Mohon tunggu...
Isnandar
Isnandar Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Masih belajar dan tetap belajar dalam melihat, mendengar kemudian merefleksikan rasa lewat tulisan

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Genting Kaca

21 Mei 2019   10:00 Diperbarui: 21 Mei 2019   11:25 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Cahaya yang datang padaku mengetuk genting kaca rumah malam itu. Datang berteman titik hujan. Pergi setelah tiga dini hari. Hujan berhenti, awan hitam terdiam.

Rekayasa tekhnologi. Bagai bunga cita masa lalu Yang membayar lunas atas tanya masa depan.

Skylight, adalah shortcut manipulasi agar cahaya hadir. Hadir di palung hati terdalam. Ayah merancang  jalan. Jalan lintasan cahaya. Genting kaca.

Bara diujung obat nyamuk terbakar. Bagai pasir waktu bergerak, berlalu. Saat itu pukul satu dini hari,saat yang ditunggu. Purnama didepanku. Wajahnya bulat.

Senyumnya menembus genting kaca. Cahayanya menghujam didada kiri. Dia datang dari masa lalu, sekelebat ada di masa depan. Datang mencium keningku, pergi tertinggal pesan dibawah bantal. 

Pukul setengah dua dini hari. Wajah purnama hampir tak terlihat lagi. Genting kaca penuh butiran air hujan. Perlahan ayah tunjukan. Sketsa seorang nenek menyulam kain di wajah purnama.

Purnama Semalam. Bekasi 20 05 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun