Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Bahayanya Self Diagnosis, Jadi Menghantui Pikiran atau Cuek Bebek

13 November 2021   12:25 Diperbarui: 13 November 2021   12:57 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrator: Nur Chandra, dimuat lpmperspektif.com

Padahal, kalau dikonsultasikan kepada ahlinya, dengan berbagai alat tes yang telah teruji secara ilmiah, bisa jadi hasilnya akan bertolak belakang.

Ada dua kemungkinan yang terjadi setelah label itu diyakini sebagai hal yang benar.

Pertama, label tersebut akan selalu menghantui pikiran seseorang. Disebut menghantui bila karena keyakinan punya gangguan mental tersebut, seseorang selalu merasa waswas.

Hal itu bisa semakin parah akibatnya, bila seseorang itu tak mau melibatkan diri dalam kegiatan yang produktif dan akhirnya malah jadi beban bagi keluarga dan lingkungannya.

Celakanya, bukan tidak mungkin mereka yang seperti itu akan betul-betul menderita gangguan mental yang parah hanya karena keyakinannya yang salah.

Bukankah kita sering membaca ungkapan "you are what you think". Maksudnya kurang lebih bisa diibaratkan dengan lokomotif dan gerbong kereta.

Dalam hal ini, pikiran layaknya sebuah lokomotif dan tindakan kita sebagai gerbongnya. Ke mana arah laju gerbongnya ditentukan oleh lokomotif.

Maka, bila seseorang selalu berpikir positif, tentu perbuatannya akan positif. Sebaliknya, mereka yang berpikiran negatif, hasil kerjanya pun akan mengecewakan.

Kedua, kebalikan dari kelompok pertama yang menghantui pikiran, bisa jadi ada pula yang setelah melakukan self-diagnosis, mereka akan cuek bebek.

Mereka bersikap apatis atau masa bodoh serta melakukan pembenaran, "kan aku memang mengalami gangguan".

Lalu, yang bersikap seperti itu secara sepihak akan menuntut orang lain untuk memahami dan menerima perilakunya, tanpa ia mencoba memahami kesulitan yang dialami orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun