Mohon tunggu...
Irmina Gultom
Irmina Gultom Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker

Pharmacy and Health, Books, Travel, Cultures | Author of What You Need to Know for Being Pharmacy Student (Elex Media Komputindo, 2021) | Best in Specific Interest Nominee 2021 | UTA 45 Jakarta | IG: irmina_gultom

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Katanya Punya Smartphone Canggih, tapi...

29 Oktober 2019   09:12 Diperbarui: 30 Oktober 2019   10:53 1718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penggunaan ponsel pintar| Sumber: Thinkstock

Sebagai generasi 90an boleh dibilang saya beruntung karena telah mengalami banyak sekali perubahan tren yang terjadi. Mulai dari permainan anak tradisional macam main bola bekel dan ular tangga sampai main virtual reality yang menggunakan kacamata besar ala scuba diving.

Mulai dari baca majalah sampai baca e-book. Mulai dari ngetik di komputer yang masih berkonde sampai akhirnya punya laptop sendiri.

Mulai dari nonton dengan televisi layar cembung sampai bisa nonton dengan televisi layar datar ultra HD. 

Mulai dari mengantre untuk teleponan di wartel (Warung Telepon) sampai akhirnya punya handphone yang bisa dibawa ke mana-mana. Dan mulai dari pakai handphone monophonic sampai polyphonic dan akhirnya berganti smartphone.

Jadi boleh dikatakan saya dan generasi 90an lainnya sudah mengalami zaman dulu sampai zaman canggih. Teknologi komunikasi seperti telepon adalah salah satu teknologi yang menurut saya paling cepat berubah. Secepat berubahnya rasa ini padamu. Halaahhh!!

Seperti yang sudah saya singgung tadi, dulu saya masih ketemu yang namanya pager (yang gak tahu coba browsing ya), handphone tebal dan berat dengan layar monokrom dan suara monophonic yang nyaring.


Lalu ponsel jadi semakin kecil ukurannya dengan layar berwarna dan suara polyphonic yang kalem. Kemudian muncul lagi handphone dengan teknologi touchscreen. Kini smartphone alias telepon pintar pun menjamur menjadi ponsel sejuta umat.

Seperti namanya, smartphone zaman sekarang ini benar-benar pintar. Bukan hanya sekadar untuk komunikasi suara dan pesan teks, tapi juga mengambil gambar, merekam video, editing, mendengarkan lagu, nonton film, mengirim surel (email), browsing internet, main game, GPS, dan masih banyak lagi. 

Apapun bisa dilakukan sehingga orang menjadi sangat bergantung padanya.

Meski dua fungsi utama ponsel seperti telepon dan SMS selalu ada dalam setiap generasi ponsel yang dirilis, tapi kini rupanya kedua fitur tersebut tak lagi jadi fungsi utama. Yah ibaratnya hanya sebagai syarat saja supaya tetap bisa disebut ponsel, karena kini sudah ada video call dan chatting.

Bahkan keduanya bisa dilakukan secara bersamaan dengan banyak orang melalui grup. Maka kini fitur SMS pun sudah mulai ditinggalkan. Coba deh, siapa dari kalian para pembaca, yang masih rutin ber-SMS ria?

Fungsi primer yang dicari dalam smartphone sekarang biasanya adalah internet, kamera, dan game. Dengan tiga hal ini, seseorang mungkin tidak masalah jika tidak bisa berinteraksi secara fisik sekalipun dengan orang lain.

No matter what happen, yang penting ada smartphone di tangan. Maka sering muncul kalimat, "Mending gue ketinggalan dompet deh daripada ketinggalan smartphone!" 

Se-tergantung itu loh kita sekarang dengan smartphone.

Well, saya akui perubahan tren smartphone begitu cepat. Semakin lama semakin canggih. Tahun ini rilis spec 'A', tahun depan rilis spec 'A plus'. Tahun depannya rilis lagi 'A plus S'. Padahal beda spesifikasinya sih sedikit doang. 

Harga yang ditawarkan pun bervariasi. Mulai dari yang murah sampai yang paling mahal. Mau beli yang mana tinggal sesuaikan kantong atau gengsi.

Maka tak heran, untuk mengukur seberapa update seseorang, smartphone menjadi salah satu tolak ukurnya. "Pokoknya lo bakal kelihatan kece kalau punya smartphone versi terkini", begitu sih kata orang-orang.

Ilustrasi: wallpaperswide.com
Ilustrasi: wallpaperswide.com
Mereka yang haus akan popularitas, sebisa mungkin terus meng-upgrade penampilannya dengan gonta-ganti gadget. Bahkan mereka rela membeli smartphone yang masih belum dipasarkan secara resmi alias masih pre-sale. Itu pun antri dari subuh demi bisa jadi yang pertama punya smartphone versi terkini.

Tapi nyatanya, meski katanya punya smartphone super kece nan canggih dengan spesifikasi maksimal, banyak juga loh yang tidak bisa memanfaatkan kecanggihan smartphone tersebut alias cuma gaya-gayaan saja.

Memang sih hak masing-masing orang mau membeli smartphone jenis apa dan harga berapa. Mau beli smartphone ala sultan yang berlapis emas itu juga tidak masalah asal kantongnya 'kuat'. Tapi jujur saya suka geregetan pada mereka yang hobi gonta-ganti smartphone canggih, tapi tidak benar-benar bisa menggunakannya.

Well, buat apa sih bolak-balik upgrade smartphone canggih kalau ujung-ujungnya:

1. Cuma dipakai untuk update status di media sosial.
Katanya suka menulis, tapi hasil tulisannya cuma curcol baper alias curhat colongan yang terbawa perasaan di media sosial, supaya ditanya "Kenapa sih?" oleh followers-nya. Giliran sudah ditanya, cuma jawab "Gpp kok. :)"

Atau cuma dipakai menulis sindiran-sindiran dengan tujuan anonim yang ujung-ujungnya membuat pembacanya jadi penasaran dan salah paham. Bahkan akhirnya malah membuat pihak-pihak yang tadinya tidak punya masalah, malah jadi berseteru di dunia nyata. Well, ini betul-betul ada loh karena saya lihat sendiri.

Atau cuma dipakai untuk copy paste pesan dari grup sebelah dan broadcast ke grup lainnya tanpa mengkroscek kebenarannya lebih dulu, cuma supaya dianggap paling update isu terkini.

Daripada seperti itu, mendingan kamu gunakan smartphone-mu untuk belajar menulis yang baik dan benar di Kompasiana.

2. Cuma dipakai untuk foto selfie
Makin ke sini, smartphone semakin dilengkapi fitur kamera yang semakin canggih. Dari awalnya kamera VGA, meningkat jadi 2 megapixel dan sekarang bahkan ada yang 64 megapixel. Bahkan jumlah lensa belakangnya saja ada tiga! Apalagi kalau bukan lensa wide, blur dan lainnya. 

Belum lagi mode malam yang bisa menangkap cahaya dengan jernih. Luar biasa kan?

Tapi... buat apa punya smartphone dengan kamera canggih (atau bahkan mengaku fotografer) kalau ujung-ujungnya kamera secanggih itu cuma buat selfie, foto OOTD (outfit of the day) di depan kaca, atau foto makanan setiap kali mau makan, terus di upload ke Instagram?

3. Cuma dipakai untuk main game
Tidak ada salahnya main game kalau untuk sekadar melepas penat. Tapi kalau main game sampai berjam-jam sampai lupa makan, lupa mandi, lupa belajar, lupa kerja, lupa ibadah dan lupa bercengkrama dengan keluarga atau teman? 

Duh, sorry to say ya. Jangan nangis kalau tiba-tiba matamu terkena iritasi hebat sampai susah melihat.

Sudah sering kan lihat di berita? Banyak yang mengalami gangguan penglihatan akibat terpapar sinar radiasi ponsel terlalu lama. Atau sakit punggung karena terlalu lama menunduk. Atau gangguan tulang tangan karena penggunaan jempol yang diforsir.

Jangan tersinggung juga kalau kamu dibawa ke psikolog atau psikiater karena siapa tahu kamu dianggap memiliki gangguan mental, karena kecanduan game sudah ditetapkan sebagai penyakit gangguan mental (Gaming Disorder) oleh WHO. Nah loh!

4. Tidak smart dalam mencari dan memvalidasi informasi.
Namanya juga smartphone yang pastinya sudah terhubung dengan internet, pastinya informasi apapun bisa dicari. Tapi nyatanya masih banyak tuh yang malas mencari informasi. Dikit-dikit nanya, dikit-dikit nanya, nanya kok cuma sedikit.

Memang sih ada istilah "Malu bertanya sesat di jalan". Tapi kalau untuk mendapatkan informasi apapun kita cuma modal nanya, apa pantas megang smartphone super canggih?

Coba budayakan untuk usaha dulu sebelum bertanya. Atau kalau mendapat informasi tertentu, validasi dulu kebenarannya sebelum diserap oleh otakmu atau disebarkan ke orang lain. Jangan cuma pegang smartphone tapi orangnya gak smart. Ya gak?

5. Tidak smart merawat smartphone
Nah ini penting juga. Jangan bisanya cuma pakai tapi tidak mau merawat. Jujur menurut saya, daya tahan ponsel (smartphone) sekarang tidak seperti ponsel zaman dulu yang bahkan sudah tercebur ke seember air hingga jatuh dari lantai dua, tetap bisa berfungsi dengan baik. 

Smartphone sekarang cukup ringkih. Jadi kalau tidak dirawat ya paling lama 2 tahun harus diganti.

Ada banyak cara sederhana yang bisa dilakukan untuk merawat smartphone-mu seperti yang sudah ditulis oleh salah satu Kompasianer Ika Septi. Kalau kita bisa merawat smartphone yang kita punya dengan baik, bukankah kita juga berperan dalam mengurangi sampah elektronik?

So, buat kita-kita yang punya smartphone canggih, yuk harus bisa smart juga dalam menggunakan dan merawat smartphone kita ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun