Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Anda Bebas Mendefinisikan Cinta, yang Penting Tidak Toksik

6 November 2022   05:22 Diperbarui: 6 November 2022   08:34 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dok. shutterstock.com/Realinemedia, dimuat merdeka.com

Aslinya, saya bukan penulis soal yang berkaitan dengan asmara, meskipun sesekali saya lukukan di Kompasiana. 

Tapi, kebiasaan saya kalau di rumah, sambil mengetik tulisan di laptop, ditemani oleh tayangan televisi, yang sebetulnya biar tidak terkesan sepi saja.

Konsentrasi saya memang kadang-kadang terpecah, antara tulisan dan menonton siaran televisi. 

Nah, suatu kali, pada acara berita di seputar gosip artis, sepasang pembawa acara yang juga aktor dan aktris sinetron, lagi terlibat pembicaraan ringan.

Si cowok bertanya kepada si cewek, apa sih beda cinta dan sayang? Lalu, menurut si cewek, cinta jauh lebih dalam artinya dari sayang. 

"Kita tidak bisa secara penuh mencintai seseorang, karena cinta itu cenderung posesif, ingin memiliki dan mengendalikan," lanjut si cewek yang pembawa acara itu.

Saya tidak tahu, apakah penjelasan si pembawa acara itu sudah tepat atau malah keliru. 

Soalnya, pada sisi yang berlawanan, justru cinta itu tidak ingin mengendalikan, malah dengan sepenuh hati ikhlas berkorban.

Makanya, Ebiet G. Ade mengatakan dalam lirik salah satu lagunya yang sangat populer, "cinta tidak mesti bersatu".

"Biar kucumbui bayangmu dan kusandarkan harapanku," demikian antara lain kata Ebiet.

Hanya saja, sejak istilah hubungan toksik sering diperbincangkan di media sosial, saya berpikir, jangan-jangan cinta yang mengendalikan dan juga cinta yang ikhlas berkorban, termasuk jenis percintaan yang toksik

Saya tidak begitu mempermasalahkan, apakah cinta lebih tinggi tingkatannya daripada sayang, karena kedua kata ini menurut saya bisa saling menggantikan dan dapat ditafasirkan tergantung konteksnya.

Makanya, bagi saya boleh-boleh saja dikatakan sayang itu bagian dari cinta, atau sebaliknya. 

Saya memahami bahwa percuma kita berdebat tentang definisi cinta atau definisi sayang. Ini hal yang ada unsur subjektifnya.

Mungkin saja seseorang yang mengatakan jatuh cinta pada pandangan pertama, sebetulnya belum bisa dikatakan cinta. 

Kecuali, bila ia telah berkenalan dan mengetahui betul-betul karakter orang yang dicintainya itu.

Jika sekadar pandangan, menurut saya masih pada taraf terpana, terkesima atau terhipnotis.

Ya, katakanlah itu semacam wujud dari ketertarikan dan kekaguman yang amat sangat pada wajah atau penampilan fisik seseorang yang telah mencuri perhatiannya.

Apakah pendapat saya itu sudah benar? Saya juga ragu, benar atau tidaknya wallahualam.

Nah, bila hanya ketertarikan fisik yang lebih dominan, jangan sampai terjadi hubungan percintaan yang tidak setara. 

Maksudnya, satu pihak terlalu mengekang pihak lain dengan alasan memproteksi.

Atau, satu pihak hanya mengeksploitasi tubuh kekasihnya atas nama cinta.

Tapi di pihak lain, si kekasih bisa juga karena dirasuki virus bucin, mau-mau saja diperbudak, dikekang, atau bahkan dieksploitir.

Bukankah itu namanya hubungan toksik, di mana satu pihak meracuni dan pihak lain diracuni? 

Masalahnya, atas nama cinta, kedua pihak bisa saja tidak sadar terlibat dalam hubungan toksik.

Maka, perlu ada pengamat netral yang bisa menyampaikan saran kepada kedua pihak agar tercipta hubungan yang sehat tanpa disusupi racun.

Padahal, akhirnya semuanya takluk pada kehendak Tuhan. Maka, cinta yang paling hakiki adalah cinta kepada Sang Pencipta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun