Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyakit MC yang Melelahkan Semuanya

25 Oktober 2017   18:35 Diperbarui: 25 Oktober 2017   18:37 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Banyak diantara mereka yang memiliki penyakit MC karena kegagalan yang dialami. Padahal, dengan kegagalan, banyak hal positif yang dapat diambil hikmahnya. Mengapa gagal? Bagaimana merubah strategi sehingga tidak gagal lagi, melainkan sukses. Kegagalan memang menyakitkan. Karena menyakitkan, maka jangan lupakan. Mengapa jangan dilupakan? Karena dengan ingat point dimana kita gagal. Maka, point itu tak akan diulangi lagi. Dengan berbekal pahit, buatlah tekad untuk tidak pernah mengalami rasa sakit yang sama.

Solusi dari masalah ini, rubah mainsite kita, kegagalan hanya kesuksesan yang tertunda. Ada sesuatu yang perlu diperbaiki, sehingga kita tiba pada sukses yang dituju.

Lima, Trauma Karena Kejadian Buruk Masa Lalu.

Atas kejadian-kejadian masa lalu, apakah orang tua, sahabat, teman seprofesi atau teman bisinis dimana, karena ulah mereka semua kita menjadi manusia gagal. Maka, bangkitlah. Maafkan mereka semua. Rubah dendam menjadi maaf. Dengan kerja mereka semua itu, yakinkan pada diri kita, kita telah bertransformasi menjadi manusia kuat, oleh karenanya, sangat logis, manusia yang kuat memaafkan manusia lemah.

Akhirnya. Mari kita bertekad menjadi sehat. Sehat dari penyakit MC. Kita bukanlah mereka yang terbelenggu dengan masa lalunya. Melainkan, kita yang menatap masa depan dengan sekali-kali  menoleh pada masa lalu, agar tak melakukan kesalahan yang sama. ... Wallahu A'laam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun