Mohon tunggu...
Isharyanto Solo
Isharyanto Solo Mohon Tunggu... Penulis

Pencari Pengetahuan

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Tembakan Tepat untuk Perekonomian

17 September 2025   04:44 Diperbarui: 17 September 2025   04:44 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Pemerintah mengeluarkan delapan stimulus. Nilainya besar. Enam belas koma dua tiga triliun rupiah. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, bicara singkat. Padat. "Tidak akan melebarkan defisit." Itu ucapannya. Sebuah keyakinan yang memiliki dasar, sebagaimana Adam & Bevan (2005) menunjukkan defisit fiskal yang terkelola tidak selalu merusak. Defisit. Itu selisih kurang antara pendapatan dan belanja.

Menteri Keuangan menjabarkan rincian. Anggaran terbesar untuk beras. Sepuluh kilogram per keluarga. Dua bulan. Oktober. November. Langsung ke perut rakyat. Tujuh triliun. Angka yang nyata. Sebuah kebijakan yang, seperti diamati Acaravc et al. (2015), dapat mendongkrak konsumsi dan pertumbuhan melalui peningkatan pendapatan riil.

Lima program lain menyusul. Masing-masing untuk tujuan tertentu. Untuk nelayan. Untuk petani. Untuk pedagang kecil. Uang harus bergerak. Ekonomi harus hidup. Adeola & Evans (2017) menegaskan pentingnya inisiatif seperti ini untuk mendorong diversifikasi ekonomi. 

Tapi selalu ada tantangan. Korupsi mengintai. Sebuah peringatan yang disampaikan oleh Alenoghena & Evans (2015) dan Barbier (2010). Bantuan bisa meleset. Tidak tepat sasaran. Brimah et al. (2013) dan Bolgorian (2011) memaparkan bagaimana korupsi menyimpangkan anggaran dan menghambat perkembangan pasar. Itu seperti tembakan yang meleset. Menurut Ahlin & Pang (2008), kontrol korupsi dan perkembangan sektor keuangan adalah pondasi pengganti yang vital untuk pertumbuhan.

Purbaya yakin. Semua terhitung. Defisit terjaga. APBN aman. Keyakinannya berakar pada penelitian Barro (1978) dan Brender & Drazen (2008) yang menunjukkan defisit terkendali dapat koeksis dengan pertumbuhan. Tembakan harus tepat. Sasaran harus kena.

Keberhasilannya bergantung pada sistem. Pada sektor keuangan yang dalam dan efisien untuk menjadi transmisi kebijakan, sebuah prinsip yang ditekankan dalam karya Caballero & Krishnamurthy (2004), Asteriou & Spanos (2018), serta Ayadi et al. (2015). Itulah penentu akhir. 

Tembakan tepat. Ekonomi tumbuh. Rakyat lega. Itu yang penting. 

Namun, Ali (2001) mengingatkan bahwa ketidakstabilan politik dan ketidakpastian kebijakan tetap menjadi musuh yang selalu mengintai. Itu lawan yang harus diwaspadai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun