Mohon tunggu...
Iwan Dani
Iwan Dani Mohon Tunggu... Freelancer - Music for humanity

Untuk segala sesuatu ada waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

1234 Hari Bebas dari Rokok

29 Maret 2016   19:31 Diperbarui: 29 Maret 2016   19:48 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini, 29 Maret 2016, sudah 1234 (seribu dua ratus tiga puluh empat) hari saya putus hubungan dengan rokok. Tanggal 11 November 2012 saya menyalakan rokok, menghisapnya 2 kali lalu saya matikan. Setelah itu tidak ada lagi rokok yang saya nyalakan dan hisap sampai dengan hari ini. Saya bertekad untuk bebas dari ikatan nikotin sejak hari itu.

Sebelum saya bebas dari rokok saya adalah perokok kelas sedang. Dalam sehari saya menghabiskan 1 sampai 1,5 bungkus rokok putih. Itu berarti antara 20 s/d 30 batang rokok. Saya mulai merokok sejak saya SMA dan mulai jadi pecandu sejak saya kuliah tahun 1987. Jadi sudah 25 tahun saya menjadi pecandu rokok. Tidak ada hari yang saya lewatkan tanpa rokok. Bahkan untuk berhenti 1 hari pun tidak.

Apa yang saya dapat dari pengalaman 25 tahun merokok ? 

Tidak ada ! Saya hanya menjadi salah satu orang (dari puluhan juta perokok di Indonesia) yang membantu pemilik pabrik rokok menjadi kaya raya.

Apakah saya membantu kesejahteraan buruh pabrik, para petani tembakau ?

Tidak !

Selama puluhan tahun mereka tetap buruh yang miskin dan petani yang tak berdaya !

Siapa yang menikmati uang rokok selain pemilik pabrik rokok ?

Mereka adalah biro-biro iklan yang membanjiri layar TV kita, jalanan kita, halaman-halaman koran kita, halaman-halaman majalah, layar online kita dengan iklan rokok. Mereka yang dapat proyek milyaran rupiah dari rokok.

Apa untungnya bagi konsumen rokok ?

Tidak ada ! Malah mereka menjadi pesakitan dan parahnya menjadi penyebar racun : di warung makan, di taman-taman, di bandara, di stasiun dan di rumah !

Apakah ketika para perokok sakit paru-paru ada jaminan kesehatan dari pabrik rokok ?

Tidak! Para perokok harus bayar sendiri biaya rumah sakitnya.

Setiap perokok kalau ditanya apakah ingin berhenti merokok ? Mereka kebanyakan menjawab : 'ingin', namun selalu beralasan susah. Sudah mencoba berkali-kali tapi tidak bisa.

Saya pun mengalami hal yang sama. Candu nikotin begitu menguasai akal dan pikiran para perokok. Selain itu para perokok sering terjebak mitos kalau tidak merokok tidak bisa konsentrasi. Candu nikotin dan mitos membelenggu para perokok sehingga mereka menjadi ciut ketika ditantang untuk berhenti merokok.

Lalu bagaimana saya bisa berhenti merokok ?

Menurut saya satu-satunya cara adalah tekad untuk berhenti. Lawan godaan nikotin dan jadilah pemenang! Saya sudah coba dengan cara mengurangi rokok dari 1 bungkus menjadi hanya 3 batang per hari. Cara itu sudah saya buktikan tidak berhasil. Putus sama sekali adalah cara terbaik. Lawan godaan dengan segenap hati. 

Masa-masa paling berat adalah 1 bulan pertama. Godaan nikotin rasanya semakin berat dari hari ke hari di bulan pertama. Saya beberapa kali sampai mimpi merokok. Saat mimpi rasanya semua real sampai saya menyesal kenapa saya merokok lagi dan akhirnya terbangun. Saat bangun saya merasa lega karena ternyata itu hanya mimpi.

Lewat 1 bulan tanpa rokok, tubuh mulai terbiasa tanpa nikotin. Dan saya menjalani kehidupan dengan lebih rileks. Setelah 1 bulan, saya merasa mulai merdeka. Ketika masih perokok saat kerja di kantor saya selalu tergoda panggilan rokok. Karena tidak bisa merokok di ruang kerja, saya harus "mengungsi" ke smoking area setiap 2 jam. Jelas ini mengganggu produktivitas. Dalam berbagai aktivitas, saya selalu terikat dengan keharusan merokok. Namun setelah bebas dari rokok, hidup saya lebih bebas. Tidak lagi ada keharusan untuk merokok dan mengisi nikotin ke dalam tubuh.

Jadi, berhenti merokok itu adalah sebuah keberhasilan dari perjuangan. Orang-orang yang berhasil berhenti merokok adalah para pemenang yang telah memerdekakan dirinya dari jeratan nikotin.

Para perokok, inilah tantangan Anda : menjadi pemenang atau pecundang ? Masihkah Anda ingin jadi budaknya para pemilik pabrik rokok ? Ayo, kini saatnya untuk MERDEKA !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun