Mohon tunggu...
Isro Ayyubi Rambe
Isro Ayyubi Rambe Mohon Tunggu... Editor - Kerja di Tambang

Seorang yang masih banyak belajar dan terus mencari ide-ide untuk menciptakan kegiatan yang positif dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Solo Touring Jakarta - Bali

1 Oktober 2015   15:27 Diperbarui: 1 Oktober 2015   15:55 4583
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jalan dari Purworejo menuju Jogja relatif lebar, namun sedikit berkelok dan beberapa titik ada tanjakan ditambah perjalanan malam juga sangat mengganggu untuk memacy kendaraan diatas rata-rata, lampu kabut yang saya pasang di motor hanya sedikit saja membantu, akhirnya tepat pukul 19.30 saya sudah memasuki kota “gudeg” dan ini merupakan tempat bermalam saya di hari pertama. Alhamdulillah hari pertama perjalanan solo touring saya berjalan dengan lancar dan selamat, menikmati malam hari di Jogja itu sesuatu banget hehehe.

 29 Mei 2009

 Ini adalah hari kedua perjalanan saya melintasi pulau jawa, selepas sholat subuh saya langsung tancap gas keluar kota Jogja, rute pagi ini yang akan saya lalui adalah Solo, suasana yang masih pagi membuat laju motor yang saya kendarai bisa melaju dengan kecepatan maksimal 80 – 110 km/jam, melintasi Candi Prambanan yang menjadi salah satu ikon kota jogja terus merayap melintasi Klaten dan akhirnya masuk kota Solo, dari kota ini saya melanjutkan perjalanan menuju Sragen, sengaja saya tidak mengambil rute Karanganyar itu akan menjadi jalur kembali saat dari Bali nanti.

 Indahnya pemandangan sepanjang jalan benar-benar memberikan kenikmantan tersendiri, jalanan hitam memanjang disisi kanan kiri jalan pesawahan menjadikan perjalanan ini tidak terasa, hingga tak terasa akhirnya saya sudah masuk Provinsi Jawa Timur, gerbang Kabupaten Ngawi sudah saya lewati, beberapa pondok pesantren terkenal seperti Gontor sudah saya lewati, saya sengaja istirahat dan mengisi bensin sebelum keluar kota Ngawi, karena selepas ini saya akan memasuki kawasan hutan Jati di daerah Caruban. Jalan di belantara hutan Jati ini sangat mulus hanya beberapa titik saja yang rusak, namun bagi pengendara motor atau mobil harus ekstra hati-hati untuk mendahului kendaraan yang ada di depan jangan sampai melanggar rambu/marka jalan apalagi mendahului pada titik dimana ada garis lurus tanpa putus, nah terkadang ada petugas yang melihat anda bisa langsung diberhentikan. Hehehe

 Selepas siang saya sudah masuk kabupaten Nganjuk dan terus merayap menuju Jombang karena target saya malam harus nyeberang ke Pulau Bali, karena jarak Jombang ke Mojokerto relative dekat ± 27 km, maka saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Mojokerto, sampai disini saya istirahat sejenak. Perjalanan kembali saya lanjutkan dari Mojokerto saya langsung ambil arah ke Sidoarjo dan sampai disini sudah pukul 3 sore, sedangkan perjalanan menuju Pelabuhan Ketapang masih sekitar ± 220 km, karena tekad sudah bulat saya tetap melanjutkan perjalanan, namun dari sidoarjo saya langsung ambil jalur Pantai Utara Pulau Jawa yaitu arah Pasuruan dan terus melanjutkan ke kota Probolinggo, kendaraan terus saya pacu keluar kota Probolinggo, hari sudah hampir malam ketika saya mencoba mengabadikan moment dan berhenti sejenak di Paiton, salah satu Pembangkit Listrik Tenaga Uap untuk menyuplai listrik daerah Jawa dan Bali.

Perjalanan kembali saya lanjutkan Situbondo, namun ditengah perjalanan hujan deras menemani perjalanan saya, mau tidak mau terpaksa tetap saya harus trobos hujan ini (memakai istilah balapan wet race), karena bila saya berhenti maka akan banyak waktu yang terbuang, akhirnya walaupun dengan kecepatan 40-50 km/jam saya akhirnya saya memasuki kota Situbondo, kota terakhir sebelum saya menyeberang ke pulau Bali. Dikota ini saya berhenti sejenak di Pom Bensin, untuk mengganti pakaian yang basah oleh guyuran hujan tadi, hari sudah hampir jam 8 malam. Namun tetap harus saya paksakan perjalanan malam, walaupun saat di pom bensin tadi ada beberapa orang menganjurkan jangan dilanjutkan perjalanan karena setelah daerah Asembagus akan memasuki Taman Nasional Baluran yang penuh dengan hutan jati, jalanan menanjak dan ada titik jalan yang berlubang, melihat kondisi yang seperti itu saya tetap kukuh harus bisa sampai Bali malam ini, akhirnya dengan membaca Bismillah perjalanan terus saya lanjutkan menuju pelabuhan Ketapang.

 Gelapnya malam disepanjang TN Baluran dan jalanan yang naik turun membuat si thundie menghadapi perjuangan ekstra keras, rimbunya pohon jati dan hutan terkadang membuat bulu kuduk merinding hehehe, namanya juga sendirian ditengah malam buta, hanya hembusan angin malam dan ciuman mesra sang aspal menemani, namun semua itu saya siasati dengan mencoba mencari rekan seperjalanan di sepanjan rute tersebut dan alhamdulillah berkat izin Allah ada juga mobil di depan saya dan jadilah mobil ini menemani saya sampai keluar Taman Nasional Baluran, setelah hampir satu jam setengah melintasi hutan jati tersebut akhirnya saya memasuki wilayah Ketapang dan tepat jam 10 malam saya langsung naik Feri menyeberangi selat Bali menuju pelabuhan Ketapang.

 Dibutuhkan waktu kurang lebih 30 menit menyeberang ke pelabuhan Gilimanuk totalnya hampi 1 jam dengan proses kapal bersandar ddan beberapa kali pemeriksaan sebelum keluar pelabuhan, maklum pasca tragedy bom Bali akses keluar masuk ke Bali diperketat, saya juga ditanyai surat-surat kendaraan dan kartu identitas. Tepat jam 11 malam saya dan si thundie sudah menginjakka kaki di Pulau Dewata, amazing dan sangat surprise bagi saya setelah hampir 14 jam nonstop berkendara dihari kedua ini akhirnya bisa sampai di Pulau Dewata. Jalanan selepas Gilmanuk sangat bagus dan lebih banyak jalan lurus terutama di ujung kabupaten Jembrana, demi keselamatan diri mengingat badan juga sudah letih akhirnya saya putuskan malam itu bermalam di hotel “P” –SPBU Pertamina maksudnya di Desa Loloan, motor sengaja saya parkir diantara mobil-mobil truk yang memang malam itu banyak yang berhenti untuk istirahat.

 30 Mei 2009

 Desa Loloan adalah salah satu kampong yang mayoritas penduduknya adalah muslim, sehingga tidak heran banyak Musholla dan Masjid sepanjang daerah tersebut. Pagi itu saya lebih awal bergegas dari POM bensin, saya berencana sholat subuh di perjalanan berhenti disalah satu Masjid yang ada. Setelah mengecek kembali kondisi motor, perjalanan saya lanjutkan, udara pagi di Bali cukup sejuk, saya sempat berpapasan dengan beberapa petani yang akan berangkat ke sawah, anak-anak yang berangkat ke sekolah, Nagara adalah salah satu kota besar yang saya jumpai setelah memasuki Bali, selepas itu jalanan yang ditempuh dari Soka ke Tabanan sedikit berkelok dan menyempit, bahkan beberapa kali terjadi antrian karena ada kendaraan yang mogok bahkan terperosok ke jurang. Tepat jam 10 pagi saya sudah memasuki kawasan wisata Tanah Lot yang terkenal itu dan ini menjadi destinasi wisata saya yang pertama.

 Setelah dari Tanah Lot perjalanan saya lanjutkan ke Pantai Kuta, di pantai ini saya dijamu oleh rekan-rekan dari Polairut Polda Bali di Pos Pantai Kuta, beristirahat sejenak disana saya lanjutkan berkeliling kota Denpasar, ke monument bom Bali I dan II di Legian dan dilanjutkan ke Pantai Sanur. Mengingat waktu yang saya miliki begitu sedikit akhirnya saya putuskan, malam itu bergerak kembali menuju Tabanan untuk bermalam, ditambah kondisi hujan yang lebat terpaksa saya harus mencari penginapan secepatnya dan malam itu saya akhiri perjalanan di Tabanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun