Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Mengenal Metode Beriklan: ATL, BTL, TTL, dan Iklan Tersamar

27 Oktober 2020   15:02 Diperbarui: 30 Oktober 2020   08:37 2431
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baik, pada intinya ada beberapa kategori iklan bila mengacu pada buku teks mahasiswa yang belajar di jurusan bisnis. Pertama, yang disebut dengan above the line (ATL).  Biar lebih gampang, sebaiknya diberikan contoh. 

Anggaplah ada sebuah bank BUMN yang punya jaringan kantor di semua kabupaten di tanah air. Maka, untuk iklan ATL, akan dikelola oleh kantor pusatnya. Biasanya ada kalimat penutup pada iklannya yang berbunyi: "segera hubungi kantor cabang kami di kota anda".

Adapun media iklan untuk ATL yang terbanyak muncul di televisi, radio, koran, majalah, dan billboard yang terpasang di berbagai lokasi strategis. Boleh disebut bahwa ATL bermaksud menyapu semua audiens meskipun bukan target market-nya. 

Paling-paling, bila beriklan di televisi, waktu beriklan dan program acara siarannya yang dipertimbangkan. Iklan produk rumah tangga biasanya ditempelkan pada sinetron yang ditayangkan dari siang hingga sore hari, yang banyak disukai ibu-ibu.

Adapun iklan yang menyasar sasaran secara langsung kepada kelompok yang memenuhi kriteria tertentu adalah memakai metode yang kedua, yang disebut dengan below the line (BTL). Aktivitas BTL jika mengacu pada contoh bank di atas, dilakukan oleh kantor-kantor cabangnya dengan menggelar event tertentu yang menawarkan hadiah bagi pengunjung atau bagi mereka yang membuka rekening baru.

Kegiatan telemarketing di mana ada petugas pemasaran bank yang menelpon sasarannya, atau mengirimkan email, SMS blast, dan yang sejenis itu kepada sekelompok calon pelanggan, juga bagian dari BTL. Jelaslah bahwa ATL dan BTL saling melengkapi.

ATL bertujuan untuk membangun awareness, semakin sering terlihat atau terdengar oleh masyarakat, akan berpotensi tertanam di benak mereka sebagai TOM untuk kategori produk tertentu. Lalu, dengan BTL, masyarakat yang sudah aware tadi, tanpa mereka sadari digiring untuk menggunakan produk atau jasa yang diiklankan, apalagi bila diiming-imingi dengan pemberian hadiah atau potongan harga.

Makanya, adakalanya rasionalitas masyarakat menjadi tumpul karena digempur iklan yang bertubi-tubi yang diserang dari atas (ATL) dan dari bawah (BTL).  Tak heran, setelah berbelanja, ada yang menyadari bahwa mereka sebetulnya tidak memerlukan barang atau jasa yang telah dibelinya.

Selain ATL dan BTL, ada metode ketiga, yakni iklan yang tersamar. Umpamanya, melalui kegiatan corporate social responsibilities (CSR) yang sama sekali tidak mempromosikan suatu produk (namun logo perusahaan muncul pada kegiatan sosial tersebut). Hal ini bagus untuk menggerakkan awareness masyarakat. 

Iklan yang dibungkus berupa berita (disebut juga advetorial), atau produk yang muncul sekelabat dalam kisah di sebuah film atau sinetron, bisa juga disebut sebagai iklan tersamar. Teknik seperti ini menjadi solusi untuk menyasar kelompok yang tidak suka melihat iklan.

Kemudian, ada teknik yang relatif baru yang belum banyak ditulis dalam buku teks anak kuliahan, yakni beriklan memalui media daring, media sosial, website resmi perusahaan, atau melalui aplikasi tertentu. Termasuk pula di sini promosi dengan memanfaatkan jasa influencer, endorser dan buzzer. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun