Sering juga kelas mendadak dibatalkan karena siswa berhalangan, padahal saya sudah mengosongkan waktu. Misalnya ada tawaran liputan, saya relakan. Tahu-tahu siswa berhalangan karena sesuatu sehingga amsyiong deh enggak dapat apa pun.
Kendati begitu, tetap saya syukuri karena bisa bertemu siswa-siswa muda dan berbagi pengalaman serta semangat belajar kepada mereka. Uang hanyalah lembaran (yang sayangnya begitu berharga), hiks.
5. Jemput anak sekolah
Beberapa bulan terakhir, saya dan istri juga menerima jasa jemput anak sekolah. Kami bergiliran menjemput anak tetangga karena orang tuanya sibuk bekerja. Upahnya Rp50 ribu untuk tiga kali jemput--tidak besar, tapi lumayan daripada lumanyun. Garing, biarin!
Kadang jadwalnya mendadak batal karena orang tuanya sempat pulang lebih cepat. Ya sudah, belum rezeki. Kalau rizki, itu anak Sule yang pintar menyanyi.
Mungkin ada yang tanya, "Ga malukah ngojek anak sekolah padahal sarjana?" Saya jawab tegas, "Ya, tentu tidak." Tak ada yang salah dengan berburu cuan dari antar jemput anak orang.
Tak ada pekerjaan yang lebih mulia atau kurang luhur hanya karena penampilan fisik atau karakter pekerjaan yang bersangkutan.
Yang lebih memalukan adalah jijik pada suatu pekerjaan sebab dianggap rendahan padahal bisa berbuah cuan, lalu asyik bergantung hidup lewat utang.
6. Jual buku bekas
Sejak Tokopedia diakuisisi TikTok, jualan buku bekas jadi makin sulit. Dulu tiap bulan ada saja buku terjual, tapi sekarang bisa berbulan-bulan tanpa satu pun transaksi.
Shopee pun sama. Mereka mudah sekali menutup toko hanya karena harga buku lebih murah dari pasaran--padahal itu jelas buku bekas!Â
Seharusnya admin Shopee belajar membaca dulu sebelum bertindak, biar tidak seperti aparat yang asal menyita buku karena dianggap "berbahaya".