Mohon tunggu...
Istiqomah
Istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa - بسم الله الرّحمن الرحيم

sedang menimba, dengan seutas tali dan sebuah ember kecil yang seringkali kembali kosong sebab goncangan yang tak mampu ditahan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema Berorganisasi

15 Oktober 2021   08:00 Diperbarui: 15 Oktober 2021   08:07 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hai sobat! Apa kabar tugasnya? Wkwkwk canda gaess. Gimana kabarnya? Semoga selalu dalam keadaan baik ya.. 

Kita lari ke non-fiksi bentar yakk, hehe. Kali ini aku akan membahas tentang dilema berorganisasi. Ini dari pengalamanku pribadi dan mungkin beberapa dari kalian memiliki pengalaman yang sama atau mungkin punya versi lain. Selamat membaca..

Sebagai seorang mahasiswa pastilah tidak asing lagi dengan kata organisasi dan aktivis. Hmm.. dulu aku ingin sekali menjadi seorang aktivis apalagi dikampus. Singkat cerita aku memutuskan untuk mengikuti organisasi. 

Setiap mendaftar organisasi pastilah ada tes seleksi (bahasa kerennya screening) meski ada satu dua yang digunakan sebagai formalitas saja. Disetiap tes itu pastilah juga ditanya. Apa sih alasan atau tujuan kita ingin masuk organisasi A, B, C, dan seterusnya. Dan apa jawaban yang sering kita pakai? 

Ingin menambah relasi. Ingin menambah ilmu. Ingin mengasah skill. Ingin belajar. Dan ingin-ingin yang lainnya. Mungkin ada juga yang beralasan karena si doi ikut ini, kakak-kakanya ganteng dan cantik, ingin menjadi terkenal, wah siapa tuh? Nggak adalah ya yang alasannya kaya gitu, xixixi. Pada intinya, seringkali kita (khususnya aku sendiri) memiliki tujuan yang mengarah kepada pemuasan diri. Suatu saat ada yang menyadarkanku akan tujuan pun alasan yang seharusnya tak boleh terlewatkan. Apa itu? 

Kontribusi apa yang akan kuberikan di sana kelak? Sebab kita yang terlalu menuntut hingga lupa apa yang perlu kita persembahkan. Ini yang perlu selalu dijadikan sebagai bahan renungan. 

Ibarat hak dan kewajiban. Tak jarang yang kita cari atau kita jadikan tunjuan sebenarnya adalah feedback (hak), sedangkan lupa kontribusi (kewajiban) apa yang harus dilakukan. Pada akhirnya semua berujung kecewa dan berakhir ghosting. Kontribusi minim sedangkan 'ingin'nya maksimal. 

Bagaimana kita akan mendapat relasi? Kalau ikut berkumpul saja jarang ikut. Ada kegiatan jarang merapat. Bagaimana akan menambah skill? Ada kesempatan saja tidak diambil. Bagaimana bisa belajar, tambah ilmu dan pengalaman? Kalau setiap ada tidak dicatat pun tak didalami. 

Kontribusi. Sangatlah berperan penting dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam berorganisasi. Bolehlah kita banyak menuntut, tapi kita juga harus ingat kewajiban apa yang perlu kita lakukan untuk mewujudkan tuntutan (hak) itu sendiri.

Sebab ini, aku kembali ingat akan pembelajaran fisika saat masih menduduki bangku SMA. Meski aku sering tidur di kelas tapi aku masih memiliki buku catatan materinya, haha. Hukum Aksi-Reaksi. 

Sekian untuk edisi non-fiksi kali ini. Mungkin ini tak terlalu berarti dan kurang sistematis. Tapi semoga bisa diambil sedikit sebagai pelajaran. Kritik dan saran sangat dinantikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun