Mohon tunggu...
Musafir
Musafir Mohon Tunggu... Penulis - Pegiat Literasi

Jalan Kebenaran

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Gadis yang Karam: Derita Perhatian di Balik Senja

26 Desember 2023   18:19 Diperbarui: 26 Desember 2023   18:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Matahari perlahan tenggelam di ufuk barat, menyisakan warna jingga yang merona di langit senja. Aku duduk di tepi danau yang tenang, memandangi air yang memantulkan keindahan langit. Di sisiku, ada seorang gadis yang selalu membuat hatiku berdebar-debar, namun entah mengapa, aku merasa perlu memberi tahu padanya bahwa perhatian tak pernah menjadi hal utama dalam hidupku.

"Gadis pujaan hati," ucapku pelan, "aku ingin kau tahu bahwa aku tak perlu perhatianmu. Aku sudah terbiasa sendiri, seperti batu karang yang tegar di tepi pantai ini."

Dia menoleh padaku dengan ekspresi campuran antara keheranan dan penasaran. Sinar senja menyinari wajahnya yang memesona, seakan memberikan keanggunan ekstra pada setiap senyumnya.

"Aku percaya, jika Tuhan itu baik, Dia akan memberikan umur yang panjang. Dan bagiku, itu sudah cukup. Aku tak membutuhkan banyak hal, termasuk perhatian dari orang lain," tambahku, mencoba menjelaskan lebih lanjut.

Gadis itu menatapku dengan mata yang penuh makna. "Tapi mengapa, sayang? Apakah kau tidak ingin memiliki seseorang yang selalu peduli padamu, yang hadir di setiap langkah hidupmu?"

Aku tersenyum, mencoba menjelaskan pemikiranku yang mungkin terdengar aneh. "Aku percaya cinta itu lebih dari sekadar perhatian. Cinta itu tentang pengertian, dukungan, dan kesiapan untuk bersama-sama menjalani segala liku hidup. Aku tak ingin menjadikan perhatian sebagai ukuran utama hubungan kita. Aku ingin kita saling melengkapi, seperti dua bagian yang bersatu membentuk kesatuan."

Gadis itu mengangguk, mencerna kata-kataku dengan serius. Kemudian, dia tersenyum lembut. "Aku mengerti, dan aku menghargai kejujuranmu. Aku pun tak ingin memberimu beban yang tak kau inginkan. Tapi tahukah, terkadang perhatian juga bisa menjadi ekspresi dari cinta yang tulus."

Kami berdua kembali terdiam, membiarkan hening senja menyatu dengan kerlip bintang. Meskipun aku telah menyampaikan bahwa aku tak membutuhkan perhatiannya, tetapi dalam hati, aku menyadari betapa berharga setiap momen bersamanya.

Ketika malam menggantikan senja, kami berdua berjalan pulang, melewati jalan setapak yang diterangi lampu-lampu kecil. Meski tak mengucapkan kata-kata romantis, tapi dalam setiap langkah dan senyumnya, aku merasa ada kehangatan yang tulus. Kadang-kadang, cinta bukanlah kata-kata, melainkan kehadiran dan kebersamaan yang hadir tanpa syarat.

Aku tahu, meski aku berkata bahwa aku tak butuh perhatiannya, namun dalam kenyataannya, hatiku sedikit demi sedikit mulai melebur oleh kehadirannya yang tak tergantikan. Mungkin, cinta itu memang datang tanpa permisi, bahkan ketika kita berusaha untuk tidak terlalu memilikinya.

Penulis: Kristoforus Dos Santos (Kefamenanu, 26 Desember 2023).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun