Setiap orang tak akan terhindar dari perasaan cemas. Hal itu terjadi bahkan pada orang yang tampak luar terlihat tenang. Namun, siapa yang bisa membaca apa yang ada di dalam benaknya.
Pemicu cemas sangat beragam. Mulai dari yang sepele, misalnya saat akan bepergian, apakah saya sudah membawa semua yang dibutuhkan? Dompet berisi uang, ponsel. Kunci rumah jangan tertinggal.
Sampai cemas dengan kadar yang lumayan berat, tapi agak absurd. Misalnya apa yang akan terjadi dengan rumah yang saya tinggali ketika saya meninggal nanti? Apakah akan ada yang mengurusnya. Bagaimana dengan tabungan saya?
Menurut saya, orang yang mudah cemas adalah orang yang memiliki imajinasi yang sangat kaya. Pemikirannya sangat jauh dari kenyataan yang ada saat ini.Â
Semakin jauh seseorang memikirkan sesuatu yang belum tentu terjadi, maka kadar kecemasannya pun makin tinggi.
Saya membaca sebuah artikel di WebMD. Â Artikel itu menyebutkan bahwa rasa cemas bisa diatasi dengan memaksa pikiran pencemas selalu berada di masa kini. Tidak menggelandang ke masa yang tidak jelas zona waktunya.
Sebab, apa yang dicemaskan, yang membuat seseorang lantas sangat cemas, belum atau tidak terjadi.
Jadi, akal sehat sangat pegang peran di sini. Peganglah akal sehat itu. Berpikirlah selalu yang positif.
Misalnya ketika seseorang akan divaksin Covid-19. Sedemikian banyak berita yang dibaca soal vaksinasi Covid-19 bisa membuat cemas. Apalagi kalau yang dibaca adalah berita hoax.Â
Segala pertanyaan yang diawali dengan "bagaimana kalau saya..." langsung bertebaran. Dan, tidak ada yang bisa menjawabnya. Sebab, dia pun tidak tahu jawabannya.
Tariklah napas panjang dan lepaskan. Ulangi dua atau tiga kali sampai diri benar-benar tenang. Pikirkan apa yang menimbulkan cemas dan mulai berpikir rasional.Â
Jika tidak benar-benar yakin apakah tubuh mampu menerima vaksin, baik memiliki penyakit komorbid atau tidak, maka carilah pendapat orang lain. Yang paling aman adalah menemui dokter.
Sedapat mungkin temuilah dokter yang selalu menjadi tempat berkonsultasi, sehingga sang dokter tahu persis dengan kondisi tubuh.
Setelah yakin bahwa tubuh siap menerima suntikan vaksin, maka persiapkan diri untuk berangkat ke pusat vaksin pilihan.Â
Karena biasanya pusat vaksin harus didatangi sejak pagi untuk mengantri, maka persiapan harus dimulai pada malam sebelumnya.
Persiapkan semua yang harus dibawa. Dokumen, masker cadangan, baju yang akan dipakai, sampai botol berisi air minum. Siapkan segalanya.
Sebisa mungkin semua sudah siap, sehingga pada pagi harinya, rasa cemas tidak timbul. Bisa sarapan dengan tenang. Tidak terburu-buru.
Kalaupun setelah vaksinasi, tubuh dirasa agak bergejolak, maka boleh saja muncul rasa cemas. Namun, sudah pasti akan ada "bekal" yang diberikan oleh dokter di pusat vaksinasi. Apa saja yang harus dilakukan jika badan terasa demam, obat apa yang sebaiknya dikonsumsi. Obat mana yang jangan dikonsumsi.
Jika cemas, apalagi lantas panik, maka semua "bekal" tadi akan melayang. Cemas akan datang bertubi-tubi.
Akan tetapi, cobalah untuk selalu menggunakan akal sehat. Dalam hal apa pun, terutama ketika cemas melanda.
Imajinasi yang dihasilkan dari rasa cemas itu hanya akan membuat kecemasan sulit untuk diatasi.
Mungkin Anda bisa coba. Saya bisa menulis seperti ini, sebab saya sudah mengalaminya. Saya paksa akal sehat yang bekerja setiap kali cemas muncul.