Mohon tunggu...
Isson Khairul
Isson Khairul Mohon Tunggu... Jurnalis - Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kanal #Reportase #Feature #Opini saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul dan https://www.kompasiana.com/issonkhairul4358 Kanal #Fiksi #Puisi #Cerpen saya: http://www.kompasiana.com/issonkhairul-fiction Profil Profesional saya: https://id.linkedin.com/pub/isson-khairul/6b/288/3b1 Social Media saya: https://www.facebook.com/issonkhairul, https://twitter.com/issonisson, Instagram isson_khairul Silakan kontak saya di: dailyquest.data@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Mata Kuliah untuk Khofifah dari Mahasiswa Papua

25 Agustus 2019   18:32 Diperbarui: 26 Agustus 2019   06:00 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyuguhkan menu Papeda kepada Staf Khusus Presiden untuk Papua, Lenis Kagoya. Ini momentum agar semua warga Papua dan Jawa Timur kembali bersatu sesama saudara. Melupakan perselisihan dan saling memaafkan. Foto: iNews.id/Ihya Ulumuddin

Khofifah memang Gubernur Jawa Timur. Warga Papua di provinsi itu memang mahasiswa. Dan, aksi diskriminasi serta rasisme yang menimpa mahasiswa Papua, adalah mata kuliah penting dari mahasiswa untuk Khofifah Indar Parawansa.

Cinta Gus Dur, Kader Gus Dur
Mari sejenak kita menoleh ke belakang, ke hari Jumat (29/12/2017). Hari itu adalah puncak acara haul ke-8 Gus Dur di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur. Ribuan pengunjung menghadiri acara tersebut. 

Di sana, Khofifah Indar Parawansa bicara tentang keteladanan Gus Dur sebagai tokoh bangsa Indonesia. Khofifah menuturkan, banyak ajaran Gus Dur yang bisa terus digali dan diteladani.

Terutama, tutur Khofifah lebih lanjut, tentang semangat toleransi dan multikulturalisme, yang mampu menyatukan keberagaman umat agama. Dua hal ini sangat relevan di era milenial seperti sekarang ini. 

Apa yang dituturkan Khofifah pada tahun 2017 itu, menghadapi ujian sidang terbuka, ketika terjadi aksi diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di dua wilayah Jawa Timur: Malang dan Surabaya.

Gubernur Papua Lukas Enembe boleh dibilang sebagai salah seorang penguji di ujian sidang terbuka tersebut. Lukas Enembe mengajukan pertanyaan kepada Khofifah: orang Papua mencintai Gus Dur. Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur. Kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu? Kenapa Banser tidak diterjunkan untuk membantu pengamanan terhadap mahasiswa Papua?

Dua pertanyaan itu diajukan Lukas Enembe kepada Khofifah Indar Parawansa pada Senin (19/08/2019), ketika Khofifah dari Surabaya menelepon Lukas Enembe di Jayapura. 

Khofifah menelepon untuk minta maaf kepada Lukas Enembe dan kepada warga Papua, atas terjadinya aksi diskriminasi dan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Asrama Mahasiswa Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, pada Sabtu (17/08/2019).

Pada Senin (19/08/2019) itu juga, Lukas Enembe langsung menyampaikan permohonan maaf Khofifah, kepada massa yang mendatanginya di halaman Kantor Gubernur Papua, Jalan Soa Siu Dok 2, Jayapura, Papua. Lukas Enembe juga menceritakan sebagian percakapannya dengan Khofifah, termasuk tentang dua pertanyaan yang ia ajukan tersebut.

Kita tahu, yang dimaksud dengan Gus Dur adalah Abdurrahman Wahid, Presiden RI ke-4, dari 20 Oktober 1999 hingga 23 Juli 2001. Pada 30 Desember 1999, sekitar 2 bulan 10 hari setelah dilantik menjadi Presiden, Gus Dur berkunjung ke Papua, berdialog dengan berbagai elemen di Papua. Saat itu nama wilayah tersebut Irian Jaya, kemudian diganti Gus Dur menjadi Papua.

Lupa Semangat Toleransi 
Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan di komplek pemakaman Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Di area pondok itulah Khofifah mengingatkan tentang semangat toleransi dan multikulturalisme Gus Dur pada Jumat (29/12/2017) itu. 

Sebagai pencipta nama Papua, sebagai tokoh toleransi dan multikulturalisme, Gus Dur menjadi sosok yang disegani dan orang Papua mencintai Gus Dur, sebagaimana diungkapkan Gubernur Papua Lukas Enembe.

Jika saja Khofifah masih ingat tentang semangat toleransi dan multikulturalisme Gus Dur tersebut, kemudian membaca Demo Tuntut Papua Merdeka di Malang Berakhir Ricuh, Mahasiswa dan Polisi Terluka di inews.id pada Kamis (15/08/2019) 13:43 WIB dan Mahasiswa Papua Rusuh di Malang, Warga Jadi Korban Lemparan Batu di detik.com pada Kamis (15/08/2019) 14:48 WIB, tentu Khofifah akan bereaksi. Khofifah tentu akan melakukan sesuatu.

Nyatanya, tidak. Bahkan, ketika esoknya, pada Jumat (16/08/2019) 20:15 WIB, kompas.com melansir Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya Didatangi Ratusan Kelompok Ormas, Ini Dugaan Penyebabnya, Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur, belum bereaksi apa-apa. Belum melakukan langkah antisipasi apa pun.

Sampai akhirnya, esoknya lagi, pada Sabtu (17/08/2019), terjadi penembakan gas air mata, penjebolan pintu pagar asrama, angkut paksa, dan diskriminasi serta rasisme terhadap mahasiswa Papua di asrama tersebut. Bacalah Polisi Angkut Paksa 43 Orang dari Asrama Mahasiswa Papua di Surabaya yang dilansir kompas.com pada Sabtu (17/08/2019) pukul 20:37 WIB.

Pertanyaan saya, ke mana dan ada di mana Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur? Bukankah Malang dan Surabaya adalah wilayah Jawa Timur? Tak ada kah satu orang pun di lingkaran Provinsi Jawa Timur, yang memberi tahu Khofifah? Ini sungguh merisaukan.

Kenapa? Karena, Khofifah adalah puteri kelahiran Jawa Timur yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Timur.  Khofifah menjadi kepala daerah di daerah yang sangat dikenalinya. Ia lahir di Surabaya pada 19 Mei 1965 dan menghabiskan masa kecilnya di Surabaya. Bahkan, masa sekolah dan kuliahnya, juga di Kota Pahlawan itu. Tidak sensitif kah Khofifah?

Kuliah untuk Khofifah
Kita tahu, baru hari Senin (19/08/2019), Khofifah bereaksi. Antara lain, Khofifah menelepon Lukas Enembe, dari Surabaya ke Jayapura. Tak heran jika Lukas Enembe bertanya kepada Khofifah: orang Papua mencintai Gus Dur. Ibu Gubernur tuh kadernya Gus Dur. Kenapa mahasiswa saya dianiaya seperti itu? Kenapa Banser tidak diterjunkan untuk membantu pengamanan terhadap mahasiswa Papua?

Jika Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur sensitif terhadap apa yang terjadi di Malang pada Kamis (15/08/2019), tentu ia akan melakukan sejumlah langkah antisipasi. Content yang dilansir inews.id Demo Tuntut Papua Merdeka di Malang Berakhir Ricuh, Mahasiswa dan Polisi Terluka pada Kamis (15/08/2019) 13:43 WIB tersebut, sesungguhnya sudah sebuah kode keras untuk para pemangku kepentingan di Jawa Timur.

Pertama, ada tuntutan Papua Merdeka. Kedua, demo yang ricuh. Ketiga, mahasiswa dan Polisi terluka. Artinya, kombinasi ketiga hal tersebut, tidak bisa dipandang sebagai sebuah peristiwa lokal semata. Apalagi, peristiwa tersebut terjadi, hanya 2 x 24 jam menjelang Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan, pada Sabtu (17/08/2019).

Kini, kita bisa cermati, peristiwa yang terjadi di Malang pada Kamis (15/08/2019) dan peristiwa di Surabaya pada Sabtu (17/08/2019), menjadi pemicu sejumlah peristiwa lain, di sejumlah wilayah tanah air. Termasuk, di sejumlah wilayah di Papua dan Papua Barat. Semua itu telah menguras energi bangsa. Semua itu telah mencederai Peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan.

Tapi, bulan Agustus masih tersisa beberapa hari lagi. Berbagai gapura dengan hiasan Merah Putih, masih bisa kita temui di banyak tempat di berbagai pelosok negeri. Setidaknya, semua itu, menjadi penambah semangat kita untuk kembali dan kembali merajut persatuan yang sempat terguncang. Sebagaimana diungkapkan Presiden Joko Widodo pada Senin (19/08/2019): emosi itu boleh, tetapi, memaafkan itu lebih baik.

Khofifah Indar Parawansa selaku Gubernur Jawa Timur, sudah minta maaf. Kepada Lukas Enembe, juga kepada warga Papua dan Papua Barat. Anggaplah semua peristiwa tersebut sebagai mata kuliah toleransi dan multikulturalisme untuk Khofifah, juga untuk kita semua. Ini sekaligus sebagai momentum untuk mengingat kembali tentang semangat toleransi dan multikulturalisme, yang tanpa henti digelorakan Gus Dur.

isson khairul --dailyquest.data@gmail.com

Jakarta, 25 Agustus 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun