Menanggapi temuan Ulat dalam sayur dan nasi, penyedia makanan berkilah bahwa keberadaan ulat menunjukkan bahwa bahan makanan yang digunakan adalah organik dan bebas pestisida(Jatim.tribunnews.com)
Ada saja permasalahan Makan Bergizi Gratis (MBG) yang kini marak. Dari berita keracunan di SMPN 35 di Bandung yang dirilis Kompas.com, sampai makanan basi dan temuan Ulat dalam sayur dan nasi di SMKN 4 Yogyakarta yang ditulis dalam Jatim.tribunnews.com.
Tentang mengatasi MBG yang basi dan menimbulkan keracunan sudah saya tulis dalam artikel yang telah lalu, tapi dari berita yang saya baca ada hal unik yang terjadi, yaitu adanya temuan Ulat dalam sayur dan nasi menu MBG di SMKN 4 Yogyakarta yang melaporkan bahwa menu MBG yang diterima dilaporkan dalam keadaan basi dan terkontaminasi ulat.
Namun demikian, antara makanan yang basi dan terkontaminasi ulat berbeda. Untuk makanan basi, pastinya sudah  tidak layak konsumsi.Â
Tapi bagaimana dengan menu yang masih layak konsumsi tapi terkontaminasi ulat yang ikut dimasak  karena sayuran dan beras yang digunakan adalah makanan organik yang dalam budi dayanya tidak menggunakan pestisida sehingga mudah terserang hama seperti ulat?
Seharusnya ini juga tidak boleh terjadi karena sebagai bentuk kecerobohan saat mencuci dan membersihkannya. Meski mungkin tidak membahayakan. Tapi seperti apa yang dilaporkan, ada siswa SMKN 4 Yogyakarta yang merasa trauma karena dalam sayur, bahkan nasi ditemukan ulat yang ikut termasak bersama sayuran dan nasi.
Apa sih makanan organik itu?
Makanan organik adalah makanan yang diproduksi melalui sistem pertanian organik. Sistem ini menghindari atau sangat membatasi penggunaan pupuk sintetis, pestisida, herbisida, organisme hasil rekayasa genetika (GMO), antibiotik, dan hormon pertumbuhan dalam produksi tanaman dan hewan.
Tujuannya adalah untuk menghasilkan makanan yang lebih alami, sehat, dan ramah lingkungan.
Contoh Makanan Organik
-Buah-buahan dan Sayuran
Apel, pisang, jeruk, stroberi, bayam, brokoli, wortel, tomat yang ditanam tanpa pestisida dan pupuk kimia.
-Biji-bijian
Beras organik, gandum organik, jagung organik.
-Kacang-kacangan
Kedelai organik (untuk tahu dan tempe organik), kacang tanah organik, kacang merah organik.
-Daging dan Unggas
Daging sapi organik, ayam organik yang diternak tanpa hormon dan antibiotik, serta diberi pakan organik.
-Produk Susu
Susu organik, keju organik dari hewan yang dipelihara secara organik.
-Telur
Telur organik dari ayam yang diberi pakan organik dan tidak dikurung.
-Produk Olahan
Roti organik, selai organik, minyak zaitun organik (yang diproses tanpa bahan kimia).
Ciri-ciri Makanan Organik
1. Tidak Mengandung Pestisida Sintetis
Ini adalah ciri utama. Pertanian organik sangat membatasi penggunaan pestisida kimia. Jika pun digunakan, biasanya hanya pestisida organik dalam jumlah sedikit.
2. Tidak Mengandung Bahan Tambahan Sintetis
Makanan organik tidak diolah dengan bahan pengawet, pemanis buatan, pewarna sintetis, dan perasa buatan seperti MSG.
3. Tidak Mengandung GMO
Organisme hasil rekayasa genetika dilarang dalam pertanian organik.
4. Untuk Produk Hewani
Hewan ternak organik tidak diberikan antibiotik atau hormon pertumbuhan secara rutin. Mereka juga biasanya mendapatkan pakan organik dan memiliki akses ke ruang terbuka.
5. Label Organik
Biasanya, makanan organik memiliki label sertifikasi organik dari lembaga yang terpercaya.
Di Indonesia, ada beberapa lembaga sertifikasi organik. Label bisa berupa "100% organik", "organik" (minimal 95% bahan organik), atau "terbuat dari bahan organik" (minimal 70% bahan organik).
6. Tampilan yang Mungkin Tidak Sempurna
Buah dan sayuran organik mungkin tidak terlihat sesempurna produk non-organik. Ukuran, warna, dan bentuknya bisa bervariasi dan mungkin ada sedikit cacat alami karena tidak menggunakan bahan kimia untuk memaksakan pertumbuhan atau tampilan.
7. Umur Simpan Lebih Pendek
Karena tidak menggunakan bahan pengawet sintetis, makanan organik cenderung lebih cepat membusuk.
8. Harga Lebih Mahal
Proses produksi organik yang lebih rumit dan hasil panen yang mungkin lebih sedikit seringkali membuat harga makanan organik lebih tinggi.
Apa Keunggulan Makanan Organik?Dibandingkan dengan makanan yang Non-Organik, ada beberapa keunggulan makanan organik yang perlu kita pahami, yaitu:
1. Potensi Lebih Sedikit Residu Pestisida
Karena pembatasan ketat penggunaan pestisida sintetis, risiko terpapar residu pestisida berbahaya lebih rendah.
2. Kandungan Nutrisi yang Lebih Tinggi (Beberapa Penelitian)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa makanan organik, terutama buah dan sayuran, mungkin memiliki kandungan antioksidan, vitamin C, zat besi, dan mineral lain yang lebih tinggi.
3. Lebih Sedikit Nitrat
Sayuran organik cenderung memiliki kadar nitrat yang lebih rendah, yang dalam kadar tinggi dapat berbahaya bagi kesehatan.
4. Tidak Ada Antibiotik dan Hormon dalam Produk Hewani
Konsumsi produk hewani organik dapat mengurangi risiko terpapar antibiotik dan hormon pertumbuhan.
5. Lebih Ramah Lingkungan
Pertanian organik mendukung keanekaragaman hayati, menjaga kualitas tanah dan air, serta mengurangi emisi gas rumah kaca.
6. Potensi Rasa yang Lebih Baik
Beberapa orang percaya bahwa makanan organik memiliki rasa yang lebih alami dan enak karena ditanam di tanah yang sehat dan tanpa bahan kimia.
Tapi di samping Keuntungan, Makanan organik juga mempunyai kekurangan atau ke Kelemahan.
Kelemahan Makanan Organik Dibandingkan yang Non-Organik antara lain:
1. Harga Lebih Mahal
Ini adalah kendala utama bagi banyak konsumen.
2. Ketersediaan Terbatas
Pilihan dan ketersediaan produk organik mungkin tidak seluas produk non-organik, terutama di daerah tertentu.
3. Umur Simpan Lebih Pendek
Makanan organik lebih cepat membusuk sehingga memerlukan penanganan dan konsumsi yang lebih cepat.
4. Tampilan Kurang Menarik (Secara Visual)
Beberapa konsumen terbiasa dengan tampilan buah dan sayuran yang seragam dan mulus, yang mungkin tidak selalu dimiliki produk organik.
5. Potensi Risiko Kontaminasi Bakteri yang Sama
Meskipun praktik pertanian berbeda, risiko kontaminasi bakteri pada makanan organik dan non-organik secara keseluruhan dianggap serupa jika penanganan dan penyimpanan tidak tepat.
6. Tampilan yang Mungkin Tidak Sempurna
7. Umur Simpan Lebih Pendek
Karena tidak menggunakan bahan pengawet sintetis, makanan organik cenderung lebih cepat membusuk.
8. Harga Lebih Mahal
Proses produksi organik yang lebih rumit dan hasil panen yang mungkin lebih sedikit seringkali membuat harga makanan organik lebih tinggi.
KesimpulanÂ
Penting untuk diingat bahwa baik makanan organik maupun non-organik dapat menjadi bagian dari diet sehat.Â
Pilihan tergantung pada prioritas, anggaran, dan ketersediaan masing-masing individu. Mencuci buah dan sayuran dengan benar tetap penting untuk mengurangi risiko paparan kotoran dan residu, terlepas dari apakah makanan tersebut organik atau tidak.
Biasanya, makanan organik memiliki label sertifikasi organik dari lembaga yang terpercaya. Di Indonesia, ada beberapa lembaga sertifikasi organik. Label bisa berupa "100% organik", "organik" (minimal 95% bahan organik), atau "terbuat dari bahan organik" (minimal 70% bahan organik).
Referensi:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI