Diluar hujan.
Aku pernah begitu tak menyukai hujan. Karena hujan slalu saja menghambatku melakukan berbagai kegiatan, hujan juga membuatku harus kehilangan jingga senja yang berujung kelam. Tapi hal itu berbeda saat aku mengenalmu.
Hujan benar benar menjadi anugerah. Hujan yang dulu tak kusuka, malah sengaja kujadikan do'a. Karena apa? Karena saat hujan, seakan akan alam membiarkan kita untuk sekedar berteduh dan berlama lama bersama. Kala itu, karena alasan waktu, kita membiarkan diri kita basah olehnya.
Kita habiskan perjalanan dengan menerpa dinginnya hujan. Kamu yang waktu itu menyuruhku memakai jaketmu, malah sengaja membiarkan badanmu benar benar basah dengan tangan sampai membiru. Jujur, kuteteskan airmataku kala itu. Aku tak bisa melakukan apa apa. Kau rela kedinginan, dan membiarkanku tetap hangat. Kau memang keras kepala. Meskipun sebenarnya kau membawa jaket dua, tapi kau enggan memakainya.
Sesampainya mengantarku, kupaksa kau memakai jaketmu, dan kau mau. Kau bilang, aku seperti ibumu, yang selalu mengingatkan untuk tetap memakai jaket tebal, dan tak kebut kebutan di jalan. Itu dulu. Kini kamu yang jadi dingin padaku, sama seperti saat kau kedinginan hingga tanganmu membiru :')