Sesungguhnya orangtua Bung Hatta sangat berharap putranya satu-satunya ini (Bung Hatta punya 6 saudara perempuan) menjadi ulama. Namun akhirnya Bung Hatta memilih sebagai ahli ekonomi dengan menamatkan kuliah di Negeri Belanda pada tahun 1932.
Kemudian Bung Hatta terkenal sebagai Bapak Koperasi karena pemikiran beliau lebih fokus bagaimana meningkatkan perekonomian Indonesia berdasarkan asas kekeluargaan dengan membangun koperasi di mana-mana. Dengan demikian, masyarakat sebagai anggota koperasi sekaligus menikmati hasilnya, bukan lari ke investor dalam konsep kapitalisme.
Bung Hatta remaja dan saat mulai menua (dok pribadi)
Satu hal lagi yang menjadi julukan bagi Bung Hatta adalah pribadi yang sederhana dan sangat anti-korupsi. Makanya beliau tidak meninggalkan warisan berupa harta kekayaan kepada anak cucunya, selain buku-buku yang banyak, karena beliau memang terkenal "gila" buku. Bahkan saat ditahan Belanda di Tanah Merah (Papua) dan di Pulau Banda (Maluku), berpeti-peti buku beliau tetap dibawa.
Jelaslah banyak sekali keteladanan bagi kita semua dari kehidupan Bung Hatta. Terlebih bagi pejabat di level apapun, betapa kalau masih sering terjadi kasus korupsi, merupakan langkah mundur, sebab para pendahulu seperti Bung Hatta telah memberikan contoh yang amat baik.
Bahkan untuk membeli sepatu merek Bally yang diidam-idamkan Bung Hatta saja, akhirnya tak pernah terbeli hingga akhir hayatnya. Beliau sungguh-sungguh menerapkan pola hidup sederhana yang menggetarkan jiwa kita.
Tampak dari belakang (dok pribadi)
Nah, sekarang tentang museumnya itu sendiri, sungguh menarik bila terutama dikunjungi oleh generasi muda. Museum ini dihiasi oleh banyak sekali foto-foto sejarah kehidupan Bung Hatta sampai dipanggil Tuhan 14 Maret 1980 di Jakarta. Makam Bung Hatta terdapat di Tanah Kusir Jakarta , karena beliau tidak mau dimakamkan di Taman Makam Pahlawan.
Ada yang lagi persiapan foto pre wedding (dok pribadi)
Berbagai ruangan di museum tersebut ditata sedemikian rupa mirip bentuk aslinya, yang terdiri dari beberapa kamar tidur, ruang keluarga, teras depan di lantai dua yang dipasangi kursi antik tempat Bung Hatta kecil membaca buku, ruang makan, kamar mandi, dapur, dan sebagainya.Â
Semuanya dilengkapi dengan berbagai perabotan dan peralatan kuno yang kira-kira satu abad yang lalu lazim dipakai oleh masyarakat.
Bagian belakang museum (dok pribadi)
Di bagian belakang rumah terdapat dua bangunan kecil berdinding bambu yang oleh masyarakat Minang disebut rangkiang, tempat menyimpan padi.Â
Di samping bernilai edukatif, museum tersebut juga menarik sebagai sarana rekreasi. Ada banyak spot yang menawan utnuk berfoto. Bahkan ketika saya di sana, ada sepasang calon pengantin yang mempersiapkan foto pre wedding.
Dok pribadi
Tidak jauh dari museum tersebut, tepatnya di pusat kota dekat ikon Bukittinggi, Menara Jam Gadang, ada Taman Monumen Proklamator Bung Hatta.
Memang di Bukittinggi ada beberapa lokasi yang menyandang nama Bung Hatta agar masyarakat selalu ingat dengan jasa pahlawan. Selain museum dan taman itu tadi, ada pula Istana Bung Hatta dan Perpustakaan Bung Hatta.