Mungkin timbul pertanyaan, kenapa begitu pelitnya kepada diri sendiri, sehingga harus membeli di warung sendiri? Buat apa punya warung kalau tidak bisa nebeng gratis menikmati isi warung?
Maksud saya, biar jelas berapa besar keuntungan pengelolan warung selama periode tertentu, katakanlah satu bulan. Bahwa keuntungan itu akan kembali ke pemilik, itu benar, makanya pemilik berhak dapat gaji.Â
Adapun jika setelah menerima gaji, masih ada kelebihan keuntungan, sebaiknya dipakai untuk memperbanyak stok barang yang terlihat laris atau sering dibutuhkan pelanggan. Tentu boleh juga sebagian menjadi bonus bagi pemilik.
Tanpa pemisahan kas, akan sulit mendeteksi kemajuan usaha. Padahal, tujuan utama membuka warung rumahan adalah buat mencari keuntungan yang halal. Kecuali bila warung diniatkan untuk  keperluan sosial, itu lain cerita, namun pencatatan yang rapi, tetap diperlukan.
Pedagang yang malas mencatat, sering menggampangkan perhitungan. Sekiranya dilaci lagi banyak uang, langsung dikira untung. Padahal mungkin ada barang yang harus segera dibeli, utang yang harus dibayar, kondisi warung dan lemari kaca yang harus diperbaiki, atau biaya listrik yang harus dibayar.
Kuncinya terletak pada kedisiplinan. Apabila sudah terbiasa mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran, termasuk memisahkan kas warung dan kas pribadi, akan mudah mengetahui kemajuan usaha. Kalaupun belum menuai keuntungan, gampang melacak di mana sumber masalahnya, sehingga bisa dicarikan solusi terbaik.
Warung rumahan yang banyak tersebar di mana saja, berpotensi menciptakan keluarga tangguh, asal dikelola secara benar.