Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... -

Merendahlah, hingga sampai tak ada yang merendahkanmu. Mengalahlah, hingga sampai tak ada yang bisa mengalahkanmu. Hanya ada dua manusia, ia menulis dan ia ditulis. Instagram : @iskandar.zulkarnain.29

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Buku dan Jengkol

3 Oktober 2018   08:11 Diperbarui: 3 Oktober 2018   08:33 467
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Di pagi hari, seorang anak kecil bermain di pinggiran Kalideres Tangerang Selatan. Melontarkan sebuah batu ke arah kali. Acuh tak acuh dengan omongan orang yang ada di sekitarnya. Petir yang diiringi suara gemuruh saling bersahutan di langit, serta gerimis sudah membasahi badannya, dan sepertinya hujan akan turun deras pagi ini.

"Dina, kau dari mana? Kenapa basah?" Sang ibu mulai mengoceh. "Udah beratus kali ibu bilang sama kau nak, jangan sering-sering main hujan. Nanti kau sakit aku juga yang repot kau buat."

Dina bengong dan mengagah di hadapan ibunya. Sedikit heran, sedangkan ibunya baru kali sepuluh melarangnya untuk tidak main hujan. "Tadi aku main di Pasar Semanan Kalideres, terus hujan datang dengan tiba-tiba membasahi tubuhku. Yasudah, aku langsung melarikan diri. Ehh sampai di rumah badanku basah. Begitu bu." Dina mencoba untuk menjelaskan kepada ibunya. Namun tetap saja ibu Dina tidak percaya dengan penjelasan yang di jabarkannya.

"Yasudah, ibu gak mau tau dengan alasan kau itu. Sekarang kau pergi mandi terus ganti bajumu. Kalau kau sakit nanti aku yang repot." Sedikit ocehan yang diterima Dina.

Kemudian ia melangkahkan kakinya di jalan setapak yang tak begitu luas menuju ke arah kamar mandi. Lagi-lagi ia merasa kesal dengan hidupnya. Hampir tiap hari ia selalu menahan rasa sakit batin oleh ucapan ibunya tersebut.

Akhirnya setelah selesai mandi, ia mencoba menanyakan hal tersebut kepada ibunya karena rasa penasaran yang telah menumpuk di dalam batinnya. Tampaknya tengah terburu-buru untuk menghampi ibunya di dapur, sehingga ia lupa mengganti dalamannya yang sudah seminggu tak diganti.

"Bu," ucapnya pelan. "Kenapa sih ibu selalu melarang aku mandi hujan. Padahal basah-basah itu asik" Ia bertanya pada ibunya yang sedang memasak. Namun ibunya tak peduli, karna sibuk memasak jengkol dan pete.

"Ada-ada saja kau bertanya, ya aku gak mau kau sakit nak. Kalau kau sakit aku juga yang sibuk"

Lagi-lagi Dina merasa tak puas dengan alasan ibunya tersebut.

"Besok aku gak mau sekolah, badanku sakit-sakit rasanya"

"Alah, gak usah banyak alasan kau Dina. Sana kau masuk ke kamar, belajar!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun