Mohon tunggu...
Isabel CaroliaSetiawan
Isabel CaroliaSetiawan Mohon Tunggu... Murid

Halo! Di profilku, aku akan menulis banyak hal tentang topik-topik dan isu-isu berkaitan dengan hewan dan lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Mungky dan Dodo: Manusia atau Orangutan?

2 Oktober 2025   10:26 Diperbarui: 3 Oktober 2025   01:34 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Orangutan memang mirip sekali dengan manusia. Satu-satunya perbedaan di antara spesies Homo sapiens dan Pongo pygmaeus adalah insting alami mereka; atau naluri, dalam bahasa lain. Tanpa perbedaan naluri, kedua spesies tersebut bisa saja diklasifikasikan menjadi satu. 

Mungky dan Dodo adalah duo orangutan yang baru-baru ini dipindahkan ke Pusat Suaka Orangutan, terletak di Arsari, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Namun, Mungky dan Dodo dipindahkan bukan untuk dilepasliarkan. Kedua orangutan ini tidak akan pernah bisa sepenuhnya bebas lagi. Ketika seekor orangutan dipisahkan dari ibunya, dan dipelihara oleh manusia, ia tidak akan pernah bisa belajar cara mencari makan di hutan, membuat sarang dari dedaunan, ataupun menghindari predator. Hidup mereka akan bergantung pada manusia selamanya. Siapakah yang patut disalahkan?

Masa Kecil Mungky dan Dodo

Mungky dan Dodo masih terbilang bayi ketika mereka direnggut dari pelukan induknya. Biasanya, pemeliharaan liar dimulai ketika warga setempat melihat seekor bayi orangutan dengan ibunya, mereka akan mengambil bayinya untuk dipelihara, dengan alasan lucu. Jika tidak dipelihara, maka warga akan memperjual-belikannya sampai antar-kota, maupun antar-negara. Semakin jauh bayi orangutan dikirim, semakin mahal pula harganya. 

Dalam kasus Mungky, ia dipelihara di sebuah rumah yang terletak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, sampai berusia 14 tahun. Ketika BKSDA mendapat kabar, mereka datang ke rumah warga dan melakukan pendekatan persuasif, sampai akhirnya warga setuju untuk menyerahkan Mungky kepada pihak berwenang. 

Sementara itu, Dodo dipelihara di tempat yang lebih jauh lagi dari tempat kelahirannya, lebih tepatnya di Bogor. Pada tahun 2008, Dodo akhirnya diselamatkan oleh BBKSDA Jabar dari pemeliharanya. 

Kok, Orangutan Tidak Boleh Dipelihara?

Selain fakta bahwa orangutan adalah hewan terancam punah, manusia memang pada dasarnya tidak bisa memenuhi kebutuhan seekor orangutan. Tidak adanya informasi lengkap dan kompleksnya kebutuhan orangutan adalah salah satu dari alasannya. Orangutan tidaklah seperti anjing ataupun kucing yang sudah di domestikasi. Meskipun jinak dan mampu beradaptasi, orangutan tidak sepatutnya diperlakukan seperti hewan peliharaan biasa. Dipelihara terlalu lama dapat menyebabkan orangutan memiliki ketergantungan terhadap manusia. Orangutan akan lupa bagaimana cara hidup mandiri, karena setiap hari manusialah yang menyediakan, menyiapkan, dan melakukan segalanya untuk orangutan. Selain itu, kebebasan juga merupakan salah satu kebutuhan orangutan yang paling penting. Memelihara orangutan akan merenggutnya dari hal tersebut. Maka dari itu, walaupun kelihatannya semua kebutuhan orangutan sudah terpenuhi, manusia tetap tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhan orangutan yang paling utama, yaitu mempertahankan naluri dan kebebasannya. 

Mungky dan Dodo Diselamatkan

Pada tahun 2014, Mungky diselamatkan oleh BKSDA Sintang. Warga yang memeliharanya menyetujui untuk menyerahkan Mungky kepada pihak BKSDA, dan akhirnya Mungky dititiprawatkan di Sintang Orangutan Center. Setelah 11 tahun direhabilitasi di Sekolah Hutan Jerora, SOC, pada Mei 2025, Mungky akhirnya dinilai siap untuk dipindahkan. 

Kisah Dodo mirip dengan kisah Mungky. Ia diselamatkan dari pemeliharanya, dan dititiprawatkan di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga, Jawa Barat. Dodo akhirnya disetujui untuk dipindahkan 2 bulan setelah Mungky. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun