Orangutan memang mirip sekali dengan manusia. Satu-satunya perbedaan di antara spesies Homo sapiens dan Pongo pygmaeus adalah insting alami mereka; atau naluri, dalam bahasa lain. Tanpa perbedaan naluri, kedua spesies tersebut bisa saja diklasifikasikan menjadi satu.Â
Mungky dan Dodo adalah duo orangutan yang baru-baru ini dipindahkan ke Pusat Suaka Orangutan, terletak di Arsari, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Namun, Mungky dan Dodo dipindahkan bukan untuk dilepasliarkan. Kedua orangutan ini tidak akan pernah bisa sepenuhnya bebas lagi. Ketika seekor orangutan dipisahkan dari ibunya, dan dipelihara oleh manusia, ia tidak akan pernah bisa belajar cara mencari makan di hutan, membuat sarang dari dedaunan, ataupun menghindari predator. Hidup mereka akan bergantung pada manusia selamanya. Siapakah yang patut disalahkan?
Masa Kecil Mungky dan Dodo
Mungky dan Dodo masih terbilang bayi ketika mereka direnggut dari pelukan induknya. Biasanya, pemeliharaan liar dimulai ketika warga setempat melihat seekor bayi orangutan dengan ibunya, mereka akan mengambil bayinya untuk dipelihara, dengan alasan lucu. Jika tidak dipelihara, maka warga akan memperjual-belikannya sampai antar-kota, maupun antar-negara. Semakin jauh bayi orangutan dikirim, semakin mahal pula harganya.Â
Dalam kasus Mungky, ia dipelihara di sebuah rumah yang terletak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, sampai berusia 14 tahun. Ketika BKSDA mendapat kabar, mereka datang ke rumah warga dan melakukan pendekatan persuasif, sampai akhirnya warga setuju untuk menyerahkan Mungky kepada pihak berwenang.Â
Sementara itu, Dodo dipelihara di tempat yang lebih jauh lagi dari tempat kelahirannya, lebih tepatnya di Bogor. Pada tahun 2008, Dodo akhirnya diselamatkan oleh BBKSDA Jabar dari pemeliharanya.Â
Kok, Orangutan Tidak Boleh Dipelihara?
Selain fakta bahwa orangutan adalah hewan terancam punah, manusia memang pada dasarnya tidak bisa memenuhi kebutuhan seekor orangutan. Tidak adanya informasi lengkap dan kompleksnya kebutuhan orangutan adalah salah satu dari alasannya. Orangutan tidaklah seperti anjing ataupun kucing yang sudah di domestikasi. Meskipun jinak dan mampu beradaptasi, orangutan tidak sepatutnya diperlakukan seperti hewan peliharaan biasa. Dipelihara terlalu lama dapat menyebabkan orangutan memiliki ketergantungan terhadap manusia. Orangutan akan lupa bagaimana cara hidup mandiri, karena setiap hari manusialah yang menyediakan, menyiapkan, dan melakukan segalanya untuk orangutan. Selain itu, kebebasan juga merupakan salah satu kebutuhan orangutan yang paling penting. Memelihara orangutan akan merenggutnya dari hal tersebut. Maka dari itu, walaupun kelihatannya semua kebutuhan orangutan sudah terpenuhi, manusia tetap tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhan orangutan yang paling utama, yaitu mempertahankan naluri dan kebebasannya.Â
Mungky dan Dodo Diselamatkan
Pada tahun 2014, Mungky diselamatkan oleh BKSDA Sintang. Warga yang memeliharanya menyetujui untuk menyerahkan Mungky kepada pihak BKSDA, dan akhirnya Mungky dititiprawatkan di Sintang Orangutan Center. Setelah 11 tahun direhabilitasi di Sekolah Hutan Jerora, SOC, pada Mei 2025, Mungky akhirnya dinilai siap untuk dipindahkan.Â
Kisah Dodo mirip dengan kisah Mungky. Ia diselamatkan dari pemeliharanya, dan dititiprawatkan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Jawa Barat. Dodo akhirnya disetujui untuk dipindahkan 2 bulan setelah Mungky.Â
Proses Rehabilitasi Mungky dan Dodo
Setelah diserahkan kepada pusat masing-masing, Mungky dan Dodo melalui prosedur rehabilitasi yang dilalui setiap orangutan peliharaan ilegal. Pertama, kesehatan para orangutan akan dicek dengan teliti. Jika terdapat masalah kesehatan, maka orangutan akan diberi obat dan disembuhkan oleh dokter hewan. Jika tidak bisa sembuh, maka orangutan akan dengan terpaksa hidup di dalam kandang selamanya. Ketika kesehatan fisik orangutan sudah terjamin, maka orangutan akan masuk ke tahap berikutnya, yaitu rehabilitasi untuk membangkitkan kembali insting hidup liar mereka. Sayangnya, dalam kasus Mungky dan Dodo, mereka sudah tidak memiliki naluri sama sekali. Secara fisik, Dodo sehat, namun nalurinya sangat kecil, maka dari itu mereka harus dipindah ke hutan suaka, ujar Drh Anatasha Reza Widiantoro, ketika ditanya mengenai kondisi kesehatan Dodo. Mungky memiliki kasus yang sangat mirip dengan Dodo.Â
Ketika diputuskan untuk dipindah ke PSO Arsari beberapa bulan yang lalu, Mungky dan Dodo melalui perjalanan yang sangat panjang.Â
Perjalanan Mungky dan Dodo
Pada 22 Mei 2025, Mungky dipindahkan dari SOC ke Pusat Suaka Orangutan, Arsari, Kab. Penajam Paser Utara. Tim translokasi khusus mengantarnya dari SOC selama 8 jam perjalanan darat menuju Bandara Supadio, transit di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dan akhirnya tiba di Bandara Sepinggan, Balikpapan. Mungky dibawa lagi melalui jalur darat dan tiba di PSO pukul 22.00 WITA, dan dipindahkan ke kandang rehabilitasi pada pukul 22.45 WITA.Â
Sementara itu, Dodo dipindahkan dari PPS Cikananga ke PSO Arsari 2 bulan setelah Mungky. Ia menempuh perjalanan darat dengan tim translokasi menuju ke Bandara Soekarno Hatta pada tanggal 15 Juli malam dan sampai di PSO Arsari, Sukabumi  pukul 11.30 WITA, esok harinya. Keduanya dimasukkan ke dalam kandang rehabilitasi sebelum persiapan selesai.Â
Rumah Untuk Mungky dan Dodo
Hutan suaka dimana Mungky dan Dodo akan tinggal memiliki nama Pulau Kelawasan, wilayah milik PSO Arsari. Operasi penyelamatan Mungky dan Dodo adalah sebuah kerjasama dari Yayasan Arsari Djojohadikusumo (YAD), Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), dan Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN). Pada detik ini, Pulau Kelawasan sedang disiapkan untuk kedatangan Mungky, Dodo, dan orangutan lainnya yang sudah tidak bisa kembali ke hutan rimba. Disini, mereka bisa bernapas lega tanpa terkurung kandang, namun tetap aman dari ancaman-ancaman yang dapat melukai mereka.Â
Mungky dan Dodo memang tidak bisa kembali sepenuhnya bebas lagi. Mereka tidak bisa tinggal di hutan asli Kalimantan, berburu dan hidup mandiri. Namun, dengan adanya Pulau Kelawasan, orangutan seperti Mungky dan Dodo bisa diberikan kesempatan baru untuk memulai hidup baru.Â
Di tanah Nusantara ini, ada banyak sekali kasus-kasus yang mirip dengan kisah Mungky dan Dodo. Bayi orangutan direnggut dari keluarga dan rumahnya, dan dipelihara oleh manusia di seluruh penjuru dunia-yap, bukan hanya Indonesia. Bahkan jika orangutan-orangutan tersebut berhasil diselamatkan dari pemeliharaan liar, mereka tidak akan bisa hidup bebas lagi. Seharusnya, para pembaca sudah tahu apa yang harus dilakukan untuk mencegah kejadian ini. Walaupun memelihara satwa unik memang terlihat keren dan jagoan, namun mempertahankan satwa endemik negara bukannya lebih penting daripada memenuhi ego dan keinginan pribadi?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI