5. Tidak sustainable
Pernah nonton film "27 Dresses"? Tokoh utama wanita digambarkan memiliki satu lemari penuh gaun bridesmaid yang tidak terpakai lagi setelah acara pernikahan selesai.
Atau mungkin pembaca sekalian mengalami hal yang sama? Punya segudang pakaian seragam pernikahan yang tidak bisa dipakai kembali. Bisa jadi karena sudah kesempitan, tidak suka dengan warna atau modelnya, atau mungkin tidak ada kesempatan yang cocok untuk mengenakannya kembali?
Ujung-ujungnya disimpan di lemari selama bertahun-tahun dan akhirnya berakhir menjadi sampah. Bayangkan berapa jumlah ongkos jahit yang akhirnya terbuang sia-sia?
Pertanyaan netizen yang mungkin muncul, 'kenapa tidak dihibahkan ke orang lain?'. Well tidak semudah itu menghibahkan pakaian ke orang lain. Apalagi jika pakaian tersebut bukan jenis ready to wear.
Kita juga harus pikirkan apakah pakaian yang kita hibahkan benar-benar bermanfaat bagi orang itu atau ujung-ujungnya kita hanya mengoper sampah ke orang lain.
Alternatif Seragam Pesta Pernikahan
Saya merasa dengan situasi ekonomi yang semakin tak menentu ini, seharusnya ada pos-pos budget yang bisa ditekan ketika akan menyelenggarakan pesta pernikahan.
Menurut saya ada hal-hal yang perlu diutamakan dalam mengalokasikan budget pesta pernikahan, seperti gedung dan dekorasinya, katering, baju pernikahan, make up artist, penyanyi dan sound system, MC, dan keperluan adat (jika pesta pernikahan disertai acara adat). Selain itu sifatnya hanya pelengkap untuk memeriahkan suasana dan budget-nya bisa ditekan sedemikian rupa, termasuk seragam pernikahan.
Supaya tidak memberatkan calon mempelai maupun tamu undangan, berikut beberapa alternatif terkait seragam pesta pernikahan yang mungkin bisa dipertimbangkan :
1. Seragam hanya untuk orang-orang terdekat