Mohon tunggu...
Irene Cynthia Hadi
Irene Cynthia Hadi Mohon Tunggu... Editor - Editor

Just an ordinary girl from Surakarta, who writes perfect moments at the perfect time...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Komunikasi: Ilmu yang (Masih) Sering Dipertanyakan

13 Mei 2017   20:29 Diperbarui: 14 Mei 2017   13:00 2499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.uncw.edu/com/images/homepage.jpg

"Komunikasi itu belajar apa sih?"

"Oo..IT itu ya komunikasi?"

"Terus kerjanya di bidang apa?"

Sebagai mahasiswi lulusan Ilmu Komunikasi, saya sering mendapat pertanyaan-pertanyaan di atas. Satu orang bertanya, saya menjelaskannya dengan bersemangat. "Komunikasi itu ini...bla bla bla". Tapi seiring dengan berjalannya waktu, semakin banyak orang yang bertanya tentang jurusan yang saya ambil tersebut. Saya pun akhirnya membatin, "Apakah  komunikasi itu bener-bener nggak terkenal sampe semua orang pada tanya?"

Ya, ilmu komunikasi memang ilmu yang masih kurang populer dibandingkan kedokteran, psikologi, manajemen, arsitektur maupun akutansi. Ini terbukti dari minimnya buku dan literatur komunikasi dalam bahasa Indonesia dan kenyataan bahwa banyak orang masih mempertanyakan apa itu komunikasi. Padahal jika ditilik jauh ke belakang, komunikasi sebenarnya sudah cukup lama dipelajari di Indonesia. Universitas Indonesia mulai membuka program studi ini di bawah nama jurusan Publisistik pada tahun 1959 (http://commdept.fisip.ui.ac.id/#sejarah, diakses pada 13 Mei 2017). Sementara Universitas Gadjah Mada Yogyakarta mulai membuka jurusan ini pada tahun 1955 (http://fisipol.ugm.ac.id/, diakses pada 13 Mei 2017). Tuh..sudah lama-lama semua ‘kan?

Lalu kembali ke salah satu pertanyaan tadi. Apa sih yang diajarkan di ilmu komunikasi itu sendiri? "Belajar komunikasi? Belajarngomong dong!" "Kamu anak Komunikasi harusnya pinter ngomong dong!" Tidak ada yang salah dari pernyataan di atas, meskipun pernyataan-pernyataan itu cukup menjengkelkan sebenarnya. Pada dasarnya, belajar komunikasi bukan berarti lulusannya pada pinter ngomong saja. Kalau bicara soal itu, nggak usah anak komunikasi pun banyak orang yang pinter ngomong. Dan pinter ngomong pun nggakmenjamin orang itu pintar lho. Bisa jadi apa yang dibicarakannya nggak berbobot atau malah muter-muternggak jelas.

Ilmu komunikasi mengajarkan kita bagaimana menyampaikan pesan dengan tepat dan efektif melalui beragam sarana. Coba lihat papan iklan di jalan. Atau ketika kita menonton film, pasti ada pesan yang bisa kita ambil dari film tersebut. Semua bentuk media di atas termasuk berita, tulisan, bahkan laporan, merupakan cara-cara manusia untuk berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Di sinilah ilmu komunikasi berperan, yakni mengasah mahasiswa untuk berpikir sistematis dan menggunakan beragam sarana untuk menyampaikan pesan dan informasi dengan bijaksana. Jadi, anak komunikasi pasti paham bagaimana memilah informasi dari sumber yang bisa dipercaya dan berhati-hati ketika akan menyebarluaskan informasi tertentu.

Nah, ilmu komunikasi sendiri biasanya dibagi menjadi beberapa konsentrasi studi. Ada marketing communication, humas atau public relation, mass communication atau komunikasi massa, advertisingatau periklanan, media dan jurnalisme. Apa yang dipelajari dari masing-masing konsentrasi tersebut? Secara garis besar, mahasiswa konsentrasi marketing dan periklanan mempelajari ilmu marketing dan periklanan, mulai dari bagaimana membuat brand, rebranding, riset pasar, fotografi produk bahkan sampai pada proses pengeditan foto dan video untuk iklan produk. Sementara mahasiswa konsentrasi humas akan mempelajari bagaimana menjembatani antara pihak internal maupun eksternal organisasi dengan organisasi itu sendiri (termasuk investor, customer, tenant, karyawan), mempertahankan citra perusahaan dan merancang event. Media dan jurnalisme mempelajari peraturan media, penulisan yang baik, teliti dan sistematis sesuai EYD, meliput peristiwa, mengkaji media dan permasalahannya, manajemen, pemasaran dan bagaimana mengelola media, baik media cetak, online maupun elektronik.

Melihat nama-nama konsentrasi studi di atas, sebenarnya dapat kita simpulkan bahwa ilmu komunikasi merupakan ilmu yang sangat fleksibel. Lulusan-lulusannya bisa bekerja dalam berbagai bidang pekerjaan. Di satu sisi, keberadaan ilmu komunikasi sebagai ilmu yang dibangun dari berbagai ilmu lain juga mengharuskan para mahasiswa komunikasi untuk belajar berbagai macam disiplin ilmu. Para mahasiswa jurusan ini belajar tentang public speaking, perencanaan event, ekonomi, penelitian, psikologi, antropologi, sosiologi, desain, fotografi, film, radio, pemasaran, hukum, manajemen konflik dan masih banyak lagi. Keren banget 'kan? Hehe...

Jadi ketika anak komunikasi melamar jadi HRD bisa nggak? Bisa dong. Atau melamar jadi administrasi dan sekretaris? Bisa banget! Terutama karena kami dituntut menulis dengan teliti dan sistematis. Anak komunikasi juga bisa jadi videografer, editor, event coordinator dan masih banyak lagi. Oleh karenanya, anak komunikasi sebenarnya bisa diletakkan dalam bidang pekerjaan yang nggak harus sesuai dengan jurusannya karena mereka sudah mempunyai dasar-dasar ilmu di atas.

Nah, itu tadi sedikit sharingsaya tentang ilmu komunikasi yang masih sering dipertanyakan banyak orang. Semoga tulisan singkat saya ini bermanfaat dan membuat anak muda Indonesia semakin tertarik belajar komunikasi. Dan semoga perusahaan-perusahaan di Indonesia semakin berani menarik lulusan-lulusan komunikasi untuk berinovasi dan berkarya. Terima kasih dan sampai jumpa pada tulisan selanjutnya!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun