Mohon tunggu...
Isrina Nurfaiza
Isrina Nurfaiza Mohon Tunggu... Guru

Menulis topik sederhana untuk menginspirasi dan berdampak

Selanjutnya

Tutup

Nature

Kulit Pisang Tak Lagi Sia-Sia, Sananrejo Menjawab Tantangan Limbah Organik Industri Rumahan.

8 Juli 2025   18:26 Diperbarui: 8 Juli 2025   19:05 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumentasi penulis

Desa Sananrejo merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Turen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Lokasinya berada sekitar 25 km ke arah tenggara dari Kota Malang dan dapat diakses dari berbagai arah. Desa ini memiliki jumlah penduduk sekitar 7.170 jiwa dan luas wilayah kurang lebih 430,50 hektare. Sebagian besar wilayah difungsikan sebagai permukiman dan lahan pertanian. Mata pencaharian utama masyarakatnya adalah bertani. Namun, banyak pula warga yang mengolah hasil alam menjadi kudapan khas daerah yang bernilai jual cukup tinggi. Hal ini didukung oleh potensi wisata lokal, seperti destinasi religi Masjid Tiban Turen, yang telah dikenal luas karena keindahannya, baik oleh wisatawan lokal maupun mancanegara.

Di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu, masyarakat diharapkan mampu bertahan, terutama dalam sektor industri skala kecil yang tersebar di wilayah ini. Meskipun banyak pelaku usaha mengalami kendala, industri rumahan tetap memberikan kontribusi besar terhadap keberlangsungan hidup masyarakat setempat.

Industri adalah kegiatan pengolahan bahan mentah atau setengah jadi menjadi barang yang memiliki nilai tambah, baik dalam bentuk barang maupun jasa. Industri rumahan umumnya bergerak dalam skala kecil, dengan tenaga kerja nonprofesional, modal terbatas, serta proses produksi yang bersifat musiman. Kegiatan produksi ini tentu menghasilkan limbah, baik dalam jumlah kecil maupun besar. Semakin besar proses produksi, semakin tinggi pula volume limbah yang dihasilkan. Limbah tersebut dapat mencemari lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.

Menurut Drs. Heryando Palar, pencemaran lingkungan adalah kondisi ketika suatu lingkungan mengalami perubahan ke arah yang lebih buruk karena masuknya zat atau komponen lain yang mengganggu kelestarian serta kesehatan makhluk hidup di sekitarnya. Lingkungan sendiri terdiri atas komponen biotik (makhluk hidup seperti manusia, hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme) serta abiotik (benda mati seperti tanah, air, udara) yang saling bergantung dan membentuk keseimbangan ekosistem.

Di Desa Sananrejo, mayoritas masyarakat merupakan pelaku industri rumahan penghasil makanan ringan khas daerah. Bahan utama yang digunakan berasal dari hasil perkebunan setempat, seperti singkong, ubi jalar, kelapa, dan pisang. Pisang menjadi bahan yang paling populer, khususnya jenis pisang raja nangka, yang diolah menjadi keripik aneka rasa. Menurut salah satu produsen keripik pisang, dalam sekali produksi mereka bisa menghabiskan hingga 1 kuintal pisang mentah. Kulit pisang, sebagai limbah utama, dibuang begitu saja dan disebut sebagai "limbah industri."

Pisang raja nangka merupakan salah satu jenis pisang yang banyak ditemui di Malang. Pisang jenis ini memiliki kulit tebal yang tetap hijau meskipun buahnya matang. Daging buahnya berwarna kuning kemerahan, beraroma harum, dan bercita rasa manis agak asam. Kandungan nutrisinya cukup lengkap, antara lain asam folat, serat, zat besi, riboflavin, protein, mangan, vitamin C, vitamin A, vitamin B6, magnesium, dan kalium. Bahkan kulit pisangnya pun mengandung protein kasar sebesar 9,87% dan serat kasar 14,61%. Dibandingkan jenis pisang lain, kandungan ini terbilang tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan, termasuk menjaga ginjal dan menambah darah.

Namun, dalam praktiknya, hanya daging buah yang dimanfaatkan untuk keripik. Kulitnya dibuang, sehingga menimbulkan tumpukan sampah organik. Jika dibiarkan, limbah ini dapat mencemari udara, menimbulkan bau tidak sedap, menarik lalat, dan berpotensi menyebarkan bakteri yang berbahaya bagi kesehatan lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang tepat agar limbah ini tidak menjadi ancaman.

Penulis menawarkan solusi berupa pengolahan kulit pisang menjadi kompos. Kompos adalah pupuk organik yang dihasilkan dari proses dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur. Proses ini dapat dipercepat dengan bantuan mikroorganisme efektivitas tinggi seperti EM4 (Effective Microorganism 4), yang mengandung berbagai bakteri pengurai, seperti Lactobacillus sp., bakteri fotosintetik, streptomyces, dan jamur pengurai selulosa. EM4 mampu mempercepat penguraian limbah, meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi tanaman, serta menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen.

Beberapa manfaat kompos kulit pisang antara lain; Meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman melalui kandungan kalium, Menjaga tanaman agar tidak mudah layu dan tahan terhadap kekeringan, Mempercepat proses pembungaan karena mengandung nitrogen, magnesium, dan fosfor, Mencegah penyakit tanaman berkat kandungan kalium organik sekitar 42%.

Adapun proses pembuatan kompos kulit pisang cukup mudah dan dapat dilakukan dengan alat seadanya. Langkah-langkahnya sebagai berikut; Siapkan bahan: kulit pisang, air, gula, dan larutan EM4. Gunakan peralatan sederhana seperti pisau, sendok, dan toples bekas, Potong kecil-kecil kulit pisang dan masukkan ke dalam toples untuk mempercepat pembusukan, Campurkan air, gula, dan EM4, aduk merata, lalu tuangkan ke dalam toples berisi kulit pisang, Aduk seluruh bahan, tutup rapat, dan diamkan selama 2–3 minggu hingga siap digunakan sebagai pupuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun