Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyambut Ramadan 2021: Mengenang "Kelaziman Baru di Masjid" Selama Ramadan 2020

9 April 2021   19:16 Diperbarui: 11 April 2021   11:25 1064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret shalat Jumat digelar dengan protokol ketat pencegahan Covid-19 dan hanya diikuti terbatas oleh warga yang bermukim di sekitar masjid. | (KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)

Apakah "kelaziman baru" tersebut langgeng?

Mari kita lompat ke kondisi nyata saat ini. Apa yang disebut "kelaziman baru" saat itu masih dipraktikkan saat ini. Namun, jumlahnya sudah makin menipis dari hari ke hari. Bahkan mungkin sudah banyak orang yang lupa kalau dulu Kemenag mengeluarkan surat edaran terkait syarat membuka kembali rumah ibadah.

Coba lihat di sekitar kita. Berapa banyak takmir masjid yang masih patuh menjalankan protokol kesehatan? Apakah masjid/musala/langgar di sekitar Anda masih rutin melakukan disinfeksi? Apakah masih dicek suhu sebelum masuk masjid? Apakah jemaah masih patuh memakai masker? Apakah shaf-nya masih berjarak 1 meter?

Di lingkungan saya sendiri, hal tersebut semakin hari semakin terlupakan. Sudah banyak yang lepas masker saat salat. Pengap katanya, saya si juga kadang. Jaga jarak minimal satu meter sudah tak saya temui. Bebas, mau kakinya nempel atau berjarak sekian centi terserah.

Pertanyaannya, apakah hal serupa akan diterapkan kembali di ramadan tahun ini?

Saya sih sangsi. Lha wong sudah banyak yang lupa dan bosan dengan beragam protokol kesehatan yang saban hari terus digaungkan. "Mau sampai kapan?" Begitu kata mayoritas masyarakat Indonesia saat ini.

Apalagi ini bulan suci ramadan yang kehadirannya selalu ditunggu-tunggu umat Islam di seluruh dunia. Bayangkan saja, tahun lalu banyak yang ngalah dengan pandemi Covid-19. 

Salat di rumah, salat tarawih juga sendiri-sendiri. Takada tadarus Al Quran di masjid. Pengajian ramadan dilakukan via daring. Momen buka bersama juga sirna.

Banyak orang, termasuk saya menilai bahwa ramadan tahun lalu ada kepuasan yang hilang. Ada perasaan kurang. Merasa ibadahnya belum sempurna. Iya, patuh dan sabar atas musibah. Namun, hati nurani tak bisa bohong kalau ingin agar ramadan berjalan seperti biasa. Apa-apa ramai, meriah, dan penuh suka cita, bukan penuh duka dan luka.

Begitu pula dengan ramadan tahun ini. Penginnya sih berjalan normal. Beragam agenda khas di bulan puasa bisa berjalan lagi. Untungnya pemerintah sudah mengizinkan salat tawarih dan salat ied dilakukan berjemaah. Beberapa daerah juga memperbolehkan acara buka bersama asal dilakukan secara terbatas.

Akan tetapi, masih akan ada yang hilang. Mudik lebaran tahun ini masih dilarang. Aneh memang, tapi entahlah saya tak mau banyak komentar. Yang pasti, masih ada satu momen yang hilang di bulan suci ramadan nanti, yaitu silaturahmi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun