Mohon tunggu...
Irwan Irwansyah
Irwan Irwansyah Mohon Tunggu... Professional Coach

Soft Skilled Trainer Motivator Professional Coach spesialisasi Career Coach, Business Coach and Corporate Coach

Selanjutnya

Tutup

Money

Menanamkan Budaya Coahing dalam Manajemen Proyek : Strategi Lapangan Menuju Tim yang Tangguh dan Produktif

21 Mei 2025   09:00 Diperbarui: 21 Mei 2025   08:49 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam proyek konstruksi, tantangan utama bukan hanya soal teknis dan target volume kerja, tetapi juga tentang mengelola manusia sebagai aset utama pelaksana proyek. Oleh karena itu, banyak perusahaan konstruksi kini mulai menanamkan budaya coaching dari level supervisor ke atas sebagai bagian dari strategi manajemen. Budaya ini bukan sekadar tren, melainkan pendekatan yang terbukti mampu mendorong komitmen, keterlibatan, dan kinerja tim secara lebih menyeluruh.

1.   Perencanaan: Menyelaraskan Target dengan Pemahaman Lapangan

Setiap awal bulan, supervisor menerima target pekerjaan dan BQ (Bill of Quantity) dari Project Engineer. Langkah ini bukan hanya soal serah terima target, melainkan menjadi momen pertama untuk melatih pola pikir kepemimpinan yang coachable---yaitu dengan memahami target secara menyeluruh, kemudian meneruskannya ke tim dalam bentuk yang bisa dicerna dan dijalankan secara praktis.

Supervisi yang baik akan mengajak tim berpikir bersama, bukan sekadar memberikan perintah. Setelah review target dan kebutuhan sumber daya, dilanjutkan diskusi internal dengan Site Management untuk menyusun anggaran bulanan. Di sinilah coaching mulai ditanamkan: mendorong keterlibatan dan ownership atas rencana kerja yang akan dijalankan.

2. Sosialisasi Target: Supervisor sebagai Coach, Bukan Sekadar Atasan

Ketika target bulanan disosialisasikan kepada para leader dan foreman, supervisor tidak hanya menyampaikan instruksi, tetapi menggunakan pendekatan coaching:

  • Bertanya kepada bawahan tentang pemahaman mereka terhadap target (bukan hanya menyuruh mengerjakan)
  • Menggali komitmen pribadi mereka terhadap tugas, serta kesiapan mengikuti prosedur (method statement & JSA)
  • Memfasilitasi diskusi tentang cara mencapai target, alih-alih hanya mengarahkan secara sepihak.

Pendekatan ini membangun iklim saling percaya dan tanggung jawab bersama. Supervisor bertindak sebagai fasilitator yang memberdayakan, bukan sebagai pengawas yang hanya mengevaluasi hasil.

3.  Tool Box Meeting: Momen Coaching Harian yang Efektif

Tool Box Meeting bukan lagi sekadar briefing teknis. Di sinilah budaya coaching tampil nyata:

  • Supervisor dan leader menggunakan waktu singkat ini untuk memastikan pemahaman bawahan, bukan hanya menyampaikan informasi.
  • Pertemuan ini juga digunakan untuk menyuntikkan semangat dan memotivasi secara personal maupun tim.
  • Tantangan teknis dibahas bersama, dan ruang terbuka diberikan bagi anggota tim untuk menyampaikan ide atau kendala.

Tool Box Meeting menjadi momen refleksi harian yang membuat setiap orang merasa terlibat, dihargai, dan berkontribusi.

4.  Kontrol Harian: Monitoring yang Mendidik, Bukan Menghakimi

Dalam proses kontrol harian, supervisor melakukan lebih dari sekadar inspeksi. Dengan semangat coaching, kontrol ini diarahkan untuk:

- Membantu tim mengatur waktu kerja agar tetap on track dengan target harian.

- Mengidentifikasi penyimpangan bersama tim, lalu mendiskusikan solusi terbaik secara terbuka.

- Memberi dukungan aktif saat solusi tidak berjalan, bukan hanya menegur.

- Menganalisa masalah bersama, dan melaporkan hasilnya sebagai pembelajaran kolektif.

Dengan pendekatan ini, kontrol harian menjadi sarana pembelajaran, bukan sekadar kontrol otoritatif.

5.  Evaluasi Berkala: Coaching Melalui Refleksi Kinerja

Evaluasi mingguan dan bulanan menjadi bagian penting dari budaya coaching. Laporan yang dibuat tidak hanya berisi pencapaian dan angka, tetapi juga:

- Refleksi tim terhadap apa yang berjalan baik dan yang perlu diperbaiki.

- Masukan dari supervisor untuk pengembangan kompetensi tim, bukan hanya soal performa.

- Dialog terbuka antara manajemen dan tim lapangan sebagai bentuk coaching lintas level.

Supervisor berperan aktif dalam membentuk mental bertumbuh (growth mindset) di antara anggota tim, mendorong mereka untuk belajar dari tantangan, bukan takut akan kesalahan.

Penutup: Coaching Adalah Jalan Menuju Tim yang Tangguh

Dalam dunia konstruksi yang penuh tekanan dan target ketat, budaya coaching adalah jawaban untuk membangun ketangguhan dan produktivitas tim. Dengan menjadikan supervisor dan manajemen sebagai coach, bukan sekadar pengarah, kita menciptakan ekosistem kerja yang sehat, kolaboratif, dan penuh semangat belajar.

Sebab sejatinya, proyek bukan hanya soal membangun gedung---tetapi tentang membangun manusia yang kuat, bertanggung jawab, dan saling menguatkan.

Bagaimana dengan pengalaman Anda di lapangan? Apakah budaya coaching juga sudah diterapkan di tempat Anda bekerja? Atau mungkin Anda pernah merasakan dampaknya secara langsung?

Silakan bagikan komentar Anda di bawah, karena satu pandangan bisa membuka wawasan baru bagi kita semua!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun