Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Beban di Balik Pemberian Seragam Pesta Pernikahan

16 Agustus 2025   07:00 Diperbarui: 16 Agustus 2025   09:52 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seragam pernikahan (Sumber: Katelyn Macmillan via unsplash.com)

Dulu saya pernah merasa excited kalau saya mendapat kain seragam untuk acara pernikahan. Dalam bayangan saya, seru ya kalau pakai baju yang warnanya sama.

Tapi semakin kesini, pandangan saya berubah. Semakin dipikir, semakin saya gagal paham sejak kapan sebenarnya tradisi ini mulai populer dan apa sebetulnya urgensi pemberian kain seragam ini?

Apakah kita pernah terpikir, calon mempelai sudah pusing memikirkan persiapan acara pernikahan, tapi harus ditambah lagi memikirkan warna seragam untuk keluarga inti, sepupu dan sanak saudara dari pihak kedua orangtua, sahabat, rekan kerja, dan seterusnya? Dan apakah kita pernah merasa, ketika diberikan kain seragam justru merasa terbebani karena artinya akan menambah pengeluaran yakni ongkos jahit?

Hal-Hal yang Memberatkan dari Pemberian Kain Seragam Pesta Pernikahan

Saya paham betul pemberian kain seragam untuk dresscode pesta pernikahan sah-sah saja. Apalagi jika calon mempelai dan keluarganya memiliki kondisi finansial yang lebih dari cukup untuk membeli kain-kain seragam itu, serta pastinya punya cukup waktu untuk memikirkan konsep seragam yang diinginkan. 

Tapi please ingat, pemberian seragam pesta pernikahan bukan suatu tradisi mutlak yang harus dijalankan. Tidak ada urgensi yang sifatnya krusial dari seragam pesta pernikahan. Kenapa?

1. Tidak semua punya budget lebih

Faktanya tidak semua calon mempelai dan keluarganya punya budget lebih untuk memberikan kain seragam dan tidak semua tamu undangan punya budget lebih untuk mengeluarkan ongkos jahit seragam. Tapi jika hal ini terus berlanjut menjadi kebiasaan dan tradisi, jelas akan memberatkan kedua belah pihak karena akan saling merasa tidak enak.

Di satu sisi calon mempelai merasa tidak enak jika tidak memberikan kain seragam. Di sisi lain tamu undangan juga merasa tidak enak jika tidak menggunakan seragam yang diberikan sebagai dresscode. Tapi ya beda cerita jika keduanya berasal dari circle dengan status sosial-ekonomi yang mapan macam crazy rich ya.

2. Tidak semua punya selera warna dan bahan yang sama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun