Mohon tunggu...
Isfina Fadillah
Isfina Fadillah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Masih Belajar Menulis

Mahasiswi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konferensi Asia Afrika 1955: Suatu Respons Negara Dunia Ketiga

5 Desember 2021   23:00 Diperbarui: 5 Desember 2021   23:34 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : kumparan.com

Konferensi Asia Afrika resmi dibuka pada hari Senin, 18 April 1955. Sidang perdana pembukaan KAA bertempat di Gedung Merdeka, Bandung. Sidang diawali dengan pidato dari Presiden Soekarno dengan judul Let a New Asia and a New Africa be Born. Bung Karno berpidato selama 40 menit dan tanpa teks. Dalam pidatonya, Presiden Soekarno menyinggung mengenai rasa persatuan dan persaudaraan. Pidato Bung Karno inilah yang kemudian menumbuhkan rasa percaya diri para peserta konferensi untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang ada. Bahkan, pidato tersebut dapat dikatakan sebagai titik awal dari lahirnya tatanan yang bernama negara dunia ketiga.

Konferensi Asia Afrika berakhir pada tanggal 24 April 1955. Terdapat enam poin konsensus bersama yang dihasilkan, yakni : deklarasi peningkatan perdamaian, hak asasi manusia, permasalahan kemerdekaan, kerjasama ekonomi, kerjasama budaya, dan masalah-masalah lainnya. Menurut Kementerian Penerangan RI (1955), Konferensi Asia Afrika tidak hanya menghasilkan konsensus bersama, tetapi juga menghasilkan pernyataan dan kesepakatan khusus sebagai berikut: pertama, KAA menjadi sebuah medan pertentangan dengan perang dingin. Kedua, KAA merupakan konferensi yang dapat meredakan ketegangan internasional (terutama di berbagai negara Asia Afrika). Ketiga, musyawarah dan mufakat merupakan cara yang tepat untuk diimplementasikan dalam konferensi dan menghasilkan keputusan yang baik. Keempat, dengan bertemunya 29 negara Asia-Afrika yang sangat multikultural, Indonesia merupakan titik pertemuan dari berbagai aliran. Kelima, pasca adanya KAA, kerjasama antarnegara Asia Afrika yang bersifat erat dapat dilakukan (terutama dalam bidang ekonomi dan budaya). Keenam, KAA menunjukkan bahwa menggapai perdamaian dunia dapat diraih bersama-sama atas dasar sepuluh Azas Piagam Bandung. Ketujuh, semangat anti-kolonialisme berhasil diperjuangkan melalui semangat penentuan nasib sendiri.

Penutup

          Konferensi Asia Afrika dapat disebut sebagai sebuah capaian diplomasi yang sangat besar dan berperan penting bagi Indonesia dengan terumuskannya Dasasila Bandung. Negara-negara blok barat dan blok timur merespons pelaksanaan KAA dengan pandangan yang beragam. Amerika Serikat merespons bahwa dengan tidak memihaknya negara-negara yang tergabung dalam KAA kepada blok barat, maka negara-negara tersebut merupakan musuh Amerika Serikat sedangkan  Uni Soviet merespons pelaksanaan KAA secara positif, Uni Soviet menilai bahwa KAA dapat menciptakan perdamaian, persahabatan, dan upaya perhatian antarsesama negara anggota yang tergabung dalam KAA (Utama, 2017: 147).

Sumber Referensi:

Kusmayadi, Yadi. (2018). Pengaruh Konferensi Asia Afrika (KAA) Tahun 1955 Terhadap Kemerdekaan Negara-Negara di Benua Afrika. Jurnal Agastya. 8(1). 16-18. Diakses dari https://e-journal.unipma.ac.id

Muharyanto, S. 2006. Konferensi Asia Afrika I 18-24 April 1955 di Bandung (Suatu Tinjauan Historis Politik Luar Negeri Republik Indonesia). Skripsi. Program Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Sofyan, Ahmad. (2019). Dari Societeit Concordia Menuju Gedung Merdeka: Memori Kolektif Kemerdekaan Asia-Afrika. Indonesian Historical Studies. 3(1). 26-27. Diakses dari https://ejournal2.undip.ac.id

Akbar, TH., Subagyo, A., Oktaviani, J. (2020). Realisme dalam Kepentingan Nasional Indonesia Melalui Forum Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Gerakan Non Blok (GNB). Jurnal Dinamika Global. 5 (1). 126-127. Diakses dari https://ejournal.fisip.unjani.ac.id

Utama, Wildan. (2017). Konferensi Asia-Afrika 1955 : Asal Usul Intelektual dan Warisannya bagi Gerakan Global Anti Imperialisme. Tangerang : Marjin Kiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun