Mohon tunggu...
Irwan Rinaldi Sikumbang
Irwan Rinaldi Sikumbang Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

menulis untuk menikmati kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Mari Berkunjung ke Perpustakaan Nasional

10 Januari 2018   07:06 Diperbarui: 10 Januari 2018   17:36 7832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gedung Perpustakaan Nasional (dok pribadi)

Ruang baca yang nyaman (dok pribadi)
Ruang baca yang nyaman (dok pribadi)
Sedangkan di beberapa lantai lainnya, ada yang bersifat tertutup. Maksudnya pengunjung tidak bisa mengambil buku secara langsung, tapi melacak dulu dengan mengentri di aplikasi di banyak layar yang tersedia di lobi lantai 2. Nanti akan ketahuan buku tersebut ada di lantai berapa yang tercetak di kertas sebesar stuk kalau kita bertransaski melalui ATM. Dengan mengunjukkan struk tersebut, petugas di lantai yang dituju akan mencarikan bukunya.
Tersedia locker untuk menyimpan tas pengunjung (dok pribadi)
Tersedia locker untuk menyimpan tas pengunjung (dok pribadi)
Bila kita ke Perpusnas dengan membawa tas, ransel atau sejenisnya, maka terlebih dahulu harus menitipkan bawaan kita di locker yang telah tersdia. Kuncinya kita pegang sendiri, sehingga memudahkan saat kita mau mengambil barang ketika mau meninggalkan Perpusnas. Adapun handphone, buku catatan kecil, bisa saja di bawa ke ruang baca.
Zona promosi budaya gemar membaca (dok pribadi)
Zona promosi budaya gemar membaca (dok pribadi)
Ruang pendaftaran anggota (dok pribadi)
Ruang pendaftaran anggota (dok pribadi)
Mari berkunjung dan meramaikan Perpusnas. Sekarang sebetulnya cukup banyak mahasiswa yang datang mencari referensi ke sana. Tapi dengan gedung sebesar itu, masih banyak ruang baca yang terkesan kosong. Sayang sekali tempat gudang ilmu ini tidak termanfaatkan secara maksimal.

Survey dari Central Connecticut State University tentang Most Literate nation in the World pada tahun 2016 membuka mata kita betapa memprihatinkannya minat baca masyarakat Indonesia. Dari 61 negara yang disurvei, Indonesia berada di peringkat ke 60 (Kompas 9/1). Bukankah keberadaan Perpusnas yang megah dan nyaman ini perlu secara gencar disosialisasikan agar menarik minat masyarakat untuk beramai-ramai datang memanfaatkannya dan sekaligus meningkatkan minat untuk membaca?

Direktori gedung perpusnas setinggi 24 lantai (dok pribadi)
Direktori gedung perpusnas setinggi 24 lantai (dok pribadi)
Sepeda sebagai sarana pustaka keliling di masa lalu, di ruang pameran Perpustakaan Nasional (dok. pribadi)
Sepeda sebagai sarana pustaka keliling di masa lalu, di ruang pameran Perpustakaan Nasional (dok. pribadi)
Sebagai catatan penutup, perlu rasanya diingatkan tentang masalah perawatan dan pemeliharaan. Ini sebetulnya masalah klasik di negara kita. Suatu bangunan terlihat megah hanya di beberapa tahun pertama saja, setelah itu menjadi kusam dan kotor karena kurang terawat. Hal ini tentu tidak saja menjadi tugas pengelola Perpusnas, tapi juga pengunjung diminta kesadarannya, minimal dalam menjaga kebersihan, tidak mencoret-coret, dan tidak melakukan perilaku yang negatif lainnya.
Monas dari balik kaca lantai 21 Perpusnas (dok pribadi)
Monas dari balik kaca lantai 21 Perpusnas (dok pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun