Apakah menghilangnya turis bule di Sumbar karena mispersepsi yang mengidentikkan Sumbar sebagai daerah fanatik Islam yang tidak ramah dengan non-muslim?Â
Pertanyaan tersebut tidak bisa langsung dijawab, tapi perlu penelitian mendalam agar tidak salah dalam menyimpulkan.
Apapun itu, apa yang dikatakan mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno, layak untuk kita camkan.
Sandiaga meminta masyarakat Indonesia tak terpecah belah karena salah kaprah memahami istilah pariwisata halal.
"Saya bicara tapi dalam suatu konteks yang betul-betul mempersatukan. Jangan kita terpecah belah karena kesalahkaprahan kita terhadap terminologi," ungkapnya dalam acara Media Group News Summit Indonesia 2021, Kamis (28/1/2021).
Seperti diketahui, ketika itu Presiden Joko Widodo telah meluncurkan gerakan ekonomi syariah, di mana di dalamnya termasuk wisata halal.
Terkait hal ini, Sandi menjelaskan terminologi dari wisata halal adalah pariwisata yang ramah terhadap umat muslim. Misalnya, makanan yang terjamin kehalalannya.
Wisata halal ini sebagai layanan tambahan. "Di Bali banyak restoran yang memberikan layanan untuk wisatawan muslim, di Danau Toba juga sama, di Labuan Bajo juga banyak," kata Sandi.
Menurut Sandi, wisata religi mengalami peningkatan. Tak hanya wisata religi khusus untuk muslim. Namun, juga agama lainnya, seperti di Nusa Tenggara Timur untuk umat kristiani.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI