Mohon tunggu...
Irwan Sakaria
Irwan Sakaria Mohon Tunggu... Angkatan Muda Muhammadiyah, Guru SMKS Muhammadiyah Sengkang dan Pembina Pramuka

Sampaikanlah Kebaikan dengan cara yang Baik

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Dari Statistik ke Realita: 10.799 Anak Wajo Butuh Aksi

14 Oktober 2025   07:00 Diperbarui: 14 Oktober 2025   01:47 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Fokus RAD-PPATS seringkali administratif: berapa anak direkrut, berapa dana terserap, berapa kegiatan terlaksana. Pendidikan bukan sekadar angka, tetapi harapan dan masa depan anak. Pendekatan humanistik berbasis komunitas terbukti meningkatkan partisipasi anak yang putus sekolah (Desca, 2021).

Monitoring dan evaluasi program masih belum menyentuh aspek psikososial anak. Banyak kebijakan yang "menuju target" tapi tidak menyentuh kehidupan anak secara nyata. Anak-anak butuh perhatian, motivasi, dan pendampingan, bukan hanya angka di laporan.

Untuk itu, regulasi yang baik harus dihidupkan. Kolaborasi lintas sektor perlu diperkuat, data akurat harus dijaga, dan anak ditempatkan sebagai subjek utama. Hanya begitu angka 10.799 berubah menjadi kisah keberhasilan pendidikan nyata.

Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha harus melihat ATS bukan sekadar masalah statistik, tapi tanggung jawab moral. Menyalakan oase harapan bukan slogan, melainkan tindakan nyata di desa, sekolah, dan komunitas.

Kapasitas Jalur Alternatif Masih Minim

PKBM dan jalur pendidikan nonformal di Wajo masih terbatas, baik dari jumlah, kualitas, maupun jangkauan. Banyak anak ingin kembali belajar, tetapi akses fisik maupun administratif masih menjadi penghalang.

Kapasitas terbatas bukan sekadar soal ruang kelas atau guru, tetapi juga kurikulum fleksibel, fasilitas belajar, dan dukungan psikososial. Anak yang putus sekolah sering menghadapi tekanan ekonomi, sosial, dan keluarga, sehingga jalur alternatif harus memotivasi serta membangun kembali rasa percaya diri mereka.

Data RAD-PPATS menunjukkan meskipun pemerintah membuka beberapa PKBM, jumlahnya masih jauh dari kebutuhan riil. Beberapa daerah dengan ATS tinggi, seperti Tempe dan Tanasitolo, bahkan masih kekurangan jalur alternatif yang memadai.

Selain kuantitas, kualitas juga penting. Guru dan fasilitator PKBM sering kekurangan pelatihan untuk menangani anak dengan pengalaman belajar terputus, trauma, atau motivasi rendah. Tanpa kapasitas manusia memadai, jalur alternatif tidak akan efektif.

Memperkuat jalur alternatif bukan sekadar memenuhi target statistik, tetapi menciptakan ekosistem belajar ramah dan berkelanjutan: guru terlatih, fasilitas memadai, kurikulum fleksibel, dan dukungan psikososial konsisten.

Jalur alternatif yang kuat dapat menjadi oase pendidikan bagi anak-anak yang terpinggirkan. Ketika kapasitasnya memadai, angka 10.799 tidak hanya menyusut dalam data, tetapi juga dalam kehidupan nyata anak-anak Wajo yang kembali bersekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun