Dulu saya pernah merasa excited kalau saya mendapat kain seragam untuk acara pernikahan. Dalam bayangan saya, seru ya kalau pakai baju yang warnanya sama.
Tapi semakin kesini, pandangan saya berubah. Semakin dipikir, semakin saya gagal paham sejak kapan sebenarnya tradisi ini mulai populer dan apa sebetulnya urgensi pemberian kain seragam ini?
Apakah kita pernah terpikir, calon mempelai sudah pusing memikirkan persiapan acara pernikahan, tapi harus ditambah lagi memikirkan warna seragam untuk keluarga inti, sepupu dan sanak saudara dari pihak kedua orangtua, sahabat, rekan kerja, dan seterusnya? Dan apakah kita pernah merasa, ketika diberikan kain seragam justru merasa terbebani karena artinya akan menambah pengeluaran yakni ongkos jahit?
Hal-Hal yang Memberatkan dari Pemberian Kain Seragam Pesta Pernikahan
Saya paham betul pemberian kain seragam untuk dresscode pesta pernikahan sah-sah saja. Apalagi jika calon mempelai dan keluarganya memiliki kondisi finansial yang lebih dari cukup untuk membeli kain-kain seragam itu, serta pastinya punya cukup waktu untuk memikirkan konsep seragam yang diinginkan.Â
Tapi please ingat, pemberian seragam pesta pernikahan bukan suatu tradisi mutlak yang harus dijalankan. Tidak ada urgensi yang sifatnya krusial dari seragam pesta pernikahan. Kenapa?
1. Tidak semua punya budget lebih
Faktanya tidak semua calon mempelai dan keluarganya punya budget lebih untuk memberikan kain seragam dan tidak semua tamu undangan punya budget lebih untuk mengeluarkan ongkos jahit seragam. Tapi jika hal ini terus berlanjut menjadi kebiasaan dan tradisi, jelas akan memberatkan kedua belah pihak karena akan saling merasa tidak enak.
Di satu sisi calon mempelai merasa tidak enak jika tidak memberikan kain seragam. Di sisi lain tamu undangan juga merasa tidak enak jika tidak menggunakan seragam yang diberikan sebagai dresscode. Tapi ya beda cerita jika keduanya berasal dari circle dengan status sosial-ekonomi yang mapan macam crazy rich ya.
2. Tidak semua punya selera warna dan bahan yang sama