Mohon tunggu...
IrfanPras
IrfanPras Mohon Tunggu... Freelancer - Narablog

Dilarang memuat ulang artikel untuk komersial. Memuat ulang artikel untuk kebutuhan Fair Use diperbolehkan.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dari Uang Tiket Sampai Hadiah, Inilah Sumber Pendapatan Klub Sepak Bola Eropa

3 Oktober 2020   17:24 Diperbarui: 4 Oktober 2020   17:57 2793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Casa Milan Store, salah satu pemasok sumber pendapatan AC Milan dari sektor komersial. | Foto via: casamilan.acmilan.com

Laiknya sebuah perusahaan, klub sepak bola juga harus memutar roda ekonominya agar menghasilkan keuntungan. Ibarat berdagang, jualan mereka harus laku. Lalu, apa sajakah yang menjadi sumber-sumber pendapatan klub sepak bola, terutama klub sepak bola eropa?

Sudah bukan rahasia lagi, bila sepak bola atau bola sepak merupakan olahraga paling populer di dunia. Seiring perkembangan zaman, soccer (sebutan bagi sepak bola di Amerika) telah menjelma menjadi ladang bisnis. Banyak investor lokal dan mancanegara menanam uangnya disini.

Sebagai ladang bisnis, klub sepak bola terutama klub sepak bola eropa dianggap sebagai sebuah ladang promosi terbaik bagi jasa atau produk dari sebuah perusahaan yang mensponsorinya.

Akan tetapi, semenjak aturan UEFA Financial Fair Play (FFP) ditegakkan pada 2011 lalu, klub-klub bola eropa dituntut untuk mampu berdikari. Artinya, klub tak hanya fokus pada pengeluaran demi prestasi, namun juga menghasilkan pemasukan untuk menyehatkan neraca keuangannya.

Lalu, apa saja sumber-sumber pendapatan klub sepak bola eropa yang menjadikan finansial mereka lebih sehat? Simak ulasan berikut ini.

1. Gate Reciept/Matchday revenue
Di Indonesia, sektor ini lazim disebut dengan istilah penghasilan dari penjualan tiket pertandingan. Di eropa sana, tiket pertandingan ada yang dijual pada hari-H dan tiket terusan atau musiman yang dijual sejak awal musim.

Daftar harga tiket harian pertandingan Liverpool di liga Inggris yang digelar di Anfield. | foto: liverpoolfc.com
Daftar harga tiket harian pertandingan Liverpool di liga Inggris yang digelar di Anfield. | foto: liverpoolfc.com
Selain dari tiket, klub bola eropa juga mendapat penghasilan lain dari sektor ini melalui hasil penyewaan stadion kepada pihak lain, dan restoran atau cafe yang didirikan di area sekitar stadion. Bila punya stadion sendiri, hasil matchday revenue bisa dinikmati 100%, bila tidak, klub harus membayar biaya sewa, perawatan, dll kepada pihak pengelola stadion.

Contoh: West Ham United (WHU) harus membayar minimal 2,5 juta pounds pertahun untuk menyewa Olympic Stadium yang kini bernama London Stadium. Tahun 2019, WHU menghasilkan 30,8 juta euro dari sektor ini, jauh dari pendapatan Chelsea yang mencapai 92,5 juta euro.

WHU hanya mendapat sekitar 15-30% dari total matchday revenue karena sisanya akan jadi hak milik pengelola stadion untuk biaya sewa, perawatan, perbaikan, membayar kepolisian, dan biaya kesehatan juga keselamatan.

2. Broadcast/Hak siar TV
Pendapatan hak siar meliputi hak siar pertandingan domestik (liga, cup) dan hak siar kompetisi internasional (Liga Champions, Liga Europa, dll). Jadi, semakin banyak kompetisi yang diikuti, semakin besar pula uang dari hak siar. Semakin klub tersebut berprestasi, semakin besar pula pendapatannya dari hak siar.

Sejauh ini, Inggris masih menyumbang pendapatan terbesar dari sektor hak siar, sebab Liga Inggris masih jadi liga paling laku dan diperebutkan hak penyiaraannya, sehingga harga hak siarnya semakin naik dari tahun ke tahun.

Ada beberapa sebab mengapa uang hak siar di Liga Inggris begitu besar. Salah satunya, Liga Inggris memang menarget pasar Asia. Lihat saja jam tayang pertandingannya di Indonesia.

Kita ambil contoh pertandingan MU vs Arsenal disiarkan pada pukul 18.00 WIB. Di Inggris sana, pertandingan tersebut digelar pada jam 12 siang, bukan waktu yang bagus sebetulnya untuk orang-orang Inggris menonton pertandingan bola di TV.

Akan tetapi, pertandingan MU vs Arsenal tersebut masuk jam tayang prime time Indonesia. Mengutip dari neliti.com, jam tayang prime time di Indonesia terjadi pada pukul 18.00 - 23.00 WIB. Maka jangan heran bila beberapa stasiun TV saling berebut hak siar Liga Inggris.

Suka tidak suka, Liga Inggris memang memilih ekspansi bisnisnya terutama di sektor media. Liga Inggris juga jadi liga yang paling banyak ditonton di seluruh dunia. Namun, jika klub tersebut punya basis pendukung besar bisa saja mendapat uang hak siar lebih besar dari tim Liga Inggris

Contoh: MU mendapat 273,7 juta euro di tahun 2019 dari hak siar TV, lebih sedikit dari Barcelona yang mendapat 298,1 juta euro. Namun, untuk kasus di Spanyol, distribusi hak siarnya bisa dibilang tidak adil. Karena punya basis suporter fanatik hampir di seluruh dunia, Barcelona dan Real Madrid mendapat porsi siaran lebih banyak dibanding tim lain.

Apa yang terjadi di Spanyol sangat berbeda dengan Inggris. Di Negeri Ratu Elizabeth ini distribusi uang hak siar TV (Liga Inggris) dibagi merata dengan rincian sebagai berikut.

Distribusi Uang Hak Siar TV di Liga Inggris: 

1. 50% dari pendapatan siaran di Inggris dibagi rata kepada 20 klub

2. 25% dari pendapatan siaran di Inggris dibayarkan dalam "Merit Payment" (yaitu prize money berdasarkan posisi di klasemen akhir musim)

3. 25% dari pendapatan siaran Inggris dibayarkan dalam "biaya fasilitas" setiap kali pertandingan klub disiarkan di Inggris

4. Semua pendapatan siaran internasional dan pendapatan komersial pusat dibagi rata kepada 20 klub.

3. Komersial
Sektor pendapatan berikutnya bisa dibilang sebagai ladang basah. Disinilah perputaran uang yang cukup besar terjadi.

Pendapatan dari sektor ini terdiri dari; uang sponsor, merchandise (jersey, aksesori, dll), tur pramusim, coaching clinic, dan penjualan hak penamaan stadion (Naming Rights)

Untuk klub dengan basis pendukung besar, sektor komersial adalah pendulang pemasukan terbesar. Contoh, Barcelona dan Real Madrid yang 46% pendapatannya dihasilkan dari kontrak kerjasama sponsor dan merchandise.

Sumber pemasukan yang cukup menarik di sektor ini adalah sponsor. Setiap klub punya nilai jual, bergantung kepada prestasi, domisili klub, serta utamanya seberapa besar basis pendukungnya.

Kita ambil contoh MU di Indonesia. Beberapa tahun yang lalu, ada sebuah bank lokal (inisialnya D) yang menjadi sponsor Setan Merah. Baik MU dan bank tersebut meraih untung lewat kesepakatan tersebut.  

Setelah bank tersebut menjadi salah satu sponsor MU, mereka mengeluarkan produk merchandise khusus seperti tabungan dan kartu kredit bertema Manchester United. Singkatnya, MU dapat pemasukan dari sponsor dan sponsor mendapat peningkatan jumlah nasabah dan transaksi dengan banyaknya suporter MU yang membeli produk merchandise khusus tersebut.

Salah satu produk merchandise yang dikeluarkan MU bersama Bank Danamon sebagai sponsornya, beberapa tahun silam. | foto: danamonline.com
Salah satu produk merchandise yang dikeluarkan MU bersama Bank Danamon sebagai sponsornya, beberapa tahun silam. | foto: danamonline.com
Selain MU, ada PSG yang juga mendulang untung dari sektor ini. Di tahun 2019, PSG mendapat pemasukan sebesar 363,4 juta euro dari kerjasama sponsor jersey baru, perpanjangan kontrak Nike, dan sponsor jersey latihan dari Rwanda serta keikutsertaan PSG dalam Paris Fashion Week yang meningkatkan jumlah penjualan jersey mereka.  

4. Lain-lain
Matchday revenue, broadcast, dan pemasukan komersial adalah 3 sumber pendapatan utama sebuah klub sepak bola di Eropa. Namun, selain ketiga sumber tersebut, masih ada sumber pemasukan lainnya.

Sumber-sumber tersebut adalah prize money atau hadiah juara kompetisi, suntikan dana pemilik, serta uang hasil transfer dan peminjaman pemain. Perlu diketahui, semenjak adanya aturan FFP, pemilik tidak bisa menyuntikkan dananya secara ugal-ugalan. Bila bandel aturan FFP akan menjerat.

Salah satu pendapatan yang sangat dikejar di sektor ini adalah uang hadiah kompetisi. Sebagai fans klub bola, pasti sudah familiar dengan target klub yang mengincar posisi di di babak grup Liga Champions kan? Bagaiman tidak, lolos ke babak grup saja sudah dijamin akan mendapat keuntungan. 

Prize Money Liga Champions 2019/2020:

1. Lolos babak grup: 15,25 juta euro. Tiap hasil kemenangan di babak grup mendapat "hadiah" 2,7 juta euro, hasil imbang mendapat 900 ribu euro.

2. Lolos babak 16 besar: 9,5 juta euro; babak perempat final: 10,5 juta euro; semifinal: 12 juta euro; runner-up: 15 juta euro; juara: 19 juta euro.

Klub sepak bola eropa juga bisa mendapat pemasukan dari penjualan pemain. Beberapa klub eropa tidak hanya menghasilkan uang dari penjualan pemain utama, tapi juga pemain akademinya.

Penjualan Neymar dari Barcelona ke PSG masih menjadi penjualan pemain termahal hingga saat ini. | foto: businessinsider.com
Penjualan Neymar dari Barcelona ke PSG masih menjadi penjualan pemain termahal hingga saat ini. | foto: businessinsider.com
Itulah sumber-sumber pendapatan klub sepak bola eropa. Sebagai sebuah klub, tugas mereka tak hanya memenangi laga saja, tapi juga memperoleh pemasukan demi penghidupan. Sumber pendapatan ini ibarat nyawa, bila tidak diasupi bisa mati.

Lalu, bagaimana dengan klub sepak bola di Indonesia? Sejauh pengetahuan penulis, sepak bola belum menjadi sebuah industri bisnis di negara ini. Klub bola lokal juga masih mengandalkan uang hasil penjualan tiket sebagai kartu jokernya.

Selain uang tiket, klub lokal kita masih bergantung pada uang subsidi dari Liga. Dibanding klub eropa, tentu sangat jomplang. Apalagi penjualan merchandise klub lokal juga tidak berjalan sehat. Masih banyak suporter kita membeli jersey KW yang jelas-jelas tidak akan memberi pemasukan kepada klub idolanya.

Dari pembahasan di atas, kita bisa ambil setidaknya dua kesimpulan. Pertama, prestasi klub akan berbanding lurus dengan tingkat kekayaan klub. Semakin mereka berprestasi, semakin banyak pula pendapatan yang bisa mereka raih.

Kedua, semakin besar basis pendukung mereka, klub sepak bola eropa punya peluang yang lebih besar untuk menghasilkan pendapatan bisnis. Namun, dalam berbagai situasi, bisa saja asumsi ini salah.

Sekiranya cukup sekian sedikit pembahasan mengenai sumber pendapatan klub sepak bola eropa. Semoga bermanfaat. Salam hangat.

***
"Tulisan hanyalah awal dari rencana penulis untuk membuat pembahasan dengan topik "bisnis dan finansial klub sepak bola". Insyaallah akan ada pembahasan berikutnya. Sila ditunggu. Bila ada masukan, kritik, atau saran sila tuliskan di kolom komentar.

@irfanpras

referensi: [1], [2], [3]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun