Sepak bola Indonesia telah mengalami banyak dinamika dan tantangan dalam beberapa tahun terakhir, baik di tingkat domestik maupun internasional. Salah satu nama yang mencuat dalam dunia sepak bola Indonesia dalam beberapa tahun terakhir adalah Shin Tae-yong, pelatih asal Korea Selatan yang diangkat menjadi pelatih tim nasional Indonesia pada akhir 2019. Keputusannya untuk mundur atau dipecat telah menjadi topik hangat yang memunculkan berbagai reaksi dari berbagai kalangan. Pemecatan atau keputusan untuk berpisah dengan Shin Tae-yong bukan hanya sebuah isu internal yang berkaitan dengan hasil pertandingan, tetapi juga mencerminkan banyaknya tantangan yang dihadapi oleh sepak bola Indonesia, baik dalam hal pengelolaan tim, pengembangan pemain, maupun ekspektasi yang terlalu tinggi dari publik.
Isi
Kinerja dan Harapan yang Tidak Tercapai
Shin Tae-yong datang dengan banyak harapan. Sebagai pelatih yang berpengalaman, dengan rekam jejak yang cukup sukses di timnas Korea Selatan dan berbagai klub, diharapkan ia dapat membawa timnas Indonesia meraih prestasi yang lebih baik di ajang internasional. Namun, meskipun ia berhasil membawa Indonesia ke final Piala AFF 2020, hasil di beberapa ajang penting lainnya, termasuk kualifikasi Piala Dunia dan Piala Asia, tidak sesuai dengan harapan banyak pihak.
Bagi sebagian besar penggemar sepak bola Indonesia, pencapaian yang diraih oleh Shin Tae-yong dianggap kurang memadai, terutama mengingat ekspektasi yang sangat tinggi terhadap timnas Indonesia. Kegagalan timnas untuk menembus level yang lebih tinggi dalam kompetisi internasional seperti kualifikasi Piala Dunia 2022 dan Piala Asia 2023, meski ada beberapa kemajuan dalam gaya permainan dan mentalitas tim, menjadi alasan utama di balik desakan untuk pemecatannya. Sebagaimana yang dijelaskan dalam artikel The Jakarta Post (2021), meski ada perbaikan di sisi taktik dan kedisiplinan, hasil akhir tetap menjadi tolok ukur utama bagi banyak orang dalam menilai keberhasilan seorang pelatih.
Ekspektasi masyarakat terhadap tournament AFF 2024 menjadi salah satu pertimbangan pemecatan shin tae yong, namun disisi lain sebetulnya shin tae yong sendiri tidak memasang target penuh pada tournament ini, karena target shin tae yong sendiri squad dari tim AFF 2024 dengan rata-rata usia dibawah 23 tahun dan tim termuda pada turnamen tersebut, untuk mempersiapkan untuk tournament selanjutnya yaitu Sea Games 2025.
Para pemain keturunan yang shin tae yong ingin kan pun seperti Ivar Jenner, Justin hubner dan Nathan Tjoe-a-on terkendala izin tim meyebabkan komposisi pemain shin tae yong berubah harus mencari pemain lokal tambahan untuk memenuhi komposisi tim, dan jika berbicara kualitas maka pemain keturunan lebih berkulitas dibandingkan pemain lokal. Akan tetapi ekspektasi PSSI dan masyarakat Sebagian menganggap hal tersebut sebuah kegagalan yang fatal. Sehingga berakibat pertimbangan pemecatan shin tae yong.
Masalah Internal dan Eksternal
Pemecatan Shin Tae-yong juga bisa dilihat dalam konteks masalah yang lebih luas dalam pengelolaan sepak bola Indonesia. Sepak bola Indonesia memang memiliki berbagai masalah struktural yang sudah lama ada, termasuk kurangnya pembinaan usia muda, ketidakstabilan manajemen tim, serta minimnya kualitas liga domestik yang memadai untuk mendukung pengembangan pemain berbakat. Meskipun Shin Tae-yong mencoba untuk memperbaiki sistem ini dengan menerapkan gaya permainan yang lebih modern dan disiplin, banyak faktor eksternal yang tidak dapat ia kendalikan, seperti pengelolaan kompetisi yang tidak optimal dan kurangnya dukungan fasilitas yang memadai.
Selain itu, ketegangan antara pelatih dan pengurus PSSI, serta tekanan dari media dan penggemar sepak bola yang sangat menuntut, memperburuk situasi. Ketika sebuah tim gagal meraih hasil maksimal, kritik sering datang tidak hanya dari publik, tetapi juga dari dalam organisasi itu sendiri. Ketidakcocokan antara pelatih dan federasi sepak bola bisa menambah ketegangan, dan pada akhirnya, keputusan pemecatan bisa dianggap sebagai jalan keluar untuk meredakan ketegangan tersebut.
Dampak Pemecatan dan Refleksi untuk Masa Depan
Pemecatan Shin Tae-yong tentu saja meninggalkan dampak besar terhadap timnas Indonesia dan dunia sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Di satu sisi, ada kekecewaan karena tim yang baru mulai berkembang harus menghadapi perubahan lagi dalam kepelatihan. Di sisi lain, pemecatan ini juga membuka ruang untuk refleksi lebih dalam tentang bagaimana mengelola sepak bola di Indonesia dengan lebih baik di masa depan.
Kedepannya, sepak bola Indonesia harus belajar dari pengalaman ini. Proses seleksi pelatih harus lebih didasarkan pada kecocokan dengan filosofi permainan yang diinginkan, serta kemampuan untuk mengelola tekanan dari luar dan membangun hubungan yang baik dengan pengurus serta para pemain. Tidak hanya itu, federasi sepak bola Indonesia perlu memperbaiki aspek-aspek fundamental lainnya, seperti pengelolaan liga domestik, pembinaan pemain muda, serta peningkatan infrastruktur dan fasilitas pelatihan, agar timnas Indonesia dapat berkembang lebih jauh lagi.
Pemecatan Shin Tae-yong juga mengingatkan kita bahwa dalam sepak bola, hasil bukanlah satu-satunya hal yang penting. Proses dan pengelolaan yang baik lebih penting daripada ekspektasi sesaat terhadap hasil. Tanpa dasar yang kuat, hasil yang baik akan sulit untuk dipertahankan dalam jangka panjang. Hal ini juga disampaikan oleh Kompas (2022) yang menyoroti pentingnya pembenahan struktural di sepak bola Indonesia untuk menciptakan keberlanjutan kesuksesan.
Kesimpulan
Pemecatan Shin Tae-yong adalah sebuah peristiwa yang mencerminkan betapa kompleksnya perjalanan sepak bola Indonesia. Meskipun tidak ada yang menginginkan kegagalan, keputusan ini menunjukkan bahwa proses dan pengelolaan yang baik lebih penting daripada ekspektasi sesaat terhadap hasil. Ke depan, Indonesia harus lebih fokus pada pembenahan internal yang lebih mendasar, agar dapat mengembangkan sepak bola dengan lebih profesional dan berkelanjutan. Dengan upaya yang lebih fokus pada pembinaan dan perbaikan sistem, timnas Indonesia dapat lebih siap untuk bersaing di level internasional dan menciptakan prestasi yang membanggakan bagi bangsa.
Penulis : Muhamad Kusyanto
Nim : 13102300016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI