Mohon tunggu...
Isur Suryati
Isur Suryati Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah mental healing terbaik

Mengajar di SMPN 1 Sumedang, tertarik dengan dunia kepenulisan. Ibu dari tiga anak. Menerbitkan kumpulan cerita pendek berbahasa Sunda berjudul 'Mushap Beureum Ati' (Mushap Merah Hati) pada tahun 2021. Selalu bahagia, bugar dan berkelimpahan rejeki. Itulah motto rasa syukur saya setiap hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Eksplorasi Konsep Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan sebagai Pemimpin Pembelajaran

2 Februari 2024   11:00 Diperbarui: 2 Februari 2024   11:20 27772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pexels.com/id-id/foto/orang-orang-kantor-bekerja-laki-laki-7433830/

Dalam Eksplorasi Konsep Modul 3.1, kita memahami esensi kebijaksanaan dalam menghadapi dilema etika sebagai pemimpin pembelajaran. 

Langkah pertama mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan membuka cakrawala untuk pengambilan keputusan yang bijak. Modul ini menggali prinsip-prinsip mendalam, mengajarkan integritas, rasa keadilan, dan perhatian pada nilai-nilai universal sebagai pondasi kuat pemimpin pembelajaran.

2.1 Sekolah sebagai Institusi Moral


Kegiatan Pemantik

Di era abad ke-21 yang semakin demografis beragam, pendidik dihadapkan pada tanggung jawab yang lebih besar untuk mengembangkan, membina, dan memimpin sekolah yang toleran dan demokratis. 

Kutipan dari Shapiro dan Stefkovich (2016) menegaskan bahwa melalui pembelajaran etika, pemimpin pendidikan masa depan akan lebih siap mengenali, merenungkan, dan menghargai keberagaman. 

Sebagai seorang Calon Guru Penggerak, Anda diminta untuk merenungkan peran kritis Anda dalam membentuk karakter siswa dalam konteks sekolah sebagai 'institusi moral'. 

Memahami dan menerapkan etika dalam pengajaran menjadi semakin penting dalam menghadapi kompleksitas dan keragaman dunia modern.

Jawaban saya:

Pendidik di abad ke-21, seperti yang dikemukakan oleh Shapiro dan Stefkovich (2016), tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga memainkan peran kunci dalam mengembangkan lingkungan belajar inklusif. Sebagai Guru Penggerak, saya bertugas sebagai fasilitator pembelajaran, pemimpin pembelajaran, dan agen perubahan. 

Mempelajari etika penting karena membantu dalam pengambilan keputusan, membangun hubungan positif, dan mendidik siswa menjadi warga negara yang bertanggung jawab. 

Sekolah, sebagai institusi moral, memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan mengajarkan nilai-nilai moral secara eksplisit. 

Dengan memahami dan menerapkan etika, pendidik dapat membantu membentuk karakter siswa untuk hidup di masyarakat yang beragam.

Sebagai institusi moral, sekolah memainkan peran krusial dalam membentuk budaya, nilai, dan moralitas pada murid. Perilaku warga sekolah, termasuk kepala sekolah, menjadi teladan penting bagi siswa dalam menerapkan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah. 

Kepemimpinan kepala sekolah memiliki dampak besar dalam menciptakan sekolah sebagai lembaga moral. Dalam menghadapi dilema etika, pemimpin sekolah harus mengambil keputusan yang mencerminkan integritas sekolah dan nilai-nilai yang dianutnya. Keputusan tersebut tidak hanya mempengaruhi warga sekolah, tetapi juga menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya. 

Dengan memahami etika, sekolah dapat menjalankan peran moralnya secara efektif. Etika, moral, dan etiket memiliki perbedaan konseptual yang perlu dipahami.

Prinsip-Prinsip Etika

Prinsip-prinsip etika menjadi panduan dalam pengambilan keputusan, bukan hanya berdasarkan preferensi pribadi, tetapi nilai-nilai kebajikan universal. 

Calon Guru Penggerak diingatkan untuk menghargai dan menerapkan prinsip-prinsip ini dalam tindakan sehari-hari. Pemahaman terhadap nilai-nilai kebajikan universal, seperti keadilan, keselamatan, dan kejujuran, menjadi kunci untuk membentuk motivasi instrinsik dalam diri siswa. 

Diane Gossen menekankan pentingnya mengajarkan nilai-nilai ini untuk mendukung perkembangan positif dan integritas individu. Prinsip-prinsip etika ini bersifat universal, melintasi batasan sosial, linguistik, etnis, dan agama, menjadi landasan yang dapat mempersatukan masyarakat pendidikan.

Pertanyaan Pemantik

Sebagai kepala sekolah, bagaimana Anda menangani situasi ketika seorang guru memberikan les privat untuk memenuhi kebutuhan obat istrinya, tetapi hal ini dapat berdampak pada hasil tes murid? Apakah ada konflik nilai kebajikan dalam keputusan ini? Jika ya, nilai kebajikan apa yang saling bertentangan?

Jawaban saya:

Sebagai kepala sekolah, saya dihadapkan pada dilema etika kompleks terkait guru yang memberikan les privat. Meskipun memahami kebutuhan finansial guru, memberikan les dapat menciptakan ketidakadilan di antara murid. 

Nilai-nilai kebajikan, seperti keadilan dan integritas, bertentangan dalam keputusan ini. 

Saya akan mengadakan pertemuan dengan guru, mencari solusi alternatif, membuat kebijakan yang jelas, dan terus memonitor situasi. 

Kesimpulannya, tantangan ini menuntut pertimbangan hati-hati terhadap nilai-nilai kebajikan yang berbenturan, dengan harapan menemukan solusi yang seimbang dan adil bagi semua pihak.

Keterampilan dalam pengambilan keputusan

Dalam keterampilan pengambilan keputusan, penting untuk mengakui adanya konflik kepentingan dan memastikan keputusan didasarkan pada keberpihakan pada murid, nilai-nilai kebajikan universal, dan tanggung jawab terhadap konsekuensi. 

Pemimpin harus melatih keterampilan ini agar lebih fokus, terlatih, dan tepat sasaran dalam menghadapi berbagai tantangan. Gambar di atas memberikan panduan tentang bagaimana menyusun keputusan yang seimbang dan bertanggung jawab.

2.2 Bujukan Moral dan Dilema Etika

Pertanyaan pemantik

Apa keputusan yang akan Anda ambil terkait Rayhan yang terbukti menyontek saat ujian Matematika, mengetahui bahwa tindakan tersebut bisa memengaruhi beasiswa di universitas seni pilihannya?

Sebagai Pak Doni, dalam situasi dimana ada tawaran makan-makan dengan dana CSR yang sisa dan kebiasaan membuat kwitansi palsu, keputusan apa yang akan Anda ambil untuk menjaga integritas dan kejujuran?


Jawaban saya:

Dalam situasi Rayhan, keputusan diambil untuk memberikan kesempatan kedua dengan konsekuensi, mempertimbangkan bakatnya di seni dan potensi kesalahan tidak disengaja. 

Pak Doni, dalam situasi CSR, memilih menolak makan-makan dan menggunakan sisa dana untuk kegiatan yang lebih bermanfaat, menjaga transparansi dan menghindari kebiasaan kwitansi palsu. 

Keputusan lebih menantang dalam situasi Pak Doni karena melibatkan perubahan kebiasaan, konflik dengan pihak tertentu, dan pertimbangan jumlah orang yang lebih besar. 

Kedua keputusan menekankan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, kebijaksanaan, tanggung jawab, integritas, dan refleksi.

Tugas Mandiri


Setelah memahami perbedaan antara dilema etika dan bujukan moral, tugas mandiri melibatkan membaca kembali kasus sekolah dan menganalisis apakah itu termasuk dilema etika atau bujukan moral, disertai alasannya.

Jawaban saya:

Dalam kasus di sekolah saya tentang siswa bernama misalnya Budi yang tidak mengumpulkan tugas, analisis menunjukkan bahwa ini adalah bujukan moral, bukan dilema etika. 

Guru merasa kasihan pada Budi dan ingin memberikan nilai yang bagus untuk mencegahnya tertinggal. Solusinya bisa melibatkan memberikan Budi kesempatan untuk menyelesaikan tugas atau memberikan nilai yang sesuai dengan usahanya. 

Penting bagi guru untuk membuat keputusan yang adil bagi semua siswa dan menjelaskan pentingnya menyelesaikan tugas kepada Budi.

Empat Paradigma Dilema Etika

Empat paradigma dilema etika yang umum dialami dalam institusi pendidikan melibatkan pertentangan nilai-nilai kebajikan. Paradigma individu vs kelompok menyoroti konflik antara kepentingan pribadi dan kelompok yang lebih besar. 

Rasa keadilan vs rasa kasihan mempertimbangkan antara menaati aturan atau memberikan pengecualian berdasarkan kebaikan hati. Kebenaran vs kesetiaan menantang untuk memilih antara kejujuran atau kesetiaan kepada kelompok atau komitmen sebelumnya. Jangka pendek vs jangka panjang memperlihatkan pilihan antara keputusan yang terbaik untuk saat ini atau masa depan. 

Semua paradigma ini menghadirkan dilema etika yang memerlukan pertimbangan matang dan pemahaman nilai-nilai kebajikan.

2.3 Prinsip pengambilan keputusan

Dalam Modul 2.3, tujuan pembelajaran adalah menganalisis 3 prinsip pengambilan keputusan dengan unsur dilema etika. Peserta diajak merenung atas kutipan etika pendidikan, menyoroti karsa sebagai kekuatan terkait perilaku manusia. Nilai atau prinsip mendasari keputusan dengan dilema etika. 

Aktivitas meminta peserta merespons pernyataan dan memilih prinsip (berdasarkan hasil kebaikan, nilai-nilai diri, atau tindakan harapkan orang lain). 

Etika bersifat relatif dan bergantung pada kondisi. Tiga prinsip umumnya dikenal dan digunakan dalam seminar: Berbasis Hasil Akhir, Berbasis Peraturan, dan Berbasis Rasa Peduli. Pengambilan keputusan tetap konsekuensial dan harus berlandaskan tanggung jawab, nilai-nilai kebajikan universal, serta mendukung murid.

3 Prinsip Dilema Etika

Tiga prinsip pengambilan keputusan melibatkan Berbasis Hasil Akhir, Berbasis Peraturan, dan Berbasis Rasa Peduli. Berpikir Berbasis Hasil Akhir menitikberatkan pada hasil akhir, meskipun kritiknya terkait ketidakpastian konsekuensi. 

Berpikir Berbasis Peraturan menekankan tanggung jawab, meskipun dikritik karena kaku. Berpikir Berbasis Rasa Peduli mempertimbangkan kepentingan orang lain, meskipun dikritik karena sederhana dalam situasi kompleks. Pemilihan terbaik tergantung pada konteks dan kondisi yang berbeda.

Tugas Mandiri

Berikan respons Anda terhadap studi kasus di bawah ini, sertakan pendekatan atau prinsip yang menjadi dasar pemikiran Anda dan alasannya. Jawaban Anda dapat dituliskan pada selembar kertas.

Studi Kasus:
Pak Seto, Kepala Sekolah di sekolah dasar, memiliki dua guru kelas V dengan pendekatan mengajar yang berbeda. Ibu Tati dikenal galak tetapi memiliki nilai murid yang baik, sedangkan Ibu Sri lebih sabar namun ada murid yang nilai di bawah KKM. 

Ibu Sri melaporkan Ibu Tati yang menghukum murid berlutut di terik matahari. Sebagai Pak Seto, bagaimana pendekatan dan dasar pemikiran Anda dalam menangani situasi ini?

Temui rekan kerja Anda untuk mendapatkan pendapatnya tentang studi kasus di atas. Bandingkan jawaban Anda dan rekan Anda. Apakah berbeda atau sama? Berikan analisis terhadap kedua jawaban tersebut beserta tanggapan Anda dan rekan Anda terhadap kasus Bapak Seto.

Jawaban saya:

Tanggapan terhadap Studi Kasus Pak Seto:
Pendekatan: Saya akan menggabungkan berpikir berbasis hasil akhir dan berpikir berbasis rasa peduli.
Alasan: Memastikan hasil belajar optimal dan kesejahteraan murid terjaga. 

Langkah-langkah: Mengumpulkan informasi, menilai situasi, dan membuat keputusan adil dan konsisten. Analisis jawaban rekan: Saya akan membandingkan pendekatan rekan kerja untuk mengidentifikasi kesamaan dan perbedaan dengan pendekatan saya.

2.4 Pengambilan dan Pengujian Keputusan

Konsep Pengambilan dan Pengujian Keputusan:

Proses pengambilan keputusan dan pengujian keputusan melibatkan sembilan langkah kunci. Pertama, mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan untuk memahami aspek moral suatu situasi. Kedua, menentukan siapa yang terlibat dalam dilema etika tersebut. Ketiga, mengumpulkan fakta-fakta relevan untuk merinci situasi. 

Keempat, melakukan pengujian dengan aspek legal, regulasi, intuisi, publikasi, dan panutan/idola. Jika situasi bukan dilema etika, melibatkan bujukan moral, bukan antara benar dan benar. Kelima, menguji paradigma yang terlibat, seperti individu vs. kelompok atau kebenaran vs. kesetiaan. 

Keenam, memilih prinsip penyelesaian: berbasis hasil akhir, berbasis peraturan, atau berbasis rasa peduli. Ketujuh, menyelidiki opsi trilema untuk mengatasi situasi. Kedelapan, membuat keputusan berdasarkan pertimbangan moral. Kesembilan, merefleksikan keputusan dan proses pengambilan keputusan untuk pembelajaran di masa depan. Pelatihan keterampilan seperti coaching dan kesadaran emosional mendukung pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Dalam pengambilan keputusan, keterampilan coaching sangat berperan, memungkinkan guru untuk memprediksi hasil dan mengeksplorasi solusi. Modul sebelumnya, seperti pembelajaran sosial emosional (2.2), telah memperkaya kompetensi kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, dan keterampilan berhubungan sosial, serta mengajarkan kesadaran penuh dalam proses keputusan.

Tugas Mandiri

Pilih satu kasus dilema etika yang pernah Anda alami dan terapkan 9 langkah pengambilan keputusan:

Identifikasi nilai-nilai bertentangan dalam kasus tersebut.
Siapa yang terlibat dalam situasi tersebut?
Identifikasi fakta-fakta relevan.
Lakukan pengujian benar atau salah:
a. Uji legal: Apakah ada pelanggaran hukum?
b. Uji regulasi: Adakah pelanggaran kode etik profesi?
c. Uji intuisi: Apakah ada yang dirasa salah?
d. Uji Publikasi: Bagaimana perasaan jika keputusan dipublikasikan?
Pertimbangkan keputusan panutan/idola Anda.
Tentukan paradigma dilema etika yang mungkin terjadi.
Pilih prinsip penyelesaian dilema yang sesuai.
Cari opsi kreatif dan tidak terpikir sebelumnya. 
Tentukan keputusan akhir.
Refleksikan kembali keputusan Anda.

Jawaban saya: 

Studi Kasus Dilema Etika: Tantangan Menyontek Saat Ujian

Nilai-nilai bertentangan:

Kejujuran vs. Keinginan mendapatkan nilai tinggi
Integritas vs. Tekanan teman sebaya
Terlibat:

Saya (mahasiswa)
Teman sekelas
Dosen pengampu mata kuliah
Fakta relevan:

Mengikuti ujian akhir semester
Tidak siap dengan materi ujian
Teman sebelah membuka contekan dan menawarkan melihatnya
Pengujian:

Uji legal: Tidak ada pelanggaran hukum.
Uji regulasi: Melanggar peraturan universitas.
Uji intuisi: Merasa sesuatu salah.
Uji publikasi: Tidak nyaman jika dipublikasikan.
Uji panutan: Panutan saya tidak menyontek.
Paradigma: Dilema antara Kejujuran dan Tekanan teman sebaya.

Prinsip penyelesaian:

Berpikir Berbasis Rasa Peduli
Investigasi Opsi Trilemma:

Ikuti ujian dengan kemampuan terbaik.
Berbicara dengan dosen dan meminta bantuan.
Menolak tawaran teman untuk menyontek.
Keputusan:

Menolak tawaran menyontek, mengikuti ujian dengan kemampuan terbaik.
Refleksi:

Keputusan terbaik, meski mungkin nilai tidak tinggi.
Menjaga integritas dan kejujuran.
Belajar dan mempersiapkan diri lebih baik di masa depan.
Pelajaran:

Integritas dan kejujuran penting.
Tekanan teman bisa diatasi dengan komunikasi.
Banyak cara inovatif untuk menyelesaikan masalah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun