Mohon tunggu...
irvan syahril
irvan syahril Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Menulis mengikuti kegelisahan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menanggapi Harapan yang Hancur

28 Januari 2023   08:19 Diperbarui: 28 Januari 2023   08:29 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pada usia yang tidak lagi memikirkan liburan atau tempat nongkrong setiap weekend, menyusun mimpi atau target tahunan yang kadang kurang rasional hanya buang-buang waktu. Semalaman setelah tahun baru biasanya kita termenung mengingat apa yang gagal dan apa yang berhasil dicapai. Semakin sedikit capaian yang berhasil, semakin kita menilai diri sendiri lebih buruk dari sebelumnya atau memberikan sugesti pada diri bahwa kita tidak bisa melakukan apa-apa. Pola Pikir seperti ini harusnya hanya berlaku ketika kita masih pada masa minta antar ambil raport sekolah. Ingat kita bukan lagi di fase yang membutuhkan ungkapan yang membesarkan diri, kita ada di fase seperti kata orang "Mau sedunia bilang semangat, tapi kalau aku capek, ya capek!"

Kita sudah melampaui banyak tragedi, kegagalan, dan patah hati yang membentuk cara berpikir. Bagaimana kehidupan akan terus berjalan ketika menerima segalanya, bukan tergantung orang lain untuk bergerak. Kita pun sadar bahwa pentingnya memiliki konsep hidup dan cara bersikap tidak berlebihan dalam keberhasilan atau pun kegagalan. Tanpa sadar dari pada menggantung mimpi di langit yang tinggi penuh bintang, lebih baik digantung di depan pintu kamar tidur agar kita tahu ke mana arah yang mesti dituju saat itu. 

Kegagalan adalah keadaan di mana kita berpikir irasionalitas. Dari mana datangnya pikiran irasional? tentu dari media sosial yang kini menjadi tolok ukur kehidupan, bukan lagi tetangga kita yang setiap hari berkomentar. Sialnya kita mudah terjebak pada hal-hal yang irasional sampai tidak bisa tidur, menganggap 100% mampu melakukan hal yang sama dengan orang lain dengan berpegang teguh dengan pepatah "Kalau orang lain bisa, kenapa kita tidak". Inilah sebetulnya yang membuat hidup kita makin terasa semrawut, sebab sombong merasa bisa melakukan segala hal. 

Lebih mengerikan ialah kebiasaan kita membandingkan kegagalan dengan keberhasilan orang lain. Hidup kita sebetulnya bahagia dan menyenangkan kok, kalau selama ini kita fokus pada diri melakukan hal kecil menuju hal besar, dan mengapresiasi setiap yang kamu lakukan. Segala yang terjadi sebagian besar di luar kendali kita, di luar kuasa kita, karena itu sekuat apa pun kita menolak dan/atau mengatur semua terasa lebih menyakitkan. Ada salah satu yang dapat kita kendalikan yaitu perasaan kita. Artinya jika segala sesuatu yang terjadi kita tangkap dengan perasaan sebagai hal wajar, kita akan baik-baik saja, dan sebaliknya. Kita bisa menjadi sangat hancur menerima kegagalan, ketika perasaan menangkap sebagai bencana. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun