Tidak sedikit mahasiswa go outside dari rumah hanya untuk menambah pengalaman dan mengasah kemampuan diri dengan potensi yang dimiliki. Mereka berasal dari berbagai wilayah, bahkan mancanegara.Â
Saya pernah melakukan pembicaraan dengan teman yang kebetulan satu jurusan di kampus. Saya bertanya terkait alasan dia kuliah di kota Malang.Â
Dia menjawab bahwa merantau lebih menantang karena dituntut bertanggung jawab secara mandiri.Â
Dia menilai bahwa merantau merupakan cara terbaik untuk mengolah dan mendidik pribadi.
Tantangan Perantauan
Meski praktik perantauan memiliki potensi besar dalam menunjang berbagai hal, tetapi ada beberapa pantangan yang barangkali perlu diperhatikan betul oleh para perantau.Â
Pertama, tujuan dan komitmen. Dua komponen tersebut merupakan basis untuk memulai segala jenis pekerjaan dengan proporsional dan profesional.Â
Dengan tujuan yang jelas, semua proses yang dilakukan pasti mengacu pada prinsip dan daftar list yang dibuat.Â
Di sisi lain, dengan komitmen tinggi, loyalitas serta kontrol waktu dalam melakukan pelbagai hal dapat tertata rapi dan tidak terbuang sia-sia. Sayangnya, pantangan ini kerap dilanggar para perantau, yang pada akhirnya pulang tidak membawa apa-apa.
Kedua, kesiapan mental. Merantau tidak hanya sekedar kuat dalam hal finansial melainkan mental. Kesiapan mental sangat dibutuhkan dalam "merantau" karena mengacu pada ketahanan diri, kekuatan adaptasi dan penyesuaian diri, kemandirian, serta pengelolaan emosi.Â
Ketahanan diri berguna untuk menangkal segala permasalahan yang tiba-tiba muncul, seperti kebutuhan mendadak. Tentunya dalam penyelesaian masalah, ada sebuah risiko atas pilihan yang harus dihadapi, dibiasakan, dan diselesaikan.