Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Bersyukur dan Rendah Hati dari Kelembutan Syekh Ali Jaber

15 Januari 2021   19:09 Diperbarui: 15 Januari 2021   19:16 408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Syekh Ali Jaber, 1976-2021(KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo)

Lewat program Damai Indonesiaku di TvOne, saya pertama kali melihat sosok Syekh Ali Jaber. Entah tahun berapa, yang jelas saya masih SMA dan saat itu Bahasa Indonesia Syekh Ali Jaber belum terlalu fasih, masih banyak kesulitan di beberapa huruf.

Momen itu bukan hanya sebatas perkenalan saya dengan Syekh Ali Jaber, melainkan juga dengan gelar yang beliau sandang. Jujur saja, saya tak paham maksud dari sapaan gelar Syekh dan begitu melihat dan mendengarkan dakwah beliau, saya langsung yakin, "Nah, ini baru Syekh beneran!".

Kesempatan untuk menyaksikan dan mendengarkan secara langsung dakwah Syekh Ali Jaber terjadi pada pertengahan ramadan 2019. Saat itu saya mendapat kabar bahwa Syekh Ali akan mengisi khotbah salat tarawih di masjid kampus saya di Solo. Kesempatan tersebut tak saya sia-siakan.

Benar kata orang-orang, walau saya hanya bisa melihat dari kejauhan karena penuhnya masjid, tapi saya masih bisa merasakan betapa teduhnya wajah beliau. Beliau sosok yang sangat santun. Tak cuma tutur kata beliau saja, tapi juga langkah beliau sangatlah sopan.

Tidak ada tutur kata percuma yang keluar dari mulut Syekh Ali. Semua perkataan yang keluar dari mulutnya baik dan selalu meneduhkan, tidak ada satu pun kata yang menyinggung atau menyakiti hari orang lain.

Saya masih ingat betul isi khotbah beliau saat itu. Satu yang paling saya ingat adalah membiasakan bersyukur. Jika dinalar sangat tidak masuk akal. Syekh Ali Jaber berpesan kepada jamaah untuk mengucap syukur alhamdulillah saat tertimpa musibah sebelum mengucap innalillahi.

Beliau mencontohkan pengalamannya saat kehilangan mobil usai melaksanakan salat subuh. Syekh Ali berkisah bahwa beliau tidak sedih dan menganggapnya sebagai ujian. Ujian dalam dirinya berdakwah.

"Tapi saya tidak begitu sedih. Karena yang hilang mobil saya, bukan iman. Kalau iman yang dicuri, kehilangan iman itu berat diganti. Tapi kehilangan mobil, saya yakin, karena mobil kita ini adalah mobil yang kita pakai dalam perjalanan dakwah, yang kita pakai untuk syiar, yang kita pakai untuk membagi-bagi sedekah-sedekah jamaah, titipan-titipan jamaah, di antaranya Quran, Quran braile, Quran wakaf yang kita bagi kepada daerah-daerah," kata Syekh Ali Jaber dalam salah satu video di kanal Youtube-nya.

Saya mbatin,"terbuat dari apa hati beliau hingga bisa mengucap hamdallah saat sedang diuji oleh Allah dengan kehilangan". Dan Syekh Ali masih bisa berprasangka baik bahkan mendoakan si pencuri mobil untuk bertaubat dan kembali kepada ke Allah SWT.   

Selain nasihat untuk senantiasa bersyukur dalam kondisi apapun, isi khotbah beliau saat itu juga mengajak jamaah untuk membiasakan diri membaca ayat kursi selepas salat fardhu dan berdoa selepas subuh. Syekh Ali juga berpesan agar sebisa mungkin khatam Alquran 1-2 kali dalam sebulan.

Pengalaman mengikuti khotbah Syekh Ali Jaber adalah salah satu pengalaman paling berharga dan jujur saja, itu adalah salah satu dakwah terbaik yang pernah saya dengar. Dakwah Syekh Ali sangat santun dan dengan kelembutan hatinya, beliau mampu menyentuh hati orang lain begitu dalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun