Affan Kurniawan Jejak Sejarah dan Riwayat Luka Demokrasi
Duka sedalam-dalamnya untuk mendiang Affan Kurniawan. Dunia yang penuh keonaran bukan tempatnya, tepat di jalan Pejompongan yang kisruh, ia tewas dilindas mobil Brimob. Kini usai sudah usianya. Ia yang dikenal tak patah arah, berjuang hingga gugur di medan perang kehidupan.
Seperti menyalakan api dalam sekam, bom waktu sudah menyalakan sinyalnya. Demo Mahasiswa dan buruh besar-besaran, menuntut hak-haknya di depan gedung DPR.
Aspirasi demi aspirasi tentang kebijakan yang tak pro rakyat menuai beragam aksi. Banyak pihak menilai bahwa lembaga legislasi yang harusnya membela rakyat justru bertingkah sebaliknya. Survei oleh Global Corrupt Barometer yang disusun oleh Transparency International menyimpulkan, sebagian besar masyarakat Indonesia menempatkan birokrasi pemerintah yang paling korup adalah DPR.
Demokrasi yang telah berkelakar lama, menjunjung kebebasan tak pernah surut dari penindasan dan pertentangan yang tak padam. Musyawarah didengungkan, tapi jalan tengah tak pernah berujung melahirkan solusi terbaiknya.
Siapapun orangnya, selagi sistem kekuatan modal berupa Kapitalisme tetap diemban, maka peluang orang-orang populis besar untuk berkuasa terbuka lebar. Yang ada hanyalah Kesenjangan tercipta dan ketidak adilan menjadi puncak keserakahan.
Bagaimana cara demokrasi bekerja untuk orang-orang lemah?
Demokrasi sedang mengalami kemunduran, begitu tutur mantan menteri Luar negeri Retno Marsudi pada sambutannya agenda Bali Democracy Forum beberapa waktu lalu. Sejalan dengan itu, penulis menemukan beberapa prinsip dasar demokrasi dalam buku How Democrasies Die. Berikut untuk bisa dicermati.
Ilusi Demokrasi
Trilogi kedaulatan yang mengusung slogan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat nyatanya belum terbukti. Rakyat yang mana dan kepentingan siapa? Sebutlah Affan Kurniawan yang menjadi korban kericuhan itu. Ia berada pada persimpangan kebijakan yang justru tidak pro rakyat.