Mohon tunggu...
M. Irham Jauhari
M. Irham Jauhari Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pendiri Terapifobia.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Bodong dan Senyum Pejabat

14 Maret 2023   11:47 Diperbarui: 14 Maret 2023   11:52 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi artikel, Orang Pamer Sedang Mengisi Lubang di Hati, gambar oleh Rami Hammoud (pexels.com).

Tahun 2023 baru berjalan dua bulan tiga belas hari.  Tepatnya 72 kali 24 jam. Dan selama itu. Bodong telah menembak tujuh puluh dua pejabat. Menembak satu pejabat setiap hari. Ini dilakukan untuk memuaskan rasa bencinya pada pejabat yang lebih suka tebar pesona daripada bekerja. Senyuman pejabat yang korup adalah racun sosial. 

Bodong, pemuda yang seharusnya merayakan ulang tahunnya yang ke-23 hari ini. Namun api amarah telah membakar habis kebahagiaanya. Sekarang Ia menjadi buronan. Menciptakan kegemparan di negara ini. Netizen memuji atas keberanian Bodong. Namun tak seorang pun mengetahui motif Bodong.

Pada setiap hari ia mengirim surat ke surat kabar yang berisikan kenapa ia menembaki para pejabat itu. Bodong dengan lantang menyebutkan namanya dalam artikel itu. Darisanalah orang-orang menerka-nerka kepribadian Bodong. Sebagian netizen mengecam apa yang dilakukan Bodong, namun tidak sedikit yang mendukung.

Pada hari dimana Bodong tertangkap basah. Ucapannya menjadi headline di semua surat kabar. Motifnya terungkap.

"Pejabat yang pamer senyuman  menurut saya lebih menyakitkan daripada orang kaya yang pamer kekayaan. Ketika rakyat masih banyak yang meratapi nasib." ucap Santani.

Setiap orang butuh pengakuan. Seberapa besar pengakuan yang dibutuhkan oleh setiap orang. Berbeda kadar untuk setiap manusia. Setiap kepribadian membutuhkan pengakuan yang berbeda. Santani juga butuh pengakuan. Bukan dari orang lain. Santani butuh pengakuan dari dirinya sendiri. Bahwa pejabat yang tidak becus bekerja. Memang seharusnya mendapatkan balasan yang setimpal.

Mereka digaji dengan uang rakyat. Tetapi sembrono mengelola uang rakyat. Rakyat yang seharusnya mereka sejahterakan. Hanya mereka jadikan sebagai umpan dan tumbal kesuksesan mereka. 

Ketika motif Bodong terungkap, banyak orang yang merasa terkejut. Meskipun ada beberapa yang tetap mengutuk tindakannya, tetapi ada juga yang mulai memahami alasan di balik tindakannya.

Media sosial dan berita langsung menjadi ajang diskusi tentang masalah korupsi dan ketidakadilan yang terjadi di negara ini. Ada banyak cerita dan pengalaman yang dibagikan oleh orang-orang tentang bagaimana korupsi dan nepotisme telah merugikan mereka dan keluarga mereka.

Beberapa pejabat mulai merasa khawatir dan mulai bertanya-tanya apakah mereka akan menjadi target selanjutnya. Ada juga beberapa orang yang terinspirasi oleh tindakan Bodong dan mulai berbicara terbuka tentang masalah korupsi dan ketidakadilan yang mereka lihat di sekitar mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun