Mohon tunggu...
Vinofiyo
Vinofiyo Mohon Tunggu... Lainnya - Buruh negara

Pria

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meugang, Tradisi Aceh yang Tak Lekang oleh Zaman

23 April 2020   08:30 Diperbarui: 23 April 2020   08:30 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : foto.bisnis.com

Seorang teman lama yang pernah sekantor denganku di Aceh menulis di medsosnya "teringat meugang". Tiba-tiba aku jadi rindu, bukan kepadanya, tetapi kepada suasana Aceh yang berbilang tahun lamanya sempat kutinggali. Disana memang ada sebuah tradisi menjelang masuknya bulan puasa yaitu meugang. 

Meugang adalah tradisi memasak daging sapi (terkadang juga daging kambing) untuk dinikmati bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu dan dilaksanakan setahun tiga kali, yakni Ramadhan, Idul Adha, dan Idul Fitri. Dalam prakteknya meugang menjelang Ramadhan jadi yang paling meriah, mungkin karena besoknya mau puasa.

Tradisi ini sudah lama, sejak ratusan tahun lalu ketika Aceh masih berupa kerajaan. Ada yang berpendapat bahwa meugang dimulai saat Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636 M) melaksanakan pemotongan hewan dalam jumlah banyak dan dibagikan kepada seluruh rakyatnya. Namun ada yang memperkirakan bahwa jauh sebelum itu meugang sudah ada dan pendapat itu ada benarnya juga mengingat Kerajaan Aceh sudah berdiri lama sebelumnya dan agama Islam sudah masuk ke Aceh sekitar abad 12 M.

Pada saat hari meugang (satu atau dua hari menjelang puasa pertama) semua orang akan membawa pulang sekurang-kurangnya satu kilogram daging sapi. Ada yang mendapatkannya secara gratis karena ada pemotongan hewan ditempat kerja, ada yang memperoleh bantuan dari pemerintah. Namun kebanyakan mendapatkan daging dengan cara membeli. 

Tak heran, penjual daging dadakan muncul dipinggir jalan. Kalau hari biasa daging dijual di dalam pasar, maka saat meugang berdirilah pondok ataupun lapak sederhana di pinggir jalan saking tingginya permintaan. 

Berlakulah hukum ekonomi supply and demand yang membuat harga daging membumbung tinggi karena banyaknya permintaan. Tapi siapa peduli, aku yang bukan orang Aceh tak mau ketinggalan, apalagi mereka. 

Meugang bukan sekedar belanja daging dan makan-makan. Ada makna tanggung jawab seorang kepala keluarga yang harus sanggup menyediakan makan kepada isteri dan anak-anaknya, termasuk orang tua dan mertua. Selain itu ada juga makna untuk saling membantu dimana yang mampu memberi kepada yang tidak mampu utamanya anak yatim piatu. 

Urusan belanja dapur biasanya dilakukan oleh laki-laki. Jadi tak usah heran bila disana banyak suami yang tanpa canggung akan berbelanja keperluan dapur di pasar, termasuk belanja daging meugang. 

Tugas istri adalah memasak dan daging sapi yang sudah dibawa pulang biasanya akan dimasak jadi berbagai jenis masakan. Ada yang digoreng atau dibikin dendeng.  Ada yang direbus (sie reboh) dan ada juga yang membuat rendang. Tapi rendang di Aceh tidak sama dengan rendang Padang. Bagi orang Padang rendang di Aceh lebih pas disebut kalio  alias setengah rendang. 

Ada yang mengatakan bahwa daging meugang lebih enak dan lebih manis daripada daging hari-hari biasa. Mungkin karena sapinya baru disembelih tapi mungkin juga karena terbawa suasana. Bagaimana tidak, hari meugang itu menggembirakan, makan bersama sepuasnya dan esok sudah puasa. Larut rasanya ikut terbawa kemeriahan meski aku bukan asli orang sana. 

Meski saat ini kita sedang prihatin karena virus corona, tradisi ini harus tetap berjalan. Sangat banyak makna dan manfaat yang bisa didapat. 

Tentunya dengan tetap menjaga jarak, memakai masker serta menjaga kebersihan sesuai imbauan pemerintah yang setiap hari disampaikan. Suatu hari nanti, mudah-mudahan aku kembali ke bumi Serambi Mekah dan merasakan meugang serta berpuasa di sana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun