Malang - 25 Juli 2025, kawasan Sanan di Kota Malang sudah lama dikenal sebagai salah satu sentra industri tempe terbesar di Indonesia. Hampir setiap sudut gang di RT 05 RW 16 Blimbing dipenuhi aroma khas fermentasi kedelai. Aktivitas produksi tempe tak pernah berhenti, mulai dari dini hari hingga malam, karena permintaan pasar terus meningkat. Namun, di balik geliat ekonomi rumahan tersebut, terselip persoalan serius: limbah tempe yang menumpuk dan mencemari lingkungan. Air bekas pencucian, perebusan, dan perendaman kedelai kerap dialirkan langsung ke selokan. Akibatnya, saluran air di sekitar kampung berubah warna menjadi coklat kehitaman, berbau menyengat, dan berpotensi membahayakan kesehatan warga.
Melihat persoalan itu, tim dosen dan mahasiswa Universitas Negeri Malang (UM) hadir membawa solusi kreatif melalui program Pengabdian kepada Masyarakat. Kegiatan ini bertajuk Pelatihan Pengelolahan Limbah Tempe menjadi Produk Nata de Soya Guna Menambah Nilai Ekonomis Masyarakat Sanan. Pelatihan berlangsung pada 25 Juli 2025, diikuti oleh pengrajin tempe dan warga sekitar. Mereka belajar mengolah limbah cair kedelai menggunakan bakteri Acetobacter xylinum hingga menghasilkan produk baru bernama Nata de Soya sejenis makanan mirip agar-agar yang kaya serat dan bisa diolah menjadi berbagai variasi minuman maupun makanan ringan.
Antusiasme warga Sanan begitu terasa sepanjang kegiatan. Mereka mengikuti setiap sesi dengan penuh perhatian, mulai dari cara menyaring limbah cair, sterilisasi peralatan, hingga proses fermentasi yang memakan waktu beberapa hari. Ibu Rina (29 tahun) salah satu peserta kegiatan mengaku terkejut ketika mengetahui bahwa limbah yang selama ini hanya dianggap beban bisa menjadi sumber penghasilan tambahan."Saya tidak pernah menyangka air sisa pembuatan tempe bisa jadi makanan. Biasanya bikin bau dan meresahkan warga. Kalau benar bisa dipasarkan, ini peluang besar untuk kami," tuturnya dengan semangat.
Sementara itu, Ibu Sulastri (39 tahun), produsen tempe skala rumah tangga, melihat manfaat ganda dari program ini.
"Selain membantu mengurangi bau dan menjaga sungai tetap bersih, hasil olahan limbah ini juga bisa menambah pemasukan. Kalau ada pendampingan lebih lanjut, kami siap bergabung membentuk kelompok usaha," katanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI