman.

Tujuh menit kemudian, seorang lelaki muda menghampiri sang wanita. Mereka salaman, lalu mereka berjalan menuju pintu keluar stasiun.

Yang membuat saya kaget adalah sosok lelaki muda yang datang adalah sosok yang saya kenal. Sosok ustadz muda dengan keluarga bahagia dan seorang anak balita. Kekagetan kedua, mereka berjalan seakan berpelukan.  Tepatnya, sang wanita dipapah dengan tubuh yang saling merapat.

*****
Empat hari kemudian, saya bertemu dengan sang lelaki muda yang menjemput wanita di stasiun Manggarai sore itu, di Mesjid Cut Meutia, Gondangdia.
Teman saya, ustadz muda yang memiliki keluarga bahagia dengan seorang anak balita.

Dengan hati-hati saya bertanya tentang insiden di Stasiun Manggarai sore itu.

Sang ustadz muda menanggapi pertanyaan saya dengan ringan. Beliau berkata, bahwa wanita muda itu, adik bungsunya. Kondisinya  memang lemah, terutama di bagian kakinya, sejak insiden tabrak lari di Bogor setahun lalu.

Sore itu, adiknya datang dari stasiun Cilebut Bogor. Untuk bermalam di rumah sang ustadz, karena, besok pagi, akan ikut test pekerjaan di Matraman. Dekat dengan tempat tinggalnya di kebon Manggis.
Ustadz muda itu ingin, adiknya tidak terlihat kecapekan. Solusinya, dia menganjurkan untuk bermalam saja di rumahnya.

Saya terdiam.
Ingat akan analisa teman duduk saya di stasiun Manggarai sore itu, ingat juga dengan kekagetan tentang apa yang saya lihat sore itu.

Apa artinya cerita ini?  
Artinya, tidak penting semua kenyataan itu, apakah dari yang kita lihat, kita dengar, juga kita pelajari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun