Keputusan Hoho untuk kembali ke desa bukan hanya soal mencari ketenangan hidup, tetapi juga tentang memberi sesuatu untuk masyarakatnya. Berbekal semangat dan pengalaman, ia mulai terlibat dalam berbagai kegiatan di desa, mulai dari membantu membenahi infrastruktur, memperbaiki fasilitas umum, hingga memajukan bidang pertanian yang menjadi andalan desa. Hoho juga merasa bahwa dengan menjadi kepala desa, ia bisa lebih berkontribusi langsung dalam kehidupan masyarakatnya.
Pada tahun 2015, setelah melalui serangkaian proses pemilihan yang cukup ketat, Hoho terpilih menjadi Kepala Desa Purwasaba. Meskipun banyak yang meragukan kemampuannya hanya karena penampilannya yang berbeda---dengan tubuh penuh tato dan gaya hidup yang tidak biasa---Hoho justru membuktikan bahwa kepemimpinan sejati tidak diukur dari penampilan, melainkan dari tindakan dan perhatian terhadap masyarakat.
Setelah terpilih menjadi kepala desa, Hoho langsung bekerja keras untuk membenahi desanya. Ia mulai dengan mengembangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang kini menjadi sumber pendapatan penting bagi Purwasaba. Di bawah kepemimpinannya, BUMDes berkembang pesat, mengelola peternakan sapi, ayam, serta pengolahan hasil pertanian yang membantu meningkatkan ekonomi desa.
Namun, yang paling menonjol dari Hoho bukan hanya soal pembangunan infrastruktur atau ekonomi. Ia selalu hadir di tengah-tengah warga, tidak segan turun langsung ke lapangan untuk membantu dan mendengarkan masalah yang mereka hadapi. "Pemimpin itu harus dekat dengan rakyat. Jangan hanya duduk di kantor dan mengeluarkan keputusan dari meja," kata Hoho dengan tegas.
Keperdulian Hoho terhadap warganya terwujud dalam berbagai bentuk nyata. Ia sering mengunjungi rumah warga, mendengarkan keluh kesah mereka, dan mencari solusi bersama-sama. Bahkan ketika ada warga yang sakit atau membutuhkan bantuan mendesak, Hoho tidak segan-segan untuk menggunakan mobil pribadinya untuk mengantarkan mereka ke rumah sakit atau ke puskesmas.
Selain itu, Hoho juga aktif dalam meningkatkan kualitas pendidikan di desa. Ia membangun ruang kelas yang nyaman untuk sekolah dasar dan menyediakan fasilitas perpustakaan desa yang dilengkapi dengan buku-buku pendidikan dan referensi yang dapat diakses oleh anak-anak desa. "Anak-anak adalah masa depan desa. Mereka harus mendapatkan pendidikan yang baik agar bisa mengejar impian mereka," tambahnya.
Namun, yang membuat Hoho menjadi fenomena viral adalah video yang beredar di media sosial pada tahun 2020. Dalam video tersebut, Hoho terlihat sedang membantu warga yang kesulitan mendapatkan air bersih dengan membawa pipa untuk mengalirkan air dari sumber yang lebih jauh. Video tersebut mendapatkan perhatian besar dari netizen yang terkesan dengan tindakan nyata Hoho, yang lebih banyak berbuat untuk desanya daripada berbicara.
Video tersebut mengubah pandangan banyak orang terhadapnya. Penampilan Hoho yang penuh tato tidak lagi dianggap sebagai halangan, melainkan menjadi simbol bahwa kepemimpinan sejati datang dari hati. Video tersebut kemudian viral, dan Hoho mendapat banyak pujian atas kepeduliannya terhadap masyarakat. Banyak media yang meliput kisahnya, dan tak sedikit kepala desa lainnya yang menghubunginya untuk belajar tentang cara mengelola desa dan mendekatkan diri dengan warganya.
"Yang penting adalah niat untuk membantu. Saya percaya bahwa setiap pemimpin harus bisa memberi contoh kepada warganya, bukan hanya melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan nyata," ujarnya dengan penuh keyakinan.
Kini, Hoho Alkaf tidak hanya dikenal sebagai kepala desa, tetapi juga sebagai simbol perubahan dan kepemimpinan yang peduli. Desa Purwasaba, yang dulunya tertinggal, kini mulai berkembang berkat tangan dingin Hoho. Dari tato yang menghiasi tubuhnya, hingga tindakan-tindakannya yang tulus untuk masyarakat, Hoho Alkaf membuktikan bahwa penampilan luar tidak menentukan seberapa besar dampak yang bisa diberikan oleh seseorang.